BAB 1
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang
keha-dirannya hingga saat ini dirasakan dan sangat diperlukan. Akhlak secara
historis dan teologis tampil untuk mengawal dan memandu perjalanan umat Islam
agar bisa selamat di dunia dan di akhirat dan tidaklah berlebihan kiranya jika
dikatakan bahwa misi utama dari kerasulan Muhammad Saw adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia, begitulah yang telah disabdakan oleh beliau,
dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu
antara lain karena dukungan akhlaknya yang mulia, hingga Allah Swt sendiri
memuji akhlak mulia Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya, dan menjadikan beliau
sebagai uswah hasanah dalam berbagai hal agar kita bisa selamat di dunia dan
akhirat.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya
adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral,
kesusilaan dan kesopanan adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak
kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat
terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap
pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah
kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau
merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah
membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan,
meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi.
BAB 2
Pembahasan
A. Pengertian dari
Akhlak, Etika dan Moral
1.
Pengertian Akhlak
Secara bahasa (etimologi), kata akhlak berasal dari bahasa Arab
akhlak (ق
|
Namun karena ada kesamaan akar kata, maka berbagai makna tersebut
tetap saling berhubungan. Diantaranya adalah kata al-khalq artinya
ciptaan. Dalam bahasa Arab kata al-khalq artinya menciptakan sesuatu
tanpa didahului oleh sebuah contoh, atau dengan kata lain menciptakan sesuatu
dari tiada[2]
dan yang bisa melakukan hal ini hanyalah Allah, sehingga hanya Allahlah yang
berhak berpredikat Al-Khaliq atau Al-Khallaq sebagaimana yang
diungkapkan dalam QS. al-Hasyr ayat 24هو الله الخالق البار ئ المصوّر dan QS. Yasin ayat 81 yang berbunyi بلى و هو الخلاق العليم .
Di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan:
اَلْاَخْلاَقُ هِىَ صِفَاتُ
تُ اْلِانْسَانِ اْلاَدَبِيِّةُ
“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”. [3]
Dari pengertian
di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia
sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat
lahir berupa perkataan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk,
disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.Prof. Dr. Ahmad Amin
mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak
itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya disebut akhlak. Contohnya,
bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.
Akhlak adalah
hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala
pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun
yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk.
Rasulullah saw bersabda: " Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah
ialah yang paling baik akhlaknya"[4].
Jadi, pada
hakikatnya Khulk atau akhlak ialah sesuatu kondisi atau sifat yang telah
meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga timbullah berbagai macam
perbuatan dengan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut
pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan akhlak mulia sebaliknya
apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah akhlak yang tercela.
Oleh karenanya,
dapatlah disebut bahwa “ akhlak adalah nafsiah (kejiwaan) atau Maknawiyah (
abstrak) dan bentuknya yang kelihatan kita namakan muamalah ( tindakan) atau
suluk ( prilaku), maka akhlak adalah sumber dan prilaku adalah bentuknya.
Sementara itu
dari sudut terminologi (istilah), ada banyak pendapat yang mengemukakan istilah
akhlak. Diantaranya adalah yang dikemukakan
Al-Ghazali[5]:
فالخلق عبارة عن
هيئة في النفس راسخة عن تصدرالأفعال بسهولة ويسرمن غيرحاجة إلى فكر ورؤية، فان
كانت الهيئة بحيث تصدرعنها الأفعال الجميلة المحمودة عقلا وشرعا سميت تلك الهيئة
خلقا حسنا وإن كان الصادرعنها الأفعال القبيحة سميت تلك الهيئة التى هى المصدر
خلقا سيئا
Artinya :
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Maka bila sifat itu memunculkan perbuatan baik dan terpuji
menurut akal dan syariat maka sifat itu disebut akhlak yang baik, dan bila yang
muncul dari sifat itu perbuatan-perbuatan buruk maka disebut akhlak yang buruk.
Pengertian di
atas memberikan pemahaman bahwa al-khuluq disebut sebagai kondisi atau
sifat yang terpatri dan meresap dalam jiwa, sehingga si pelaku perbuatan
melakukan sesuatu itu secara sepontan dan mudah tanpa dibuat-buat, karena
seandaianya ada orang yang mendermakan hartanya dalam keadaan yang jarang sekali
untuk dilakukan (mungkin karena terpaksa atau mencari muka), maka bukanlah
orang tersebut dianggap dermawan sebagai pantulan kepribadiannya. Sifat yang
telah meresap dan terpatri dalam jiwa itu juga disyaratkan dapat menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan lagi.
Ibnu Maskawih
memberikan definisi senada mengenai istilah khuluq sebagai berikut :
الخلق
حال للنفس داعية لهاإلى أفعالها من غير فكر ورؤية [6]
Artinya: Khuluq ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke
arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pemikiran.
Dijelaskan pula
oleh Ibnu Maskawaih bahwa keadaan gerak jiwa tersebut meliputi dua hal. Yang
pertama, alamiah dan bertolak dari watak, seperti adanya orang yang mudah marah
hanya karena masalah yang sangat sepele, atau tertawa berlebihan hanya karena
suatu hal yang biasa saja, atau sedih berlebihan hanya karena mendengar berita
yang tidak terlalu memprihatinkan. Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan atau
latihan. Pada awalnya keadaan tersebut terjadi karena dipertimbangkan dan
dipikirkan, namun kemudian menjadi karakter yang melekat tanpa dipertimbangkan
dan dipikirkan masak-masak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akhlak
merupakan manifestasi iman, Islam, dan ihsan yang merupakan refleksi sifat dan
jiwa secara spontan yang terpola pada diri seseorang sehingga dapat melahirkan
perilaku secara konsisten dan tidak tergantung pada pertimbangan berdasar
interes tertentu.
2.
Pengertian Etika
Etika, seperti
halnya dengan istilah yang menyangkut ilmiah lainnya berasal dari bahasa Yunani
kuno yaitu, ethos.[7]
Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti : tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha artinya adalah adat
kebiasaan. Dan arti inilah yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah
“etika” yang oleh filosuf besar Yunani, Aristoteles (384-322 sM) sudah dipakai
sebagai filsafat moral.[8]
Jika dilihat
dari kamus besar bahasa indonesia, etika dijelaskan dengan tiga arti :
a) nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan dan masyarakat,
b) kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak,
c) ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Etika sebagai
salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk
menentukan nilai perbuatan tersebut, baik atau buruk, maka ukuran untuk
menentukan nilai itu adalah akal pikiran Atau dengan kata lain, dengan akal lah
orang dapat menentukannya baik atau buruk.
Dalam hubungan
ini Dr. H. Hamzah Ya’qub menyimpulkan atau merumuskan: “Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh
yang dapat diketahui oleh akal pikiran”[9].
Kita memberikan
timbangan kepada berbagai perbuatan “baik atau buruk, benar atau salah, hak
atau batal.” Hukum ini merata diantara manusia baik yang tinggi kedudukannya
maupun yang rendah. Hal tersebut dapat diucapkan oleh ahli hukum didalam soal
undang – undang, oleh ahli perusahaan kepada perusahaan mereka, bahkan oleh
anak – anak dalam permainan mereka ; maka apakah artinya “baik atau buruk?” dan
dengan ukuran “apakah” kita mengukur perbbuatan yang akan kita beri hukum “baik
atau buruk?”. Etika, suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
meneerangkan apa yang dilakukan oleh manusia pada yang lainnya, menyatakan
tujuan yang harus di tuju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
jalan untuk melakukan apa yang harus di perbuat.
Tujuan etika
dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia
disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk yang
dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.
Dengan demikian
bahwa pokok persoalan etika ialah segala perbuatan yang timbul dari orang yang
melakukan dengan ikhtiar dan sengaja dan ia mengetahui kapan ia melakukannya.
3.
Pengertian Moral
Berasal dari
bahasa latin, yaitu jamak dari mose yang berarti adat kebiasaan[10].
Istilah moral dan etika sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada
sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
Dalam hal ini
hamzah ya’qub mengatakan bahwa yang d maksud moral adalah sesuai dengan ide-ide
umum tentang tindakan manusia mana yang baik mana yang wajar[11]. Senada
dengan hamzah ya’qub, secara detail dalam ensiklopedia pendidikan di sebutkan
bahwa moral adalah nilai dasar masyarakat untuk memilih antara nilai hidup (
moral) juga adat istiadat yang menjadi dasar untuk menunjukkan baik dan buruk
maka untuk mengukur tingkah laku manusia (baik dan buruk ) dapat di lihat dari
penyesuaiannya dengan adat istiadat yang umum di terima masyarakat, yang
meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. karena itu , dapat di
katakan baik atau buruk yang diberikan secara moral hanya bersifat lokal. Ini
lah yang membedakan antara etika dan moral.
Perbedaan lain
antara etika dan moral adalah etika lebih bersifat teori sedang moral lebih
bersifat praktis, etika memandang tingkah laku manusia secara universal (Umum)
sedangkan moral secara lokal (khusus), etika menjelaskan ukuran yang dipakai,
moral merealisasikan ukuran itu dalam perbuatan.
Pembagian
konsep mengenai moral ada tiga, tiga alur perkembangan intelektual yaitu pada
masa klasik, abad peertengahan dan modern :
ü Sepanjang abad
klasik,dunia dipandang dari berbagai kekuatan alami dan alur utama dari
pemikiran tentang moral di zaman klasik itu.
ü menggunakan
ukuran moral atau standart yang objektif maka hal tersebut bersifat natural,
objektif dan rasional.
ü Abad
pertengahan, alur pikiran utama digariskan oleh pandangan yang terarah terhadap
suatu dunia lain (akhirat) pandangan yang lain adalah kebenaran di gariskan
oleh wahyu ilahi,yaitu cenderung bersifat rohania (spritualistic) yang
bertopang pada iman dan sebanding dengan penalaran.
ü Pada abad
modern,alur utama dalam moralitas menunjukkan perbedaan yang jelas dengan abad
klasik dan pertengahan.akan tetapi pemikiran epistimologis sifatnya
naturalistic yamg pola pemikirannya khas modern yaitu sains telah mengubah
mengambil alih kedudukan iman ddan penalaran sebagai sumber utama dari
pengetahuan tentang dunia[12].
Moral
adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian
terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah
perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia.
apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di
masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga
sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama.
4. Macam-Macam
Akhlak, Etika dan Moral
·
Macam-macam Akhlak
Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi
dan orang-orang sidiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan akhlak setan dan
orang-orang tercela. Maka pada dasarnya akhlak itu dibagi menjadi dua macam,
yaitu:
1.
Akhlak baik (al-akhlaqul mahmudah), yaitu perbuatan baik terhadap
Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain.
2.
Akhlak buruk atau tercela (al-akhlakul madzmumah), yaitu perbuatan
buruk terhaap Tuhan , sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain[13].
·
Macam-macam Etika
Dalam membahas etika
sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis itu sama
halnya dengan berbicara tentang moral. Manusia disebut etis karena manusia
secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas
keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara
rohani dengan jasmaninya, dan antara ssebagai makhluk dengan penciptanya.
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan
dengan etika, terdapat tiga macam etika yaitu sebagai berikut:
Ø Etika Deskriptif adalah
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta
secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu
fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat
disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa
nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu yang
memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
Ø Etika Normatif adalah
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normatif merupakan
norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati
dan berlaku di masyarakat.
Ø
Etika metaetika merupakan sebuah cabang dari etika yang membahas dan
menyelidiki serta menetapkan arti dan makna istilah-istilah normatif yang
diungkapkan lewat pertanyaan-pertanyaan etis yang membenarkan atau menyalahkan
suatu tindakan. Istilsh-istilah normatif yang sering mendapat perhatian khusus,
antara lain keharusan, baik, buruk, benar, salah, yang terpuji, tercela, yang
adil, yang semestinya[14].
·
Macam-macam Moral
ü
Moral keagamaan merupakan moral yang selalu berdasarkan pada ajaran agama
Islam.
ü
Moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan
hanya bersifat duniawi semata-mata.
5.
Persamaan Akhlak, Etika dan Moral
Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
v
Pertama, akhlak, etika,
dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku,
sifat, dan perangai yang baik.
v
Kedua, akhlak, etika, moral
merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan
harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral
seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas
kemanusiaannya.
v
Ketiga, akhlak, etika, moral
seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor
keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi
positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi
positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta
dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara
tersu menerus, berkesinambungan, dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
6. Perbedaan Akhlak, Etika
dan Moral
Dari Seginya di bagi
menjadi 2 bagian yaitu : 1) berdasarkan tolak ukur dan 2) berdasarkan sifat
v
Berdasarkan Tolak Ukur
o
Akhlak tolak ukurnya al-qur’an dan As Sunnah
o
Etika tolak ukurnya pikiran atau akal
o
Moral tolak ukurnya norma hidup yang ada di masyarakat berupa adat atau
aturan tertentu.
v
Berdasarkan Sifat
o
Etika bersifat teori
o
Akhlak dan Moral bersifat praktis
BAB
3
Penutup
A. Kesimpulan
ü
Dari uraian diatas dapat di simpulkan sebagai berikut :
·
Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
·
Etika adalah ilmu yang mempelajari soal
kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama yang mengenai
gerak gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan sampai
mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan.
·
Moral
adalah suatu tindakan yang sesuai dengan ukuran tindakan yang umum diterima
oleh kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
§ Akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan
buruk atau mulia dan tercela. Sumber akhlak adalah Al-Quran dan sunah.
§ Etika untuk menentukan nilai perbuatan manusia
baik atau buruk tolak ukur yang digunakan atau sumbernya adalah akal pikiran
atau rasio (filsafat),
§ Moral tolak ukur yanng digunakan adalah
norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dimasyarakat.
o Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu: akhlak
mahmudah dan akhlak madzmumah.
o Etika terbagi menjadi tiga macam, yaitu: etika
deskriptif, etika normatif dan etika metaetika.
o Moral terbagi menjadi moral keagamaan dan moral
sekuler.
BAB
4
Daftar
Pustaka
Alwan Khoiri,
dkk. Akhlak Tasawuf, yogyakarta : Pokja akademik UIN sunan kalijaga, 2005, hal
4
Lihat, Abu
al-Fadhal Jamal al-Din Muhammad Ibn Mukram Ibn Manzhur (selanjutnya disebut
Ibnu Manzhur), Lisan al-Arab, Jilid X, Beirut : Dar al-Fikr, 1990, hal.
85. Lihat juga, Luwis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, Cet.
XXXIII, Beirut : Dar al-Masyriq, 1986, hal. 193. Di dalam pemakaian bahasa Arab
kata khalaqa dan ja’ala dibedakan pengertiannya. Arti ja’ala
adalah menciptakan sesuatu yang masih berhubungan dan terikat dengan yang lain,
atau dengan kata lain menciptakan dari materi yang telah ada. Sementara khalaqa
berarti sebaliknya. Lihat Abu al-Baqa’ Ayub Ibn Musa al-Husaini, Al-Kulliyat,
Cet. II, Beirut : Mu’assasah, 1993, hal. 429-430.
http://alfutuchat.wordpress.com/2010/06/24/1-pengertian-akhlak-menurut-bahasa/
Ihsan Muhammad,
2005, Terjemahan Pengantar Study Ilmu
Hadist, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta
Ibn Maskawih, Tahdzib al-Akhlaq fi al-Tarbiyah, Cet. I, Beirut : Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyah, 1985, hal. 25.
Maurice B.
Mitchell (ed.), Encylopedia of Britanica, Vol. VIII, Chicago : William
Benton Publisher, 1968, hal. 752.
Martin
Oswald, Nicomachean Ethics, Indiana Polis, New York : The Bobs-Merril
Company Inc., 1962, hal. xix.
william m,
Kurtinez, moralitas ptilaku dan
perkembangan moral., jakarta: Ui press, 1992, hal 6
Mahjuddin, Kuliah
Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), Hlm. 9.
Abd haris, Etika
Hamka, (Yogyakarta: Elkis, 2010), Cet. I, hlm.35-37
http://ruslantara06.blogspot.com/2013/04/persamaan-dan-perbedaan-antara.html
[2] Lihat, Abu al-Fadhal
Jamal al-Din Muhammad Ibn Mukram Ibn Manzhur (selanjutnya disebut Ibnu
Manzhur), Lisan al-Arab, Jilid X, Beirut : Dar al-Fikr, 1990, hal. 85.
Lihat juga, Luwis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, Cet.
XXXIII, Beirut : Dar al-Masyriq, 1986, hal. 193. Di dalam pemakaian bahasa Arab
kata khalaqa dan ja’ala dibedakan pengertiannya. Arti ja’ala
adalah menciptakan sesuatu yang masih berhubungan dan terikat dengan yang lain,
atau dengan kata lain menciptakan dari materi yang telah ada. Sementara khalaqa
berarti sebaliknya. Lihat Abu al-Baqa’ Ayub Ibn Musa al-Husaini, Al-Kulliyat,
Cet. II, Beirut : Mu’assasah, 1993, hal. 429-430.
[5] Ibn Maskawih, Tahdzib
al-Akhlaq fi al-Tarbiyah, Cet.
I, Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1985, hal. 25.
[7] Lihat, Maurice B. Mitchell (ed.), Encylopedia
of Britanica, Vol. VIII, Chicago : William Benton Publisher, 1968, hal.
752.
[8] Martin Oswald, Nicomachean
Ethics, Indiana Polis, New York : The Bobs-Merril Company Inc., 1962, hal.
xix.
[9]http:///D:/Persamaan%20dan%20Perbedaan%20serta%20Keterkaitan%20Akhlak,%20Etika,%20Moral,%20Kesusilaan%20dan%20Kesopanan%20_%20yesisanrhadita.htm
Good luck....
BalasHapusbagus
BalasHapusAlhamdulillah..terima kasih atas tambahan referensinya..
BalasHapusKerja bagus
BalasHapusYg mna sii yg di blng referensi??
BalasHapus