BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Negara Turki
yang ada sekarang mempunyai sejarah yang panjang untuk bisa maju dan menjadi
bagian dari Eropa. Turki dulunya merupakan kerajaan Islam terbesar dan terlama.
Akan tetapi hal tersebut dipatahkan dengan adanya ide-ide pembaharuan
dikalangan petinggi. Sejalan dengan itu, pembaharuan di tubuh Utsmani tidak
sekeras seperti pembeharuan di Negara-negara lain.
Dipertengahan
kedua dari abad ke 19, muncul suatu gerakan yang tidak merasa puas terhadap
pembaruan pada zaman Tanzimat. Gerakan ini kemudian dikenal dengan nama Utsmani
Muda. Ide-idenya yaitu menginginkan adanya perubahan yang lebih tegas terhadap
kekuasaan absolute sultan dengan mengadakan pembaruan bidang Konstitusi.[1]
Dalam pengantar
diatas maka pemakalah akan memaparkan rumusan masalah serta bab-bab yang akan
menjawab dari rumusan masalah tersebut, dan semoga dengan pemaparan makalah ini
bisa menambah pengetahuan tentang pembaharuan yang dilakukan oleh Utsmani Muda.
B. Rumusan
Masalah
1. Latar
Belakang Munculnya Pembaharuan Utsmani
Muda ?
2. Siapa
tokoh pembaharu Utsmani Muda ?
3. Apa
saja pemikiran para tokoh ?
BAB
II
Latar
Belakang Munculnya Utsmani Muda
Berawal dari
kerajaan Turki yang pada awal abad ke 19 berada dalam kondisi berantakan dan
terpecah-pecah, serta minimnya Kontrol pemerintahan dalam segala aspek. Hal
inilah yang menyebabkan banyaknya kebudayaan asing yang masuk ke Turki tanpa
adanya seleksi kebenarannya.[2]
Utsmani Muda (Ittifak-Hmaiye Patriot Alliance Yamh-
Society of Young Ottoman[3]-
Yeni Usmanlilar-Young Ottoman) dikenal sebagai Golongan intelegensia Kerajaan
Utsmani yang banyak menentang kekuasaan absolute Sultan, karena pemikiran dari
pemuka-pemuka Utsmani Muda banyak mempengaruhi pembaharuan yang diadakan
sesudah zaman Tanzimat.[4]
Gerakan ini merupakan suatu perkumpulan rahasia yang didirikan pada tahun 1865
di Istanbul. Tujuan dari gerakan ini ialah ingin merubah kepemerintahan Turki
Utsmani yang absolut menjadi pemerintahan yang konstitusional.[5] Munculnya
gerakan ini tidak lepas dari pembaruan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II
(1808-1839 M), karena berhasil menghancurkan tiga golongan oposisi yang
menentang upaya pembaruan. Pembaruan beliau
ini lebih bercorak western.
Secara umum,
pembaruan di Turki memang bercorak sekuler. Ini dikarenakan para pelaku pembaru
yang birokrat itu pada umumnya hanya melihat kemajuan Barat sebagai tolak
ukurnya. Para pembaru umumnya adalah nasionalis sejati yang meletakkan
kelangsungan hidup Negara diatas segala-galanya, termasuk mengesampingkan
peranan agama.[6]
BAB
III
Tokoh-tokoh
Utsmani Muda
Setelah
Ali Pasya selaku perdana menteri yang bekerjasama dengan Sultan Abdul Aziz yang
bersifat absolut. Maka tekanan terhadap Utsmani Muda mulai longgar. Serta
sebagian anggotanya kembali ke Istanbul dan melanjutkan usahanya untuk
mewujudkan pemerintahan konstitusional.
Disini
pemakalah memaparkan Tokoh-tokoh Utsmani muda yang sangat menonjol diantaranya,
Midhat Pasha, Ziya Pasha dan Namik Kemal.
1. Ziya
Pasha
Zia
lahir pada tahun 1825 di Istanbul dan meninggal pada tahun 1880. Ia anak
seorang pegawai Kantor Bea Cukai Istanbul. Setelah menyelesaikan pelajaran pada
sekolah Sulaymaniye, yang didirikan Sultan Mahmud II ini diangkat menjadi
pegawai pemerintah selagi masih berusia muda. Atas usaha Mustafa Rasyid Pasha.
Pada tahun 1854 ia diterima menjadi salah satu sekrtaris sultan. Namun
permusuhannya dengan Ali Pasha membuat ia terpaksa pergi ke Eropa di tahun 1867
dan tinggal disana selama lima tahun.[7]
Di
tahun 1876 ia kembali ke Istanbul dan duduk dalam komisi yang bertugas
merancang konstitusi kerajaan Turki Utsmani. Setelah konstitusi itu di
berlakukan, Ziya dan temannya disingkirkan dari pemerintahan. Ia diangkat
menjadi gubernur di wilayah yang jauh dan sering dipindah-pindahkan. Awalnya ia
menjadi gubernur di Damaskus dan dua bukan setelah pecah perang di Turki
Utsmani dan Rusia di bulan April 1877 Ziya Pasya dipindahkan ke wilayah lain.[8]
2. Namik
Kemal
Namik
Kemal lahir di Rhodosto pada 21 Desember 1840 dan meninggal pada 2 Desember
1888 di Mytilene. Ia barasal dari keluarga golongan atas dan oleh karena itu
orang tuanya sanggup menyediakan pendidikan khusus baginya di rumah. Disamping
pelajaran bahasa Arab dan Persia, kepadanya diberikan pula pelajaran bahas
Perancis. Dalam umur belasan tahun ia di angkat menjadi pegawai di kantor
penerjemahan dan kemudian dipindahkan menjadi pegawai di Istana Sultan.[9]
Namik Kemal sangat berperan aktif
dalam bidang pengetahuan diantaranya adalah ia merupakan seorang penyair utama
Turki, termasuk tokoh utama Turki Modern, dan pencipta bahasa modern dalam
sejarah sastra Turki. Karyanya banyak dipengaruhi oleh kelompok penyair Turki
modern, dengan tokoh utama Ibrahim Shinasi Efendi. Pemikiran tokoh ini yang
telah mempengaruhinya dengan mengubah pola syairnya dari tradisional menjadi
bernafaskan Barat. Selain itu ia juga menjadi editor surat kabar berbahasa
Turki, Tasvir-i- Efkar. Ditangan Namik Kemal inilah penerbitan tersebut menjadi
surat kabar yang berpengaruh di Turki, yang kemudia menjadi tempat menyuarakan
aspirasi politik Utsmani muda.[10]
3. Midhat
Pasha
Nama
lengkapnya Hafidz Ahmad Syafiq Midhat Pasya. Ia lahir pada tahun 1822 M di
Istanbul Turki dan wafat pada tahun 1884 M. Pendidikan agamanya diperoleh dari
ayahnya sendiri. Dalam usia 10 tahun ia telah hafiz al-Qur'an. Oleh karena itu
ia digelari al-Hafidz. Pendidikannya yang tertinggi adalah pada Universitas
al-Fatih.
Kemudian dalam usia belasan tahun ia menjadi pegawai di Biro Perdana Mentri. Di tahun 1858 ia diberi cuti untuk berkunjung selama enam bulan ke Eropa.[11] Kemudian ia diangkat beberapa kali sebagai Gubernur di berbagai daerah. Dalam jabatan ini ia menunjukkan kecakapan luar biasa. Di tahun 1872 ia diangkat oleh Sultan Abdul Aziz menjadi perdana menteri. Tetapi karena selalu mengalami bentrok dengan kekuasaan absolut sultan, ia diberhentikan beberapa bulan kemudian.[12]
Kemudian dalam usia belasan tahun ia menjadi pegawai di Biro Perdana Mentri. Di tahun 1858 ia diberi cuti untuk berkunjung selama enam bulan ke Eropa.[11] Kemudian ia diangkat beberapa kali sebagai Gubernur di berbagai daerah. Dalam jabatan ini ia menunjukkan kecakapan luar biasa. Di tahun 1872 ia diangkat oleh Sultan Abdul Aziz menjadi perdana menteri. Tetapi karena selalu mengalami bentrok dengan kekuasaan absolut sultan, ia diberhentikan beberapa bulan kemudian.[12]
Sebagai
tokoh gerakan Usmani Muda, oleh sahabat seperjuangannya ia dipercayakan
memegang pemerintahan dan sekaligus memperjuangkan cita-cita gerakan ittu. Maka
ia, selain menjadi Gubernur di Balkan dan Baghdad, pada Tahun 1872 berhasil
menjadi menteri Kehakiman dan kemudian menjadi Perdana Mentri. Midhat Pasha
adalah Menteri Kehakiman dalam Kabinet Muhammad Rusydie Pasha pada masa
Kekhalifahan Abdul Aziz.
BAB
IV
Ide
Pemikiran dan Pembaharuan
1. Ziya
Pasha (1825-1880 M)
a) Sistem
Pemerintahan Konstitusional
Menurut beliau,
suatu Negara akan maju jika Negara tersebut melaksanakan sistem pemerintahan
konstitusional dan meninggalkan sistem pemerintahan yang absolute, seperti
Negara Eropa. Konstitusi menurutnya adalah konstitusi yang membawa cita-cita
Islam dengan metode Barat. Ia ingin memgabungkan metode-metode Eropa dalam
bidang pemerintahan, administrasi dan ekonomi dengan ajaran Islam.[13]
b) Pembentukan
Parlemen
Dalam sistem kontitusional, harus ada Dewan Perwakilan
Rakyat. Alasan perlu adanya DPR ini adalah agar perbedaan pendapat dapat
ditampung dan kritik terhadap pemerintah diperlukan untuk kepentingan
pemerintah dan rakyat. Dasar pembentukan parlemen ini bukan hanya diambil
dari Eropa, melainkan dari sumber ajaran Islam, yakni Al-Qur’an, yang mana
didalamnya mengajarkan Nabi Muhammad
saw, untuk bermusyawarah. Ajaran ini lah yang diinterpretasikan dengan kata
“Perwakilan”, “Parlemen”, dan “Kedaulatan Rakyat”.[14]
Bagi beliau, sebenarnya tidak sepenuhnya setuju terhadap
pembaharuan yang hanya mencomot ide-ide barat tanpa sikap kritis. Menurutnya,
umat Islam harus tetap mengkritisi setiap kebudayaan barat dan nilai-nilai
kemajuan yang dibawanya. Dalam hal demikian, Ia juga tidak sependapat dengan
orang yang mengatakan bahwa agama Islam dapat dianggap sebagai penghalang
kemajuan.[15]
2.
Namik Kemal
(1840-1888 M)
Sebagai
pemikir yang menginginkan kemajuan Turki, ia melihat bahwa sebab-sebab yang
membawa kemunduran Turki itu terletak pada keadaan ekonomi dan politik yang
tidak beres. Untuk mengatasi persoalan ini maka jalan pertama yang harus
dilakukan adalah dengan mengubah sistem pemerintahan absolute menjadi pemerintahan
konstitusional.[16]
a) Sistem
Pemerintahan
Sistem yang
diinginkan oleh Namik Kemal adalah sistem pemerintahan konstitusional. Sistem
ini tidak bertentangan dengan Islam, dan bukan pula suatu bid’ah. Tidak hanya itu juga menganjurkan agar dalam
pemerintahan konstitusional kerajaann Utsamani dibentuk pemisahan antara
kekuasaan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.[17]
b) Kedaulatan
Negara yang baik
adalah Negara yang memakai kedaulatan rakyat sebagai fondasi dan disamping itu
juga menjamin tidak dilanggarnya hak-hak rakyat. Rakyat dalam pandangan Namik
Kemal adalah warga Negara yang mempunyai hak politik yang harus dihormati dan
dilindungi. Kedaulatan terletak ditangan rakyat bukan tangan orang lain, akan
tetapi pelaksanaan kedaulatan ini tidak mungkin dijalankan oleh seluruh rakyat,
oleh karena itu perlulah adanya sistem perwakilan, yang mana wakil-wakil yang
terpilih itulah yang akan memegang kedaulatan rakyat. Disini Nampak bahwa
bentuk pemerintahan yang diingin oleh Namik Kemal adalah Pemerintahan
Demokratis.[18]
Baginya,
pemerintahan demokratis itu tidakk bertentangan dengan Islam, karena sebenarnya
pemerintahan awal Islam yang dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin bercorak
demokratis. Hal ini karena sistem bai’ah
pada masa pemerintahan khalifah mempunyai arti yaitu Kedaulatan Rakyat, kerena
melalui sistem ini rakyat menyatakan persetujuan mereka atas pengangkatan
Khalifah baru. Bai’ah merupakan kontrak sosial yang terjadi antara rakyat
dengan khalifah dan kontrak ini dapat dibatalkan apabila khalifah mengabaikan
kewajiban-kewajibannya sebagai kepala Negara.[19]
c) Cinta
Tanah Air
Tanah air yang
dimaksudkan oleh Namik Kemal bukan hanya tanah air Turki saja, melainkan
meliputi seluruh kerajaan Turki Utsmani. Kemudian ia melihat perlunya persatuan
umat Islam dibawah kepemimpinan Turki Utsmani, sebagai Negara Islam terbesar
dan terkuat saat itu. Tujuannya adalah untuk bersama-sama untuk mempelajar dan
menyesuaikan peradaban modern dengan ajaran-ajaran Islam.
Ide-ide yang
dimunculkan oleh Namik Kemal di atas menjadi pedoman bagi penyusunan
Undang-Undang Dasar 1876 dari Kerajaan Utsmani.[20]
3. Midhat
Pasha ( 1822- 1883 M)
Midhat
bercita-cita untuk menjadikan kerajaan Utsmani menjadi negara konstitusional
dan demokrasi seperti yang dilihatnya di Prancis dan Inggris. Untuk mencapai
tujuan ini, jalan yang harus ditempuh adalah membentuk konstitusi dan Dewan
Perwakilan Rakyat. Jika seperti itu maka kedaulatan ada di tangan rakyat dan
bukan ditangan sultan maupun para pembantunya.
Dibidang
pertahanan, Midhat melihat bahwa Usmaniyah adalah salah satu tanah tersubur
didunia. Akan tetapi kenyataannya sangat kontradiktif dengan rakyatnya yang
tetap miskin. Menurut Midhat, penerapan pajak yang memberatkan dan kerakusan
Negara-negara Eropa yang selalu menghalangi kemajuan Turki Usmani adalah salah
satu penyebabnya. Menurutnya, kemajuan Utsmani tidak akan tercapai kecuali
kalau ia mau belajat dari demokrasi bangsa Eropa, dan membentuk satu
Konstitusi, dan sebab itulah ia menggabungkan antara term Islam dengan konsep
Barat dalam mewujudkan konstitusi.
Ide Mihdat tersebut mendapat
tantangan bukan saja dari Sultan tetapi juga dari ulama. Mihdat sebagai tokoh Utsmani Muda memahami
konsepnya dalam terminology Barat, sedangkan ulama memahaminya dari kacamata
Islam. Hingga mengakibatkan susahnya untuk menghasilkan konstitusi yang
benar-benar demokratis, tetapi yang lahir justru konstitusi yang bersifat semi
otokratis. Konstitusi yang bersifat semi otokratis ini ditandatangani oleh
Sultan Abdul Hamid II pada tanggal 23 Desember 1876.[21]
BAB
V
PENUTUP
\ Kesimpulan
DAFTAR
PUSTAKA
Khairiyah.
Islam dan Logika Modern : Mengupas
Pemahaman Pembaruan Islam. Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2008.
Nasution,
Harun. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah
Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang, , cet.8, 1991.
------------,Islam Ditinjau Dari
Berbagai Aspeknya, Jilid II. Jakarta: UI Press, 1986.
Rasyid,
Sorayah. Sejarah Islam Abad Modern.Yogyakarta:
Ombak, 2012.
[1] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya , jilid. II (Jakarta: UI Press, 1986),
hlm. 103
[2] Khairiyah, Islam dan Logika Modern : Mengupas Pemahaman Pembaruan Islam (Jogjakarta:
Ar-ruz Media, 2008), hlm.65
[3] Sorayah Rasyid, Sejarah Islam Abad Modern ( Yogyakarta:
Ombak, 2013), hlm. 106
[4]
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran
dan Gerakan, cet.8 (Jakarta: Bulan Bintang,1991), hlm.105
[5]
Sorayah Rasyid, Ibid.
[6]
Khairiyah, Ibid, hlm.67
[7] Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Ibid, hlm.105
[8]
Sorayah Rasyid, Ibid, hlm. 109
[9] Harun Nasution, Ibid, hlm.106
[10] Khairiyah, Ibid, hlm.69
[11] Harun Nasution, Pembaharuan hlm.110
[12] Sorayah Rasyid, Sejarah Islam Abad Modern, hlm. 117
[14] Harun Nasution Pembaharuan Dalam Islam.hlm.106
[16] Ibid. hlm.107
[18] Sorayah Rasyid, Ibid. hlm. 114-115
[19] Harun Nasution, pembaharuan Dalam Islam. hlm.108
[20] Ibid. hlm.110
[21] Harun Nasution, pembaharuan Dalam Islam. hlm.112
Tidak ada komentar:
Posting Komentar