Selasa, 15 Desember 2015

Utsmani Muda : Sejarah Berdirinya, Tokoh dan pemikirannya

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Negara Turki yang ada sekarang mempunyai sejarah yang panjang untuk bisa maju dan menjadi bagian dari Eropa. Turki dulunya merupakan kerajaan Islam terbesar dan terlama. Akan tetapi hal tersebut dipatahkan dengan adanya ide-ide pembaharuan dikalangan petinggi. Sejalan dengan itu, pembaharuan di tubuh Utsmani tidak sekeras seperti pembeharuan di Negara-negara lain.
Dipertengahan kedua dari abad ke 19, muncul suatu gerakan yang tidak merasa puas terhadap pembaruan pada zaman Tanzimat. Gerakan ini kemudian dikenal dengan nama Utsmani Muda. Ide-idenya yaitu menginginkan adanya perubahan yang lebih tegas terhadap kekuasaan absolute sultan dengan mengadakan pembaruan bidang Konstitusi.[1]
Dalam pengantar diatas maka pemakalah akan memaparkan rumusan masalah serta bab-bab yang akan menjawab dari rumusan masalah tersebut, dan semoga dengan pemaparan makalah ini bisa menambah pengetahuan tentang pembaharuan yang dilakukan oleh Utsmani Muda.
B.     Rumusan Masalah
1.      Latar Belakang  Munculnya Pembaharuan Utsmani Muda ?
2.      Siapa tokoh pembaharu Utsmani Muda ?
3.      Apa saja pemikiran para tokoh ?

BAB II
Latar Belakang Munculnya Utsmani Muda
Berawal dari kerajaan Turki yang pada awal abad ke 19 berada dalam kondisi berantakan dan terpecah-pecah, serta minimnya Kontrol pemerintahan dalam segala aspek. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya kebudayaan asing yang masuk ke Turki tanpa adanya seleksi kebenarannya.[2]
Utsmani Muda (Ittifak-Hmaiye Patriot Alliance Yamh- Society of Young Ottoman[3]- Yeni Usmanlilar-Young Ottoman) dikenal sebagai Golongan intelegensia Kerajaan Utsmani yang banyak menentang kekuasaan absolute Sultan, karena pemikiran dari pemuka-pemuka Utsmani Muda banyak mempengaruhi pembaharuan yang diadakan sesudah zaman Tanzimat.[4] Gerakan ini merupakan suatu perkumpulan rahasia yang didirikan pada tahun 1865 di Istanbul. Tujuan dari gerakan ini ialah ingin merubah kepemerintahan Turki Utsmani yang absolut menjadi pemerintahan yang konstitusional.[5] Munculnya gerakan ini tidak lepas dari pembaruan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II (1808-1839 M), karena berhasil menghancurkan tiga golongan oposisi yang menentang upaya pembaruan. Pembaruan beliau  ini lebih bercorak western.
Secara umum, pembaruan di Turki memang bercorak sekuler. Ini dikarenakan para pelaku pembaru yang birokrat itu pada umumnya hanya melihat kemajuan Barat sebagai tolak ukurnya. Para pembaru umumnya adalah nasionalis sejati yang meletakkan kelangsungan hidup Negara diatas segala-galanya, termasuk mengesampingkan peranan agama.[6]

BAB III
Tokoh-tokoh Utsmani Muda
Setelah Ali Pasya selaku perdana menteri yang bekerjasama dengan Sultan Abdul Aziz yang bersifat absolut. Maka tekanan terhadap Utsmani Muda mulai longgar. Serta sebagian anggotanya kembali ke Istanbul dan melanjutkan usahanya untuk mewujudkan pemerintahan konstitusional.
Disini pemakalah memaparkan Tokoh-tokoh Utsmani muda yang sangat menonjol diantaranya, Midhat Pasha, Ziya Pasha dan Namik Kemal.
1.      Ziya Pasha
Zia lahir pada tahun 1825 di Istanbul dan meninggal pada tahun 1880. Ia anak seorang pegawai Kantor Bea Cukai Istanbul. Setelah menyelesaikan pelajaran pada sekolah Sulaymaniye, yang didirikan Sultan Mahmud II ini diangkat menjadi pegawai pemerintah selagi masih berusia muda. Atas usaha Mustafa Rasyid Pasha. Pada tahun 1854 ia diterima menjadi salah satu sekrtaris sultan. Namun permusuhannya dengan Ali Pasha membuat ia terpaksa pergi ke Eropa di tahun 1867 dan tinggal disana selama lima tahun.[7]
Di tahun 1876 ia kembali ke Istanbul dan duduk dalam komisi yang bertugas merancang konstitusi kerajaan Turki Utsmani. Setelah konstitusi itu di berlakukan, Ziya dan temannya disingkirkan dari pemerintahan. Ia diangkat menjadi gubernur di wilayah yang jauh dan sering dipindah-pindahkan. Awalnya ia menjadi gubernur di Damaskus dan dua bukan setelah pecah perang di Turki Utsmani dan Rusia di bulan April 1877 Ziya Pasya dipindahkan ke wilayah lain.[8]
2.      Namik Kemal
Namik Kemal lahir di Rhodosto pada 21 Desember 1840 dan meninggal pada 2 Desember 1888 di Mytilene. Ia barasal dari keluarga golongan atas dan oleh karena itu orang tuanya sanggup menyediakan pendidikan khusus baginya di rumah. Disamping pelajaran bahasa Arab dan Persia, kepadanya diberikan pula pelajaran bahas Perancis. Dalam umur belasan tahun ia di angkat menjadi pegawai di kantor penerjemahan dan kemudian dipindahkan menjadi pegawai di        Istana Sultan.[9]
Namik Kemal sangat berperan aktif dalam bidang pengetahuan diantaranya adalah ia merupakan seorang penyair utama Turki, termasuk tokoh utama Turki Modern, dan pencipta bahasa modern dalam sejarah sastra Turki. Karyanya banyak dipengaruhi oleh kelompok penyair Turki modern, dengan tokoh utama Ibrahim Shinasi Efendi. Pemikiran tokoh ini yang telah mempengaruhinya dengan mengubah pola syairnya dari tradisional menjadi bernafaskan Barat. Selain itu ia juga menjadi editor surat kabar berbahasa Turki, Tasvir-i- Efkar. Ditangan Namik Kemal inilah penerbitan tersebut menjadi surat kabar yang berpengaruh di Turki, yang kemudia menjadi tempat menyuarakan aspirasi politik Utsmani muda.[10]
3.      Midhat Pasha
Nama lengkapnya Hafidz Ahmad Syafiq Midhat Pasya. Ia lahir pada tahun 1822 M di Istanbul Turki dan wafat pada tahun 1884 M. Pendidikan agamanya diperoleh dari ayahnya sendiri. Dalam usia 10 tahun ia telah hafiz al-Qur'an. Oleh karena itu ia digelari al-Hafidz. Pendidikannya yang tertinggi adalah pada Universitas al-Fatih.
Kemudian dalam usia belasan tahun ia menjadi pegawai di Biro Perdana Mentri. Di tahun 1858 ia diberi cuti untuk berkunjung selama enam bulan ke Eropa.[11] Kemudian ia diangkat beberapa kali sebagai Gubernur di berbagai daerah. Dalam jabatan ini ia menunjukkan kecakapan luar biasa. Di tahun 1872 ia diangkat oleh Sultan Abdul Aziz menjadi perdana menteri. Tetapi karena selalu mengalami bentrok dengan kekuasaan absolut sultan, ia diberhentikan beberapa bulan kemudian.[12]
Sebagai tokoh gerakan Usmani Muda, oleh sahabat seperjuangannya ia dipercayakan memegang pemerintahan dan sekaligus memperjuangkan cita-cita gerakan ittu. Maka ia, selain menjadi Gubernur di Balkan dan Baghdad, pada Tahun 1872 berhasil menjadi menteri Kehakiman dan kemudian menjadi Perdana Mentri. Midhat Pasha adalah Menteri Kehakiman dalam Kabinet Muhammad Rusydie Pasha pada masa Kekhalifahan Abdul Aziz.

BAB IV
Ide Pemikiran dan Pembaharuan
1.      Ziya Pasha (1825-1880 M)
a)      Sistem Pemerintahan Konstitusional
Menurut beliau, suatu Negara akan maju jika Negara tersebut melaksanakan sistem pemerintahan konstitusional dan meninggalkan sistem pemerintahan yang absolute, seperti Negara Eropa. Konstitusi menurutnya adalah konstitusi yang membawa cita-cita Islam dengan metode Barat. Ia ingin memgabungkan metode-metode Eropa dalam bidang pemerintahan, administrasi dan ekonomi dengan ajaran Islam.[13]
b)      Pembentukan Parlemen
Dalam sistem kontitusional, harus ada Dewan Perwakilan Rakyat. Alasan perlu adanya DPR ini adalah agar perbedaan pendapat dapat ditampung dan kritik terhadap pemerintah diperlukan untuk kepentingan  pemerintah dan rakyat. Dasar pembentukan parlemen ini bukan hanya diambil dari Eropa, melainkan dari sumber ajaran Islam, yakni Al-Qur’an, yang mana didalamnya  mengajarkan Nabi Muhammad saw, untuk bermusyawarah. Ajaran ini lah yang diinterpretasikan dengan kata “Perwakilan”, “Parlemen”, dan “Kedaulatan Rakyat”.[14]
Bagi beliau, sebenarnya tidak sepenuhnya setuju terhadap pembaharuan yang hanya mencomot ide-ide barat tanpa sikap kritis. Menurutnya, umat Islam harus tetap mengkritisi setiap kebudayaan barat dan nilai-nilai kemajuan yang dibawanya. Dalam hal demikian, Ia juga tidak sependapat dengan orang yang mengatakan bahwa agama Islam dapat dianggap sebagai penghalang kemajuan.[15]
2.      Namik Kemal (1840-1888 M)
Sebagai pemikir yang menginginkan kemajuan Turki, ia melihat bahwa sebab-sebab yang membawa kemunduran Turki itu terletak pada keadaan ekonomi dan politik yang tidak beres. Untuk mengatasi persoalan ini maka jalan pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengubah sistem pemerintahan absolute menjadi pemerintahan konstitusional.[16]
a)      Sistem Pemerintahan
Sistem yang diinginkan oleh Namik Kemal adalah sistem pemerintahan konstitusional. Sistem ini tidak bertentangan dengan Islam, dan bukan pula suatu bid’ah.  Tidak hanya itu juga menganjurkan agar dalam pemerintahan konstitusional kerajaann Utsamani dibentuk pemisahan antara kekuasaan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.[17]
b)      Kedaulatan
Negara yang baik adalah Negara yang memakai kedaulatan rakyat sebagai fondasi dan disamping itu juga menjamin tidak dilanggarnya hak-hak rakyat. Rakyat dalam pandangan Namik Kemal adalah warga Negara yang mempunyai hak politik yang harus dihormati dan dilindungi. Kedaulatan terletak ditangan rakyat bukan tangan orang lain, akan tetapi pelaksanaan kedaulatan ini tidak mungkin dijalankan oleh seluruh rakyat, oleh karena itu perlulah adanya sistem perwakilan, yang mana wakil-wakil yang terpilih itulah yang akan memegang kedaulatan rakyat. Disini Nampak bahwa bentuk pemerintahan yang diingin oleh Namik Kemal adalah Pemerintahan Demokratis.[18]
Baginya, pemerintahan demokratis itu tidakk bertentangan dengan Islam, karena sebenarnya pemerintahan awal Islam yang dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin bercorak demokratis. Hal ini karena sistem bai’ah pada masa pemerintahan khalifah mempunyai arti yaitu Kedaulatan Rakyat, kerena melalui sistem ini rakyat menyatakan persetujuan mereka atas pengangkatan Khalifah baru. Bai’ah merupakan  kontrak sosial yang terjadi antara rakyat dengan khalifah dan kontrak ini dapat dibatalkan apabila khalifah mengabaikan kewajiban-kewajibannya sebagai kepala Negara.[19]
c)      Cinta Tanah Air
Tanah air yang dimaksudkan oleh Namik Kemal bukan hanya tanah air Turki saja, melainkan meliputi seluruh kerajaan Turki Utsmani. Kemudian ia melihat perlunya persatuan umat Islam dibawah kepemimpinan Turki Utsmani, sebagai Negara Islam terbesar dan terkuat saat itu. Tujuannya adalah untuk bersama-sama untuk mempelajar dan menyesuaikan peradaban modern dengan ajaran-ajaran Islam.
Ide-ide yang dimunculkan oleh Namik Kemal di atas menjadi pedoman bagi penyusunan Undang-Undang Dasar 1876 dari Kerajaan Utsmani.[20]
3.      Midhat Pasha ( 1822- 1883 M)
Midhat bercita-cita untuk menjadikan kerajaan Utsmani menjadi negara konstitusional dan demokrasi seperti yang dilihatnya di Prancis dan Inggris. Untuk mencapai tujuan ini, jalan yang harus ditempuh adalah membentuk konstitusi dan Dewan Perwakilan Rakyat. Jika seperti itu maka kedaulatan ada di tangan rakyat dan bukan ditangan sultan maupun para pembantunya.
Dibidang pertahanan, Midhat melihat bahwa Usmaniyah adalah salah satu tanah tersubur didunia. Akan tetapi kenyataannya sangat kontradiktif dengan rakyatnya yang tetap miskin. Menurut Midhat, penerapan pajak yang memberatkan dan kerakusan Negara-negara Eropa yang selalu menghalangi kemajuan Turki Usmani adalah salah satu penyebabnya. Menurutnya, kemajuan Utsmani tidak akan tercapai kecuali kalau ia mau belajat dari demokrasi bangsa Eropa, dan membentuk satu Konstitusi, dan sebab itulah ia menggabungkan antara term Islam dengan konsep Barat dalam mewujudkan konstitusi.
Ide Mihdat tersebut mendapat tantangan bukan saja dari Sultan tetapi juga dari ulama.  Mihdat sebagai tokoh Utsmani Muda memahami konsepnya dalam terminology Barat, sedangkan ulama memahaminya dari kacamata Islam. Hingga mengakibatkan susahnya untuk menghasilkan konstitusi yang benar-benar demokratis, tetapi yang lahir justru konstitusi yang bersifat semi otokratis. Konstitusi yang bersifat semi otokratis ini ditandatangani oleh Sultan Abdul Hamid II pada tanggal 23 Desember 1876.[21]

BAB V
PENUTUP
\     Kesimpulan


DAFTAR PUSTAKA
Khairiyah. Islam dan Logika Modern : Mengupas Pemahaman Pembaruan Islam. Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2008.
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang, , cet.8, 1991.
------------,Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II. Jakarta: UI Press, 1986.
Rasyid, Sorayah. Sejarah Islam Abad Modern.Yogyakarta: Ombak, 2012.




[1] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya , jilid. II (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 103
[2] Khairiyah, Islam dan Logika Modern : Mengupas Pemahaman Pembaruan Islam (Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2008), hlm.65
[3] Sorayah Rasyid, Sejarah Islam Abad Modern ( Yogyakarta: Ombak, 2013), hlm. 106
[4] Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, cet.8 (Jakarta: Bulan Bintang,1991), hlm.105
[5] Sorayah Rasyid, Ibid.
[6] Khairiyah, Ibid, hlm.67
[7] Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Ibid, hlm.105
[8] Sorayah Rasyid, Ibid, hlm. 109
[9] Harun Nasution, Ibid, hlm.106
[10] Khairiyah, Ibid, hlm.69
[11] Harun Nasution, Pembaharuan hlm.110
[12] Sorayah Rasyid, Sejarah Islam Abad Modern, hlm. 117
[13] Ibid, hlm. 110
[14] Harun Nasution Pembaharuan Dalam Islam.hlm.106
[15] Ibid.
[16] Ibid. hlm.107
[17] Ibid. hlm.109
[18] Sorayah Rasyid, Ibid. hlm. 114-115
[19] Harun Nasution, pembaharuan Dalam Islam. hlm.108
[20] Ibid. hlm.110
[21] Harun Nasution, pembaharuan Dalam Islam. hlm.112

Tidak ada komentar:

Posting Komentar