Selasa, 15 Desember 2015

Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan

DAFTAR ISI
Daftar Isi.......................................................................................................................... 1
Bab I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang..................................................................................................... 2
B.     Rumusan Masalah................................................................................................ 2
Bab II
Pembahasan
A.    Pengertian Filsafat............................................................................................... 3
B.     Pengertian Filsafat ilmu....................................................................................... 4
C.     Pengertian Ilmu Pengetahuan.............................................................................. 6
D.    Peranan Filsafat dalam Ilmu Pengertahuan......................................................... 8
BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan..........................................................................................................      
Daftar Pustaka.................................................................................................................















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berfilsafat sesungguhnya dilakukan dalam masyarakat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada hakekatnya filsafat pun membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan. Salah satu tujuan tulisan ini adalah menunjukkan bantuan apa yang dapat diberikan filsafat kepada hidup masyarakat.
Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pun pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu pengetahuan, seperti biologi, kimia, fisiologi, ekonomi, dan lain sebagainya secara hakiki terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin, semua ilmu tersebut membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Untuk meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-ilmu semakin mengkhususkan metode-metode mereka.
Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut manusia sebagai keseluruhan dan sebagai kesatuan yang utuh. Padahal pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan manusia dan sangat penting bagi praksis kehidupan manusia.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa arti dan tujuan hidup manusia, apa kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia, atau pun pertanyaan tentang dasar pengetahuan kita, tentang metode-metode ilmu-ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu ditangani ilmu-ilmu pengetahuan. Padahal jawaban yang diberikan secara mendalam dapat mempengaruhi penentuan orientasi dasar kehidupan manusia. Di sinilah filsafat memainkan peranannya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian Filsafat
2.      Pengertian Filsafat Ilmu
3.      Pengertian Ilmu Pengetahuan
4.      Peranan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat
Kata Filsafat berasal dari Yunani (Greek), philosophia. Kata philo berarti Cinta dan kata Sophia  berarti hikmah (kebenaran)[1]. Jadi philosophia dapat diartikan sebagai cinta kebenaran (hikmah). Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memuat kata Filsafat yang menunjukkan pengertian  pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.[2]
Di sisi lain juga dikatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Latin yaitu Filosafein yang berarti mencintai kebijaksanaan-kebijaksanaan.[3] Jadi filsafat berarti cint akan kebenaran. Kebenaran disini merupakan nilai yang harus dijunjung tinggi oleh etiap pecinta kebenaran yang namanya manusia. Oleh karena itu filsafat merupakan hasil dari kreasi manusia berdasarkan sumber yang dimiliki oleh manusia serta berfilsafat berarti melakukan pengkajian terhadap kebenaran (kebijaksanaan) dengan menggunakan akal pikiran manusia. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah berfikir tentang kebenaran,tetapi tidak semua kegiatan berpikir dapat dikatakan berfilsafat.[4]
Filsafat menurut beberapa tokoh sebagai berikut:
1.      Menurut Pythagoras (572-497 SM), beliau merupaka filsuf yang pertama kali menggunakan kata filsafat, dia mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi menjadi tiga tipe : mereka yang mencintai kesenangan, mereka yang mencintai kegiatan, dan mereka yang mencintai kebijaksanaan. Tujuan kebijaksanaan dalam pandangannya menyangkut kemajuan menuju keselamatan dalam hal keagamaan.
2.      Menurut Plato( 427- 347 SM), mengatakan bahwa objek filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolute (keduanya sama dalam pandangannya) lewat “dialektika”.[5]
3.      Menurut Aristoteles (384-332 SM),  tokoh utama filosof klasik, mengatakan filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika.
4.      Menurut Al-Farabi (W. 950 M), Filsafat adalah ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya.[6]
5.      Rene Descartes filsafat yaitu merupakan kumpulan segala pengetahuan, di mana tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.[7]
            Dari berbagai pendapat di atas, pengertian filsafat berbeda para ahli untuk mendefenisikannya, hal ini disebabkan pengertian filsafat itu berbeda tokohnya. Selain itu pengertian filsafat berkembang dari masa ke masa. Filsafat itu telah dipakai menunjuk bermacam-macam objek yang sesungguhnya berbeda.
            Perbedaan definisi itu menurut Abu Bakar disebabkan oleh berbedanya konotasi filsafat pada tokoh-tokoh itu karena perbedaan keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan itu juga dapat muncul karena perkembangan filsafat itu sendiri yang menyebabkan beberapa pengetahuan khusus memisahkan diri dari filsafat. Sampai di sini dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan defenisi filsafat antara satu tokoh dengan tokoh lainnya disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat pada mereka masing-masing.[8] Jadi filsafat adalah pengetahuan yang berusaha untuk mencari nilai-nilai hakikat kebenarannya dimana alam dan isinya menjadi pokok penyelidikannya.

B.     Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat dan ilmu yang dikenal didunia Barat berasal dari zaman Yunani Kuno. Pada zaman itu keduanya termasuk dalam pengertian episteme. Kata philosphia merupakan  suatu kata padanan dari episteme. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah Theory of Science (teori ilmu), Meta Science (adi-ilmu), dan Science of Science (ilmu tentang ilmu).[9]
Filsafat ilmu ialah menyelidiki tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya, dengan kata lain, filsafat ilmu sesungguhnya merupakan pengetahuan lanjutan.[10] Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi (filsafat pengetahuan ) yang secara spesifik ,mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah).[11]
Menurut The Liang Gie, filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.[12] Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Objek kajian dalam filsafat ilmu  ada dua objek yaitu objek material dan objek formal. Objek Material adalah  ilmu pengetahuan sendiri, sedangkan Objek Formal adalah hakekat (esensi) ilmu pengetahuan artinya Filsafat Ilmu lebih menarik perhatian terhadap problem-problem.[13] Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia.
Adapun tujuan dari Filsafat Ilmu sebagai berikut :
-     Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memehami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
-     Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis
-     Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan ilmiah dan non ilmiah.
-     Mendorong pada calon ilmuawan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.
-     Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.[14]


Persamaan antara Filsafat dan ilmu ialah : - Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya. – keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan antara koheren yang ada diantara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya. – keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan. – keduanya mempunyai metode dan sistem. – keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.[15]
Adapun perbedaannya yaitu : - objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), sedangkan objem material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat empiris (khusus). – objek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat non-fragmentaris, sedangkan objek formal ilmu itu bersifat teknil. – filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan spekulasi, kritis dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekaran trial dan error. – filsafat memuat pertanyaan yang lebih menjauh dan mendalam, sedangkan ilmu bersifat diskurtif. – filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar (primary cause), sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).[16]

C.    Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu berasal dari bahasa Arab:’alima, ya’lamu, ‘ilmanm ,dengan wazan  fa’ila, yaf’alu yang berarti : mengerti, memahami benar-benar, seperti ungkapan “Asmu’i telah memahami pelajaran filsafat”.[17] Dalam bahasa Inggris disebur science,dari bahasa Latin scientia (pengetahuan)­ – scire (mengetahui). Sinonim yang paling dekat dengan bahasa Yunani adalah episteme.[18] Pengertian ilmu yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia adakah tentang pengetahuan suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat dipergunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan)itu.[19]
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Pengertian lain Ilmu Pengetahuan adalah suatu pengetahuan tentang objek tertentu yang disusun secara sistematis sebagai hasil penelitian dengan menggunakan metode.[20] Beberapa pendapat para ahli tentang ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut.
1.   Harold H. Titus mendefinisikan “Ilmu (Science) diartikan sebagai common science yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi yang teliti dan kritis). 
2.   Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap ilmu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunannya dari dalam.”[21]
3.   J. Habarer  mendefinisikan “ Suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam masyarakat.”
4.   Louis Leahy mendefinisikan “Pengetahuan merupakan suatu kekayaan dan kesempurnaan. Seseorang yang tahu lebih banyak adalah lebih baik kalau dibanding dengan yang tidak tahu apa-apa.”
5.   The Liang Gie mendefinisikan “Ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis, atau sebagai kelompok pengetahuan teratur mengenai pokok soal atau subject matter. Dengan kata lain bahwa pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi substantif yang terkandung dalam ilmu.
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan-persyaratan, sebagai berikut
-        Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial).
-        Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan teknik tertentu.
-        Pokok permasalahan (subject matter atau focus of interest). ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji.
Jadi seluruh bentuk ilmu pengetahuan dapat digolongkan kedalam kategori ilmu pengetahuan dimana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karakterristik obyek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis.
Salah satu dari bentuk ilmu pengetahuan ditandai dengan : a. Obyek Ontologis : yaitu pengalaman manusia yakni segenap wujud yang dapat dijangkau lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan panca indra. b. Landasan Epistemologis : metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico hypotetico verifikasi. c. Landasan Aksiologis : kemaslahatan umat manusia artinya segenap wujud ilmu pengetahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Adapun perbedaan antara ilmu dan pengetahuan, ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarangnya secara empiris. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Ilmu bagaikan sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi, sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan di tempat lain yang belum tersusun dengan baik.[22]

D.    Peranan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
Peran filsafat sangat penting artinya bagi perkembangan dan  penyempurnaan ilmu pengetahuan. Meletakkan kerangka dasar orientasi dan visi penyelidikan ilmiah, dan menyediakan landasan-landasan ontologisme, epistemologis, dan aksiologis ilmu pada umumnya. Filsafat ilmu melakukan kritik terhadap asumsi dan postulat ilmiah serta analisis-kritis tentang istilah-istilah teknis yang berlaku dalam dunia keilmuan. Filsafat ilmu juga menjadi pengkritik yang sangat konstruktif terhadap sistem kerja dan susunan ilmu.
Pada dasarnya filsafat  bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
 Pendapat Immanuel Kant yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).[23]
Semakin banyak manusia tahu, semakin banyak pula pertanyaan yang timbul dalam dirinya. Manusia ingin tahu tentang asal dan tujuan hidup, tentang dirinya sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasannya, dan berbagai hal lainnya. Sikap seperi ini pada dasarnya sudah menghasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan sistematis dapat dibagi atas banyak jenis ilmu.
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup. Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu manusia mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses pencariannya.
Kenyataannya  peranan ilmu pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi masalah kehidupannya sesungguhnya terbatas. Seperti yang telah diungkapkan pada bagian pendahuluan, keterbatasan itu terletak pada cara kerja ilmu-ilmu pengetahuan yang hanya membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Karena pembatasan itu, ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keseluruhan manusia. Untuk mengatasi masalah ini, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat. Dalam hal inilah filsafat menjadi hal yang penting.
C.Verhaak dan R.Haryono Imam dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, menjelaskan dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu. Pertama, filsafat ikut menilai apa yang dianggap “tepat” dan “benar” dalam ilmu-ilmu. Apa yang dianggap tepat dalam ilmu-ilmu berpulang pada ilmu-ilmu itu sendiri. Dalam hal ini filsafat tidak ikut campur dalam bidang-bidang ilmu itu. Akan tetapi, mengenai apa kiranya kebenaran itu, ilmu-ilmu pengetahuan tidak dapat menjawabnya karena masalah ini tidak termasuk bidang ilmu mereka. Hal-hal yang berhubungan dengan ada tidaknya kebenaran dan tentang apa itu kebenaran dibahas dan dijelaskan oleh filsafat. Kedua, filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran.
Dari dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu di atas, dapat dillihat bahwa ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu pasti) tidak langsung berkecimpung dalam usaha manusia menuju kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan suatu sumbangan agar pengetahuan itu sendiri semakin mendekati kebenaran. Filsafatlah yang secara langsung berperan dalam usaha manusia untuk mencari kebenaran. Di dalam filsafat, berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan kebenaran dikumpulkan dan diolah demi menemukan jawaban yang memadai.
Franz Magnis Suseno mengungkapkan dua arah filsafat dalam usaha mencari jawaban dari berbagai pertanyaan sebagai berikut: pertama, filsafat harus mengkritik jawaban-jawaban yang tidak memadai. Kedua, filsafat harus ikut mencari jawaban yang benar. Kritikan dan jawaban yang diberikan filsafat sesungguhnya berbeda dari jawaban-jawaban lain pada umumnya. Kritikan dan jawaban itu harus dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Pertanggungjawaban rasional pada hakikatnya berarti bahwa setiap langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan, serta harus dipertahankan secara argumentatif dengan argumen-argumen yang objektif. Hal ini berarti bahwa kalau ada yang mempertanyakan atau menyangkal klaim kebenaran suatu pemikiran, pertanyaan dan sangkalan itu dapat dijawab dengan argumentasi atau alasan-alasan yang masuk akal dan dapat dimengerti.
Dari berbagai penjelasan di atas, tampak jelas bahwa filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.
Inilah yang menunjukkan kekhasan filsafat di hadapan berbagai ilmu pengetahuan yang ada. Filsafat selalu terbuka untuk berdialog dan bekerjasama dengan berbagai ilmu pengetahuan dalam rangka pencarian akan kebenaran. Baik ilmu pengetahuan maupun filsafat, bila diarahkan secara tepat dapat sangat membantu kehidupan manusia.
Membangun ilmu pengetahuan diperlukan konsistensi yang terus berpegang pada paradigma yang membentuknya. Kearifan memperbaiki paradigma ilmu pengetahuan nampaknya sangat diperlukan agar ilmu pengetahuan seiring dengan tantangan zaman, karena ilmu pengetahuan tidak hidup dengan dirinya sendiri, tetapi harus mempunyai manfaat kepada kehidupan dunia
Hampir semua kemampuan pemikiran (thought) manusia didominasi oleh pendekatan filsafat. Pengetahuan manusia yang dihasilkan melalui proses berpikir selalu digunakannya untuk menyingkap tabir ketidaktahuan dan mencari solusi masalah kehidupan.antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan perbedaannya. Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat priori kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif. Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakat itu darimana awalnya dan akan kemana akhirnya

BAB III
A.    Kesimpulan
Filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan.sedangkan filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru dan Ilmu pengetahuan atau Knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita ketahui seperti filsafat, sosial, seni, beladiri, dan ilmu sains itu sendiri.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.
Antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan perbedaannya. Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat priori kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif. Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu darimana awalnya dan akan kemana akhirnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad.  Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimilogi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta, Penerbit Pustaka Pelajar, 2010
Admojo, Wihadi. Kamus Bahasa Indonesia,cet.1,Jakarta , Penerbit Balai Pustaka,1998
Anshori, Endang Saifuddin . Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya, Penerbit PT Bina Ilmu, 1979
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu,Jakarta, Penerbit  Rajawali Pers, 2013
Beering,Kwee,Mooij,Van Peursen. Pengantar Filsafat Ilmu,Yogyakarta, Penerbit Tiara wacana, 1990
Hadiwijono, Harun. Sari Filsafat Barat Jilid 1,Yogyakarta, Penerbit Yayasan Kanisius, 1980
Ghazali, Bachri. Filsafat Ilmu, Yogyakarata, Penerbit Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005
Salam, Burhanuddin.  Pengantar Filsafat,  cet II, Jakarta, penerbit PT Bina Aksara,1988
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta , Penerbit Pustaka Sinar Harapan,1998
http://askilpojele.blogspot.com/2013/09/ filsafat-umum-tentang-filsafat.html (Diakses pada tanggal 30 November 2014)
http://catatanfannyfyad.blogspot.com/2013/02/kedudukan-filsafat-dalam-ilmu.html (Diakses pada tanggal 30 November 2014)




[1] Endang Saifuddin Anshori, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya : PT Bina Ilmu,1979),hlm 75
[2] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 5
[3] Harun Hadiwijono, Sari Filsafat Barat Jilid 1, ( Yogyakarta : Yayasan Kanisius,1980), hlm 7
[4] Bachri Ghazali, Filsafat Ilmu, (Yogyakarata : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga,2005),hlm.3
[5] Amsal Bakhtiar, Op.Cit, hlm.6-7
[6] Endang Sifuddin Anshori, Op.Cit, hlm.83
[7] Mohammad Adib, Filsafat Ilmu:Ontologi,Epistimilogi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010),hlm 21,22
[8] http://askilpojele.blogspot.com/2013/09/ filsafat-umum-tentang-filsafat.html
[9] Mohammad Adib, Op.Cit , hlm 54
[10] Beering,Kwee,Mooij,Van Peursen, Pengantar Filsafat Ilmu,(Yogyakarta: Tiara wacana, 1990),hlm.1
[11] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer,(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1998)cet.1, hlm 33
[12] Mohammad Adib, Op.Cit. hlm.54-55
[13] Bachri Ghazali,Op.Cit, hlm. 18
[14] Ibid, hlm 20
[15] Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: PT Bina Aksara,1988), cet II, hlm 41
[16] Amsal Bakhtiar, Op.Cit, hlm 18-19
[17]Ibid, hlm.12
[18] Jujun S. Suriasumantri, Op.Cit,hlm.324
[19] Wihadi Admojo, Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,1998) cet.1, hlm 324
[20] Mohammad Adib, Op.Cit, hlm. 17
[21] Amsal Bakhtiar, Ibid, hlm.15
[22] Amsal Bakhtiar, Op.Cit, hlm. 16-17
[23] http://catatanfannyfyad.blogspot.com/2013/02/kedudukan-filsafat-dalam-ilmu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar