DAFTAR ISI
Daftar Isi.......................................................................................................................... 1
Bab I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang..................................................................................................... 2
B. Rumusan
Masalah................................................................................................ 2
Bab
II
Pembahasan
A. Pengertian
Filsafat............................................................................................... 3
B. Pengertian
Filsafat ilmu....................................................................................... 4
C. Pengertian
Ilmu Pengetahuan.............................................................................. 6
D. Peranan
Filsafat dalam Ilmu Pengertahuan......................................................... 8
BAB
III
Penutup
A. Kesimpulan..........................................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berfilsafat sesungguhnya dilakukan dalam masyarakat.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada hakekatnya filsafat pun membantu
masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan. Salah satu tujuan
tulisan ini adalah menunjukkan bantuan apa yang dapat diberikan filsafat kepada
hidup masyarakat.
Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pun pada umumnya
membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi,
ilmu-ilmu pengetahuan, seperti biologi, kimia, fisiologi, ekonomi, dan lain
sebagainya secara hakiki terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang
setepat mungkin, semua ilmu tersebut membatasi diri pada tujuan atau bidang
tertentu. Untuk meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-ilmu semakin
mengkhususkan metode-metode mereka.
Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut manusia sebagai keseluruhan dan sebagai
kesatuan yang utuh. Padahal pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan
manusia dan sangat penting bagi praksis kehidupan manusia.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa arti dan
tujuan hidup manusia, apa kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia,
atau pun pertanyaan tentang dasar pengetahuan kita, tentang metode-metode
ilmu-ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu ditangani ilmu-ilmu pengetahuan.
Padahal jawaban yang diberikan secara mendalam dapat mempengaruhi penentuan
orientasi dasar kehidupan manusia. Di sinilah filsafat memainkan peranannya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian
Filsafat
2. Pengertian
Filsafat Ilmu
3. Pengertian
Ilmu Pengetahuan
4. Peranan
Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Filsafat
Kata Filsafat berasal dari Yunani (Greek), philosophia. Kata philo berarti Cinta dan kata Sophia
berarti hikmah (kebenaran)[1].
Jadi philosophia dapat diartikan
sebagai cinta kebenaran (hikmah). Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memuat
kata Filsafat yang menunjukkan pengertian pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.[2]
Di sisi lain juga dikatakan bahwa filsafat berasal
dari bahasa Latin yaitu Filosafein yang
berarti mencintai kebijaksanaan-kebijaksanaan.[3]
Jadi filsafat berarti cint akan kebenaran. Kebenaran disini merupakan nilai
yang harus dijunjung tinggi oleh etiap pecinta kebenaran yang namanya manusia.
Oleh karena itu filsafat merupakan hasil dari kreasi manusia berdasarkan sumber
yang dimiliki oleh manusia serta berfilsafat berarti melakukan pengkajian
terhadap kebenaran (kebijaksanaan) dengan menggunakan akal pikiran manusia. Secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah berfikir tentang
kebenaran,tetapi tidak semua kegiatan berpikir dapat dikatakan berfilsafat.[4]
Filsafat menurut beberapa tokoh sebagai berikut:
1. Menurut Pythagoras (572-497 SM),
beliau merupaka filsuf yang pertama kali menggunakan kata filsafat, dia
mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi menjadi tiga tipe : mereka yang
mencintai kesenangan, mereka yang mencintai kegiatan, dan mereka yang mencintai
kebijaksanaan. Tujuan kebijaksanaan dalam pandangannya menyangkut kemajuan
menuju keselamatan dalam hal keagamaan.
2. Menurut Plato( 427- 347 SM), mengatakan
bahwa objek filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolute
(keduanya sama dalam pandangannya) lewat “dialektika”.[5]
3. Menurut Aristoteles (384-332 SM),
tokoh utama filosof klasik, mengatakan filsafat
adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya
metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika.
4. Menurut Al-Farabi (W. 950 M),
Filsafat adalah ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikatnya yang sebenarnya.[6]
5. Rene Descartes filsafat yaitu merupakan kumpulan
segala pengetahuan, di mana tuhan, alam dan manusia menjadi pokok
penyelidikannya.[7]
Dari
berbagai pendapat di atas, pengertian filsafat berbeda para ahli untuk
mendefenisikannya, hal ini disebabkan pengertian filsafat itu berbeda tokohnya.
Selain itu pengertian filsafat berkembang dari masa ke masa. Filsafat itu telah
dipakai menunjuk bermacam-macam objek yang sesungguhnya berbeda.
Perbedaan
definisi itu menurut Abu Bakar disebabkan oleh berbedanya konotasi filsafat
pada tokoh-tokoh itu karena perbedaan keyakinan hidup yang dianut mereka.
Perbedaan itu juga dapat muncul karena perkembangan filsafat itu sendiri yang
menyebabkan beberapa pengetahuan khusus memisahkan diri dari filsafat. Sampai
di sini dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan defenisi filsafat antara satu
tokoh dengan tokoh lainnya disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat pada
mereka masing-masing.[8]
Jadi filsafat adalah pengetahuan yang berusaha untuk mencari nilai-nilai
hakikat kebenarannya dimana alam dan isinya menjadi pokok penyelidikannya.
B.
Pengertian
Filsafat Ilmu
Filsafat dan ilmu yang dikenal didunia Barat berasal
dari zaman Yunani Kuno. Pada zaman itu keduanya termasuk dalam pengertian episteme. Kata philosphia merupakan suatu
kata padanan dari episteme. Istilah
lain dari filsafat ilmu adalah Theory of
Science (teori ilmu), Meta Science
(adi-ilmu), dan Science of Science
(ilmu tentang ilmu).[9]
Filsafat ilmu ialah menyelidiki tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya, dengan kata lain,
filsafat ilmu sesungguhnya merupakan pengetahuan lanjutan.[10]
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi (filsafat pengetahuan ) yang
secara spesifik ,mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah).[11]
Menurut The Liang
Gie,
filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan
ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.[12]
Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan
pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara
filsafat dan ilmu.
Objek kajian dalam filsafat ilmu ada dua objek yaitu objek material dan objek
formal. Objek Material adalah ilmu
pengetahuan sendiri, sedangkan Objek Formal adalah hakekat (esensi) ilmu
pengetahuan artinya Filsafat Ilmu lebih menarik perhatian terhadap
problem-problem.[13]
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan
pandangannya pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan
heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja
kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya
bagi kehidupan manusia.
Adapun tujuan dari Filsafat Ilmu sebagai berikut :
- Mendalami
unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memehami sumber,
hakikat dan tujuan ilmu.
- Memahami
sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis
- Menjadi
pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan ilmiah dan non ilmiah.
- Mendorong
pada calon ilmuawan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
- Mempertegas
bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.[14]
Persamaan antara Filsafat dan ilmu ialah : - Keduanya
mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya
sampai ke akar-akarnya. – keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan
antara koheren yang ada diantara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba
menunjukkan sebab-sebabnya. – keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu
pandangan yang bergandengan. – keduanya mempunyai metode dan sistem. – keduanya
hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat
manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.[15]
Adapun perbedaannya yaitu : - objek material
(lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), sedangkan objem material
ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat empiris (khusus). – objek formal (sudut
pandang) filsafat itu bersifat non-fragmentaris, sedangkan objek formal ilmu
itu bersifat teknil. – filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang
menonjolkan spekulasi, kritis dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan
riset lewat pendekaran trial dan error. – filsafat memuat pertanyaan yang
lebih menjauh dan mendalam, sedangkan ilmu bersifat diskurtif. – filsafat
memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar
(primary cause), sedangkan ilmu
menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang
sekunder (secondary cause).[16]
C. Pengertian Ilmu
Pengetahuan
Ilmu berasal dari bahasa Arab:’alima, ya’lamu, ‘ilmanm ,dengan wazan fa’ila, yaf’alu yang berarti : mengerti,
memahami benar-benar, seperti ungkapan “Asmu’i telah memahami pelajaran
filsafat”.[17]
Dalam bahasa Inggris disebur science,dari
bahasa Latin scientia (pengetahuan)
– scire (mengetahui). Sinonim yang
paling dekat dengan bahasa Yunani adalah episteme.[18] Pengertian
ilmu yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia adakah tentang pengetahuan
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang
dapat dipergunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang
(pengetahuan)itu.[19]
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Pengertian lain Ilmu Pengetahuan adalah suatu
pengetahuan tentang objek tertentu yang disusun secara sistematis sebagai hasil
penelitian dengan menggunakan metode.[20] Beberapa pendapat para ahli tentang ilmu
pengetahuan antara lain sebagai berikut.
1.
Harold H. Titus mendefinisikan “Ilmu (Science)
diartikan sebagai common science yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan
pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan
metode-metode observasi yang teliti dan kritis).
2.
Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan
“Tiap-tiap ilmu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu
golongan masalah yang sama tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari
luar maupun menurut bangunannya dari dalam.”[21]
3.
J. Habarer mendefinisikan “ Suatu
hasil aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan
menjadi pranata dalam masyarakat.”
4.
Louis Leahy mendefinisikan “Pengetahuan merupakan suatu kekayaan dan kesempurnaan. Seseorang yang tahu
lebih banyak adalah lebih baik kalau dibanding dengan yang tidak tahu apa-apa.”
5.
The Liang Gie mendefinisikan “Ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmu adalah sesuatu
kumpulan yang sistematis, atau sebagai kelompok pengetahuan teratur mengenai
pokok soal atau subject matter. Dengan kata lain bahwa pengetahuan menunjuk
pada sesuatu yang merupakan isi substantif yang terkandung dalam ilmu.
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi
persyaratan-persyaratan, sebagai berikut
-
Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan
alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial).
-
Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi
pendekatan dan teknik tertentu.
-
Pokok permasalahan (subject matter atau focus of
interest). ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji.
Jadi seluruh bentuk ilmu pengetahuan
dapat digolongkan kedalam kategori ilmu pengetahuan dimana masing-masing bentuk
dapat dicirikan oleh karakterristik obyek ontologis, landasan epistemologis,
dan landasan aksiologis.
Salah satu dari bentuk ilmu pengetahuan
ditandai dengan :
a. Obyek Ontologis : yaitu pengalaman manusia yakni segenap wujud yang dapat
dijangkau lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan panca indra. b. Landasan
Epistemologis : metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dengan
pengajuan hipotesis atau yang disebut logico hypotetico verifikasi. c. Landasan
Aksiologis : kemaslahatan umat manusia artinya segenap wujud ilmu pengetahuan
itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Adapun perbedaan antara ilmu dan pengetahuan, ilmu adalah
bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat
dibuktikan kebenarangnya secara empiris. Pengetahuan adalah keseluruhan
pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat
juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih
tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Ilmu bagaikan
sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan
pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi, sedangkan pengetahuan
adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan di tempat
lain yang belum tersusun dengan baik.[22]
D. Peranan Filsafat
dalam Ilmu Pengetahuan
Peran filsafat sangat penting artinya
bagi perkembangan dan penyempurnaan ilmu pengetahuan. Meletakkan kerangka
dasar orientasi dan visi penyelidikan ilmiah, dan menyediakan landasan-landasan
ontologisme, epistemologis, dan aksiologis ilmu pada umumnya. Filsafat ilmu
melakukan kritik terhadap asumsi dan postulat ilmiah serta analisis-kritis
tentang istilah-istilah teknis yang berlaku dalam dunia keilmuan. Filsafat ilmu
juga menjadi pengkritik yang sangat konstruktif terhadap sistem kerja dan
susunan ilmu.
Pada dasarnya filsafat bertugas
memberi landasan filosofi untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori
suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan
disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya
secara teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat
mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin
ilmu masing-masing.
Pendapat Immanuel Kant
yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan
batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu
Francis menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of
the sciences).[23]
Semakin banyak manusia tahu, semakin banyak pula
pertanyaan yang timbul dalam dirinya. Manusia ingin tahu tentang asal dan
tujuan hidup, tentang dirinya sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasannya,
dan berbagai hal lainnya. Sikap seperi ini pada dasarnya sudah menghasilkan
pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan sistematis dapat dibagi
atas banyak jenis ilmu.
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam
mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup.
Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur
perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran
dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu manusia
mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses
pencariannya.
Kenyataannya peranan ilmu
pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi masalah kehidupannya sesungguhnya
terbatas. Seperti yang telah diungkapkan pada bagian pendahuluan, keterbatasan
itu terletak pada cara kerja ilmu-ilmu pengetahuan yang hanya membatasi diri
pada tujuan atau bidang tertentu. Karena pembatasan itu, ilmu pengetahuan tidak
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keseluruhan manusia. Untuk
mengatasi masalah ini, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat. Dalam hal
inilah filsafat menjadi hal yang penting.
C.Verhaak dan R.Haryono Imam dalam bukunya yang berjudul Filsafat
Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, menjelaskan dua
penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu. Pertama,
filsafat ikut menilai apa yang dianggap “tepat” dan “benar” dalam ilmu-ilmu.
Apa yang dianggap tepat dalam ilmu-ilmu berpulang pada ilmu-ilmu itu sendiri.
Dalam hal ini filsafat tidak ikut campur dalam bidang-bidang ilmu itu. Akan
tetapi, mengenai apa kiranya kebenaran itu, ilmu-ilmu pengetahuan tidak dapat
menjawabnya karena masalah ini tidak termasuk bidang ilmu mereka. Hal-hal yang
berhubungan dengan ada tidaknya kebenaran dan tentang apa itu kebenaran dibahas
dan dijelaskan oleh filsafat. Kedua, filsafat memberi penilaian tentang
sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai
kebenaran.
Dari dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu di
atas, dapat dillihat bahwa ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu pasti) tidak
langsung berkecimpung dalam usaha manusia menuju kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu
lebih merupakan suatu sumbangan agar pengetahuan itu sendiri semakin mendekati
kebenaran. Filsafatlah yang secara langsung berperan dalam usaha manusia untuk
mencari kebenaran. Di dalam filsafat, berbagai pertanyaan yang berhubungan
dengan kebenaran dikumpulkan dan diolah demi menemukan jawaban yang memadai.
Franz Magnis Suseno mengungkapkan dua arah filsafat dalam
usaha mencari jawaban dari berbagai pertanyaan sebagai berikut: pertama, filsafat
harus mengkritik jawaban-jawaban yang tidak memadai. Kedua, filsafat
harus ikut mencari jawaban yang benar. Kritikan dan
jawaban yang diberikan filsafat sesungguhnya berbeda dari jawaban-jawaban lain
pada umumnya. Kritikan dan jawaban itu harus dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional.
Pertanggungjawaban rasional pada hakikatnya berarti bahwa
setiap langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan, serta
harus dipertahankan secara argumentatif dengan argumen-argumen yang objektif. Hal ini berarti bahwa kalau ada yang mempertanyakan atau
menyangkal klaim kebenaran suatu pemikiran, pertanyaan dan sangkalan itu dapat
dijawab dengan argumentasi atau alasan-alasan yang masuk akal dan dapat
dimengerti.
Dari berbagai penjelasan di atas, tampak jelas bahwa
filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat
dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil
berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan
dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa
harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi
mencapai kebenaran yang dicari.
Inilah yang menunjukkan kekhasan filsafat di hadapan
berbagai ilmu pengetahuan yang ada. Filsafat selalu terbuka untuk berdialog dan
bekerjasama dengan berbagai ilmu pengetahuan dalam rangka pencarian akan
kebenaran. Baik ilmu pengetahuan maupun filsafat, bila diarahkan secara tepat
dapat sangat membantu kehidupan manusia.
Membangun ilmu pengetahuan
diperlukan konsistensi yang terus berpegang pada paradigma yang
membentuknya. Kearifan memperbaiki paradigma ilmu pengetahuan nampaknya
sangat diperlukan agar ilmu pengetahuan seiring dengan tantangan zaman, karena
ilmu pengetahuan tidak hidup dengan dirinya sendiri, tetapi harus mempunyai
manfaat kepada kehidupan dunia
Hampir semua kemampuan pemikiran
(thought) manusia didominasi oleh pendekatan filsafat. Pengetahuan manusia yang
dihasilkan melalui proses berpikir selalu digunakannya untuk menyingkap tabir
ketidaktahuan dan mencari solusi masalah kehidupan.antara ilmu Pengetahuan dan
ilmu Filsafat ada persamaan dan perbedaannya. Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan
pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat priori
kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan adanya
data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif. Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah
persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan
filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh
pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas
pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakat itu darimana awalnya dan akan
kemana akhirnya
BAB III
A. Kesimpulan
Filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang
lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia,
cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman
Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan.sedangkan filsafat ilmu merupakan
penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan
lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru dan Ilmu
pengetahuan atau Knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup
segenap bentuk yang kita ketahui seperti filsafat, sosial, seni, beladiri, dan
ilmu sains itu sendiri.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat
memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan
manusia guna mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu
tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran.
Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada
secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja
penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan
filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan
masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.
Antara ilmu Pengetahuan dan ilmu
Filsafat ada persamaan dan perbedaannya. Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan
pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat priori
kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan adanya
data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif. Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah
persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan
filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh
pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas
pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu darimana awalnya dan akan
kemana akhirnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Mohammad.
Filsafat
Ilmu: Ontologi, Epistimilogi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta,
Penerbit Pustaka Pelajar, 2010
Admojo, Wihadi. Kamus
Bahasa Indonesia,cet.1,Jakarta ,
Penerbit Balai Pustaka,1998
Anshori,
Endang Saifuddin . Ilmu, Filsafat dan
Agama, Surabaya, Penerbit PT Bina Ilmu, 1979
Bakhtiar,
Amsal. Filsafat Ilmu,Jakarta,
Penerbit Rajawali Pers, 2013
Beering,Kwee,Mooij,Van
Peursen. Pengantar Filsafat Ilmu,Yogyakarta,
Penerbit Tiara wacana, 1990
Hadiwijono, Harun. Sari Filsafat Barat Jilid 1,Yogyakarta,
Penerbit Yayasan Kanisius, 1980
Ghazali,
Bachri. Filsafat Ilmu, Yogyakarata,
Penerbit Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005
Salam,
Burhanuddin. Pengantar Filsafat, cet II, Jakarta, penerbit PT Bina Aksara,1988
Suriasumantri,
Jujun S. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar
Populer, Jakarta , Penerbit Pustaka Sinar Harapan,1998
http://askilpojele.blogspot.com/2013/09/
filsafat-umum-tentang-filsafat.html (Diakses pada tanggal 30 November 2014)
http://catatanfannyfyad.blogspot.com/2013/02/kedudukan-filsafat-dalam-ilmu.html
(Diakses pada tanggal 30 November 2014)
[1] Endang Saifuddin
Anshori, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya
: PT Bina Ilmu,1979),hlm 75
[2] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,(Jakarta: Rajawali Pers,
2013), hlm. 5
[3] Harun
Hadiwijono, Sari Filsafat Barat Jilid 1,
( Yogyakarta : Yayasan Kanisius,1980), hlm 7
[4] Bachri Ghazali, Filsafat Ilmu, (Yogyakarata : Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga,2005),hlm.3
[5] Amsal Bakhtiar,
Op.Cit, hlm.6-7
[6] Endang Sifuddin
Anshori, Op.Cit, hlm.83
[7] Mohammad Adib, Filsafat Ilmu:Ontologi,Epistimilogi,
Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010),hlm
21,22
[8]
http://askilpojele.blogspot.com/2013/09/ filsafat-umum-tentang-filsafat.html
[9] Mohammad Adib,
Op.Cit , hlm 54
[10]
Beering,Kwee,Mooij,Van Peursen, Pengantar
Filsafat Ilmu,(Yogyakarta: Tiara wacana, 1990),hlm.1
[11]
Jujun S.
Suriasumantri, Filsafat Ilmu : Sebuah
Pengantar Populer,(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1998)cet.1, hlm 33
[12] Mohammad Adib,
Op.Cit. hlm.54-55
[13]
Bachri
Ghazali,Op.Cit, hlm. 18
[14] Ibid, hlm 20
[15]
Burhanuddin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta:
PT Bina Aksara,1988), cet II, hlm 41
[16]
Amsal Bakhtiar,
Op.Cit, hlm 18-19
[17]Ibid, hlm.12
[18] Jujun S.
Suriasumantri, Op.Cit,hlm.324
[19] Wihadi Admojo, Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai
Pustaka,1998) cet.1, hlm 324
[20] Mohammad Adib,
Op.Cit, hlm. 17
[21] Amsal Bakhtiar,
Ibid, hlm.15
[22] Amsal Bakhtiar,
Op.Cit, hlm. 16-17
[23]
http://catatanfannyfyad.blogspot.com/2013/02/kedudukan-filsafat-dalam-ilmu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar