Selasa, 15 Desember 2015

Pengertian, Persamaan dan Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral

BAB 1
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang keha-dirannya hingga saat ini dirasakan dan sangat diperlukan. Akhlak secara historis dan teologis tampil untuk mengawal dan memandu perjalanan umat Islam agar bisa selamat di dunia dan di akhirat dan tidaklah berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa misi utama dari kerasulan Muhammad Saw adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, begitulah yang telah disabdakan oleh beliau, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang mulia, hingga Allah Swt sendiri memuji akhlak mulia Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya, dan menjadikan beliau sebagai uswah hasanah dalam berbagai hal agar kita bisa selamat di dunia dan akhirat.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, kesusilaan dan kesopanan adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi.







BAB 2
Pembahasan
A.  Pengertian dari Akhlak, Etika dan Moral
1.      Pengertian Akhlak
Secara bahasa (etimologi), kata akhlak berasal dari bahasa Arab akhlak (ق

أخلا) adalah bentuk jama’,  sedang mufradnya adalah khalaq (خُلُقٌ) yang di artikan budi pekerti. Al-khuluk   sifatnya di ciptakan opleh pelakunya sendiri dan bisa bernilai baik dan buruk tergantung pada sifat perbuatan itu.[1] Kata khuluq (bentuk mufrad dari akhlaq) ini berasal dari fiil madhi khalaqa yang dapat mempunyai bermacam-macam arti tergantung pada mashdar yang digunakan. Ada beberapa kata Arab yang seakar dengan kata al-khuluq ini dengan perbedaan makna.
Namun karena ada kesamaan akar kata, maka berbagai makna tersebut tetap saling berhubungan. Diantaranya adalah kata al-khalq artinya ciptaan. Dalam bahasa Arab kata al-khalq artinya menciptakan sesuatu tanpa didahului oleh sebuah contoh, atau dengan kata lain menciptakan sesuatu dari tiada[2] dan yang bisa melakukan hal ini hanyalah Allah, sehingga hanya Allahlah yang berhak berpredikat Al-Khaliq atau Al-Khallaq sebagaimana yang diungkapkan  dalam QS. al-Hasyr ayat 24هو الله الخالق البار ئ المصوّر  dan QS. Yasin ayat 81 yang berbunyi بلى و هو الخلاق العليم .  
Di dalam Da’iratul Ma’arif  dikatakan:
اَلْاَخْلاَقُ هِىَ صِفَاتُ تُ اْلِانْسَانِ اْلاَدَبِيِّةُ
“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”. [3]
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perkataan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk. Rasulullah saw bersabda: " Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya"[4].
Jadi, pada hakikatnya Khulk atau akhlak ialah sesuatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga timbullah berbagai macam perbuatan dengan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan akhlak mulia sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah akhlak yang tercela.
Oleh karenanya, dapatlah disebut bahwa “ akhlak adalah nafsiah (kejiwaan) atau Maknawiyah ( abstrak) dan bentuknya yang kelihatan kita namakan muamalah ( tindakan) atau suluk ( prilaku), maka akhlak adalah sumber dan prilaku adalah bentuknya.
Sementara itu dari sudut terminologi (istilah), ada banyak pendapat yang mengemukakan istilah akhlak. Diantaranya adalah yang dikemukakan  Al-Ghazali[5]:
فالخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عن تصدرالأفعال بسهولة ويسرمن غيرحاجة إلى فكر ورؤية، فان كانت الهيئة بحيث تصدرعنها الأفعال الجميلة المحمودة عقلا وشرعا سميت تلك الهيئة خلقا حسنا وإن كان الصادرعنها الأفعال القبيحة سميت تلك الهيئة التى هى المصدر خلقا سيئا
Artinya : Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Maka bila sifat itu memunculkan perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syariat maka sifat itu disebut akhlak yang baik, dan bila yang muncul dari sifat itu perbuatan-perbuatan buruk maka disebut akhlak yang buruk.
Pengertian di atas memberikan pemahaman bahwa al-khuluq disebut sebagai kondisi atau sifat yang terpatri dan meresap dalam jiwa, sehingga si pelaku perbuatan melakukan sesuatu itu secara sepontan dan mudah tanpa dibuat-buat, karena seandaianya ada orang yang mendermakan hartanya dalam keadaan yang jarang sekali untuk dilakukan (mungkin karena terpaksa atau mencari muka), maka bukanlah orang tersebut dianggap dermawan sebagai pantulan kepribadiannya. Sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa itu juga disyaratkan dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi.
Ibnu Maskawih memberikan definisi senada mengenai istilah khuluq sebagai berikut :

الخلق حال للنفس داعية لهاإلى أفعالها من غير فكر ورؤية [6]

Artinya: Khuluq ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pemikiran.
Dijelaskan pula oleh Ibnu Maskawaih bahwa keadaan gerak jiwa tersebut meliputi dua hal. Yang pertama, alamiah dan bertolak dari watak, seperti adanya orang yang mudah marah hanya karena masalah yang sangat sepele, atau tertawa berlebihan hanya karena suatu hal yang biasa saja, atau sedih berlebihan hanya karena mendengar berita yang tidak terlalu memprihatinkan. Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan atau latihan. Pada awalnya keadaan tersebut terjadi karena dipertimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian menjadi karakter yang melekat tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan masak-masak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan manifestasi iman, Islam, dan ihsan yang merupakan refleksi sifat dan jiwa secara spontan yang terpola pada diri seseorang sehingga dapat melahirkan perilaku secara konsisten dan tidak tergantung pada pertimbangan berdasar interes tertentu.
2.      Pengertian Etika
Etika, seperti halnya dengan istilah yang menyangkut ilmiah lainnya berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu, ethos.[7] Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha artinya adalah adat kebiasaan. Dan arti inilah yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah “etika” yang oleh filosuf besar Yunani, Aristoteles (384-322 sM) sudah dipakai sebagai filsafat moral.[8]
Jika dilihat dari kamus besar bahasa indonesia, etika dijelaskan dengan tiga arti :
a)      nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan dan masyarakat,
b)      kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak,
c)      ilmu tentang apa yang  baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Etika sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut, baik atau buruk, maka ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal pikiran Atau dengan kata lain, dengan akal lah orang dapat menentukannya baik atau buruk.
Dalam hubungan ini Dr. H. Hamzah Ya’qub menyimpulkan atau merumuskan:  “Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran”[9].
Kita memberikan timbangan kepada berbagai perbuatan “baik atau buruk, benar atau salah, hak atau batal.” Hukum ini merata diantara manusia baik yang tinggi kedudukannya maupun yang rendah. Hal tersebut dapat diucapkan oleh ahli hukum didalam soal undang – undang, oleh ahli perusahaan kepada perusahaan mereka, bahkan oleh anak – anak dalam permainan mereka ; maka apakah artinya “baik atau buruk?” dan dengan ukuran “apakah” kita mengukur perbbuatan yang akan kita beri hukum “baik atau buruk?”. Etika, suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, meneerangkan apa yang dilakukan oleh manusia pada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus di tuju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus di perbuat.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.
Dengan demikian bahwa pokok persoalan etika ialah segala perbuatan yang timbul dari orang yang melakukan dengan ikhtiar dan sengaja dan ia mengetahui kapan ia melakukannya.
3.      Pengertian Moral
Berasal dari bahasa latin, yaitu jamak dari mose yang berarti adat kebiasaan[10]. Istilah moral dan etika sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
Dalam hal ini hamzah ya’qub mengatakan bahwa yang d maksud moral adalah sesuai dengan ide-ide umum tentang tindakan manusia mana yang baik mana yang wajar[11]. Senada dengan hamzah ya’qub, secara detail dalam ensiklopedia pendidikan di sebutkan bahwa moral adalah nilai dasar masyarakat untuk memilih antara nilai hidup ( moral) juga adat istiadat yang menjadi dasar untuk menunjukkan baik dan buruk maka untuk mengukur tingkah laku manusia (baik dan buruk ) dapat di lihat dari penyesuaiannya dengan adat istiadat yang umum di terima masyarakat, yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. karena itu , dapat di katakan baik atau buruk yang diberikan secara moral hanya bersifat lokal. Ini lah yang membedakan antara etika dan moral.
Perbedaan lain antara etika dan moral adalah etika lebih bersifat teori sedang moral lebih bersifat praktis, etika memandang tingkah laku manusia secara universal (Umum) sedangkan moral secara lokal (khusus), etika menjelaskan ukuran yang dipakai, moral merealisasikan ukuran itu dalam perbuatan.
Pembagian konsep mengenai moral ada tiga, tiga alur perkembangan intelektual yaitu pada masa klasik, abad peertengahan dan modern :
ü  Sepanjang abad klasik,dunia dipandang dari berbagai kekuatan alami dan alur utama dari pemikiran tentang moral di zaman klasik itu.
ü  menggunakan ukuran moral atau standart yang objektif maka hal tersebut bersifat natural, objektif dan rasional.
ü  Abad pertengahan, alur pikiran utama digariskan oleh pandangan yang terarah terhadap suatu dunia lain (akhirat) pandangan yang lain adalah kebenaran di gariskan oleh wahyu ilahi,yaitu cenderung bersifat rohania (spritualistic) yang bertopang pada iman dan sebanding dengan penalaran.
ü  Pada abad modern,alur utama dalam moralitas menunjukkan perbedaan yang jelas dengan abad klasik dan pertengahan.akan tetapi pemikiran epistimologis sifatnya naturalistic yamg pola pemikirannya khas modern yaitu sains telah mengubah mengambil alih kedudukan iman ddan penalaran sebagai sumber utama dari pengetahuan tentang dunia[12].
Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama.
4.      Macam-Macam Akhlak, Etika dan Moral
·           Macam-macam Akhlak
Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi dan orang-orang sidiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan akhlak setan dan orang-orang tercela. Maka pada dasarnya akhlak itu dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1.        Akhlak baik (al-akhlaqul mahmudah), yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain.
2.        Akhlak buruk atau tercela (al-akhlakul madzmumah), yaitu perbuatan buruk terhaap Tuhan , sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain[13].
·           Macam-macam Etika
Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis itu sama halnya dengan berbicara tentang moral. Manusia disebut etis karena manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara ssebagai makhluk dengan penciptanya.  Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat tiga macam etika yaitu sebagai berikut:
Ø  Etika Deskriptif adalah Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan  dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu yang memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
Ø  Etika Normatif adalah Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normatif  merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Ø  Etika metaetika merupakan sebuah cabang dari etika yang membahas dan menyelidiki serta menetapkan arti dan makna istilah-istilah normatif  yang diungkapkan lewat pertanyaan-pertanyaan etis yang membenarkan atau menyalahkan suatu tindakan. Istilsh-istilah normatif yang sering mendapat perhatian khusus, antara lain keharusan, baik, buruk, benar, salah, yang terpuji, tercela, yang adil, yang semestinya[14].
·         Macam-macam Moral
ü  Moral keagamaan merupakan moral yang selalu berdasarkan pada ajaran agama Islam.
ü  Moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan hanya bersifat duniawi semata-mata.
5.        Persamaan Akhlak, Etika dan Moral
Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral  yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
v   Pertama, akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
v  Kedua, akhlak, etika, moral  merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
v  Ketiga, akhlak, etika, moral  seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu menerus, berkesinambungan, dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
6.      Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral
Dari Seginya di bagi menjadi 2 bagian yaitu : 1) berdasarkan tolak ukur dan 2) berdasarkan sifat
v  Berdasarkan Tolak Ukur
o   Akhlak tolak ukurnya al-qur’an dan As Sunnah
o   Etika tolak ukurnya pikiran atau akal
o   Moral tolak ukurnya norma hidup yang ada di masyarakat berupa adat atau aturan tertentu.
v  Berdasarkan Sifat
o   Etika bersifat teori
o   Akhlak dan Moral bersifat praktis
BAB 3
Penutup
A. Kesimpulan

ü    Dari uraian diatas dapat di simpulkan sebagai berikut :
·         Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
·          Etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan.
·         Moral adalah suatu tindakan yang sesuai dengan ukuran tindakan yang umum diterima oleh kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
§  Akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sumber akhlak adalah Al-Quran dan sunah.
§  Etika untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk tolak ukur yang digunakan atau sumbernya adalah akal pikiran atau rasio (filsafat),
§  Moral tolak ukur yanng digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dimasyarakat.
o   Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu: akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah.
o   Etika terbagi menjadi tiga macam, yaitu: etika deskriptif, etika normatif dan etika metaetika.
o   Moral terbagi menjadi moral keagamaan dan moral sekuler.





BAB 4
Daftar Pustaka

Alwan Khoiri, dkk. Akhlak Tasawuf, yogyakarta : Pokja akademik UIN sunan kalijaga, 2005, hal 4
Lihat, Abu al-Fadhal Jamal al-Din Muhammad Ibn Mukram Ibn Manzhur (selanjutnya disebut Ibnu Manzhur), Lisan al-Arab, Jilid X, Beirut : Dar al-Fikr, 1990, hal. 85. Lihat juga, Luwis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, Cet. XXXIII, Beirut : Dar al-Masyriq, 1986, hal. 193. Di dalam pemakaian bahasa Arab kata khalaqa dan ja’ala dibedakan pengertiannya. Arti ja’ala adalah menciptakan sesuatu yang masih berhubungan dan terikat dengan yang lain, atau dengan kata lain menciptakan dari materi yang telah ada. Sementara khalaqa berarti sebaliknya. Lihat Abu al-Baqa’ Ayub Ibn Musa al-Husaini, Al-Kulliyat, Cet. II, Beirut : Mu’assasah, 1993, hal. 429-430.
http://alfutuchat.wordpress.com/2010/06/24/1-pengertian-akhlak-menurut-bahasa/
Ihsan Muhammad, 2005, Terjemahan Pengantar Study Ilmu Hadist, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta
Ibn Maskawih, Tahdzib al-Akhlaq fi al-Tarbiyah, Cet. I, Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1985, hal. 25.
Maurice B. Mitchell (ed.), Encylopedia of Britanica, Vol. VIII, Chicago : William Benton Publisher, 1968, hal. 752.
Martin Oswald, Nicomachean Ethics, Indiana Polis, New York : The Bobs-Merril Company Inc., 1962, hal. xix.
william m, Kurtinez, moralitas ptilaku dan perkembangan moral., jakarta: Ui press, 1992, hal 6
Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), Hlm. 9.
Abd haris, Etika Hamka, (Yogyakarta: Elkis, 2010), Cet. I, hlm.35-37
 http://ruslantara06.blogspot.com/2013/04/persamaan-dan-perbedaan-antara.html




[1] Alwan Khoiri, dkk. Akhlak Tasawuf, yogyakarta : Pokja akademik UIN sunan kalijaga, 2005, hal 4
[2] Lihat, Abu al-Fadhal Jamal al-Din Muhammad Ibn Mukram Ibn Manzhur (selanjutnya disebut Ibnu Manzhur), Lisan al-Arab, Jilid X, Beirut : Dar al-Fikr, 1990, hal. 85. Lihat juga, Luwis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, Cet. XXXIII, Beirut : Dar al-Masyriq, 1986, hal. 193. Di dalam pemakaian bahasa Arab kata khalaqa dan ja’ala dibedakan pengertiannya. Arti ja’ala adalah menciptakan sesuatu yang masih berhubungan dan terikat dengan yang lain, atau dengan kata lain menciptakan dari materi yang telah ada. Sementara khalaqa berarti sebaliknya. Lihat Abu al-Baqa’ Ayub Ibn Musa al-Husaini, Al-Kulliyat, Cet. II, Beirut : Mu’assasah, 1993, hal. 429-430.
[3] http://alfutuchat.wordpress.com/2010/06/24/1-pengertian-akhlak-menurut-bahasa/
[4] Ihsan Muhammad, Terjemahan Pengantar Study Ilmu Hadist, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005.
[5] Ibn Maskawih, Tahdzib al-Akhlaq fi al-Tarbiyah, Cet. I, Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1985, hal. 25.


[7] Lihat, Maurice B. Mitchell (ed.), Encylopedia of Britanica, Vol. VIII, Chicago : William Benton Publisher, 1968, hal. 752.
[8] Martin Oswald, Nicomachean Ethics, Indiana Polis, New York : The Bobs-Merril Company Inc., 1962, hal. xix.
[9]http:///D:/Persamaan%20dan%20Perbedaan%20serta%20Keterkaitan%20Akhlak,%20Etika,%20Moral,%20Kesusilaan%20dan%20Kesopanan%20_%20yesisanrhadita.htm
[10] Alwan Khoiri dkk, hal 13
[11] ibid ,hal 14
[12] william m, Kurtinez, moralitas prilaku dan perkembangan moral., jakarta: Ui press, 1992, hal 6
[13] Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), Hlm. 9.
[14] http://ruslantara06.blogspot.com/2013/04/persamaan-dan-perbedaan-antara.html

5 komentar: