BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penaklukan
umat Islam atas kepulauan pulau Sisilia merupakan buih terakhir dari gelombang
serbuan dibawa bangsa Arab ke Afrika Utara dan Spanyol. Kepulauan Sisilia
mempunyai tanah yang cukup subur, dengan kesuburan wilayahnya itulah Sisilia
banyak memperoleh kemakmuran. Di samping faktor kesuburan wilayahnya, yang
mendukung kemakmuran pulau tersebut, karena letaknya yang strategis, terletak
di jalur perdagangan, berlabuhnya berbagai kapal dari setiap negara sehingga
perdagangan di sana mengalami perkembangan sangat pesat dan pulau itu sangat
cocok untuk dijadikan markas pangkalan militer terutama bagi pasukan Muslimin,
sebagai batu loncatan untuk pergerakan menguasai Eropa khususnya Italia.
Banyaknya
berbagi bangsa yang mendiami pulau tersebut menjadikan pulau Sisilia kaya akan
budaya. Sebagai titik temu dua wilayah yang berbeda, Sisilia secara khusus
beradaptasi untuk betindak sebagai perantara dalam proses peralihan khazanah
pengetahuan kuno dan pengetahuan Abad Pertengahan. Dari beberapa faktor yang
telah disebutkan di atas menimbulkan berbagai dorongan bagi raja-raja dan
berbagai negara untuk menguasai pulau tersebut. Salah satu diantaranya ialah
dari dinasti-dinasti Islam di Afrika Utara, seperti dinasti Aghlabiyah, dinasti
Fatimiyah dan dinasti Kalbiyah yang kemudian pulau itu dapat dikuasai kembali
oleh orang-orang Kristen.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Masuknya Islam
di Sisilia
2.
Perkembangan
Islam di Sisilia
3.
Kemunduran Islam
di Sisilia
4.
Hasil-hasil
Kebudayaan Islam
5.
Pengaruhnya atas
Eropa
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Masuknya
Islam di Sisilia
Masuknya
Islam di Sisilia dapat dibagi beberapa periode yang dilakukan oleh dinasti-
dinasti Islam di Afrika Utara yang silih berganti menguasai pulau Sisilia.
1.
Dinasti
Aghlabiyah (800-909 M)
Dinasti Aghlabiyah adalah salah satu Dinasti Islam
di Afrika Utara yang berkuasa selama kurang lebih l00 tahun (800-909 M).
Dinasti Aghlabiyah dari Kairawan menyerang wilayah Sisilia pada abad ke-9 M. Ziyadatullah
bin Ibrahim berhasil menaklukkan kepulauan Sisilia.[1]
Berkembangnya Dinasti Aghlabiyah, pada tahun pertama abad ke-9 M, telah
mengubah situasi politik di wilayah itu. Penaklukan Sisilia sebenarnya dilatar
belakangi oleh adanya konflik penguasa Romawi. Pada 827 M terjadi pemberontakan
orang-orang Sisilia terhadap Gubernur Byzantium. Karena merasa tidak berdaya
menghadapi kekuatan militer Kekaisaran Romawi Timur, para pemberontak pimpinan
Euphemius itu memohon bantuan militer kepada
Ziyadatullah I2 serta menawarkan kekuasaan atas Sisilia,
kemudian itu diterima oleh Ziyadat Allah.
Ziyadat Allah I (817-838 M), Khalifah Aghlabiyah
ketiga, langsung mengirim tujuh puluh armada membawa sekitar 10.000 tentara dan
700 ekor kuda di bawah pimpinan Qadhi-Wazir yaitu Asad bin al-Furath. Pasukan
Afrika berlabuh di Masara kemudian bergerak ke Siracuse.3 Suatu
wabah yang menyebar di perkemahan orang Arab membunuh Asad dan banyak
prajuritnya. Pasukan itu kemudian mendapat suntikan kekuatan baru dari Spanyol,
sehingga pada tahun 831 M mereka berhasil menguasai kota Palermo. Pada 878 M,
benteng Siracuse yang cukup kuat menyerah setelah sembilan bulan pengepungan.
Benteng itu di hancurkan pada masa kekuasaan khalifah Aghlabiyah, Ibrahim II (874-902 M). Saat rezimnya
berada di ambang kehancuran, Ibrahim datang sendiri ke Sisilia. Di sini ia
memangkas distrik-distrik di sekitar
Gunung Etna, dan pada 902 M menghancurkan Taormina. Ibrahim meninggal dan
dikuburkan di Sisilia. Sebelum kematiannya pada 902 M, Ibrahim II membawa
pasukannya untuk melakukan perang suci menuju pinggiran Italia, Calarbia. Tak
lama setelah Palermo jatuh, jendral-jendral Aghlabiyah ikut campur dan
memperuncing konflik diantara para Lombardo di Italia Selatan.
Tahun 837 M Naples meminta bantuan penguasa Arab,
teriakan perang umat Islam bergema dan memenuhi daratan Vesurius. Sekitar empat
tahun kemudian, Bari, yang terletak di wilayah Adriatik ditaklukan. Tahun 846
M, bahkan Romawi merasa terancam oleh pasukan Arab yang berlabuh di Ostia. Karena
tidak mampu merobohkan benteng pertahanan Kota Keabadian, mereka merusak
Katedral St. Paulus di luar gerbang kota. Tiga tahun kemudian, pasukan Muslimin
yang lain mencapai Ostia tetapi dipukul
mundur oleh angkatan laut Italia. Tetapi cengkeraman umat Islam atas Sisilia
masih begitu kuat sehingga Paus Yohanes VIII (872-882 M) dengan hati-hati
mempertimbangkan untuk membayar pajak
selama dua tahun. Pada 869 M mereka menaklukan Maeta. Ekspansi pasukan
Arab mencapai anti klimaks pada abad ke-9. Tahun 871 M direbutnya kembali kota
Bari oleh pasukan Kristen.4[2]
2.
Dinasti
Fatimiyah (909-1171 M)
Pada awalnya para amir di Sisilia kekuasaannya
dikendalikan oleh Dinasti Aghlabiyah di Kairawan. Tahun 909 M Dinasti
Aghlabiyah ditaklukkan oleh Dinasti Fatimiyah, kemudian Sisilia menjadi bagian
dari wilayah dinasti itu yang didirikan oleh Ubaidillah al-Mahdi. Empat tahun
kemudian, umat Islam Sisilia di bawah pimpinan
Ahmad bin Qurhub (912-916 M) menyatakan kemerdekaan mereka dan menyebut
khalifah Abbasyiah al-Muqtadir sebagai musuh Dinasti Fatimiyah, dalam
khutbah-khutbah Jumat. Pada 917 M amir Ahmad, yang diabaikan oleh pasukan
Berbernya, dieksekusi atas perintah al-Mahdi, kemudian Sisilia dikembalikan ke
penguasa Fatimiyah.5
3.
Dinasti
Kalbiyah
Pada
tahun 948 M khalifah ketiga Fatimiyah, al-Manshur menunjuk al-Hasan bin Ali bin
abi al-Husain al-Kalbi (w. 965 M) sebagai Gubernur Sisilia, yang meletakkan
dasar untuk pembangunan negara yang lebih mandiri dan lebih kokoh. Dinasti
Kalbiyah ini merupakan utusan dari dinasti Fathimiyah yang ada di Mesir, dan
tetap loyal kepada dinasti Fathimiyah. Sejak tahun 948 M, khalifah Ismail
al-Mansur mengangkat Hasan al-Kalbi menjadi amir di Sisilia. Secara de Fakto,
emirat Sisilia terlepas dari pemerintahan Fathimiyah di Mesir. Lalu digantikan
Amir baru yang bernama Abu al-Qasim (964-983 M).
Dinasti
ini mencapai puncak kejayaannya pada masa keturunan al-Hasan yaitu Abu al-Futuh
Yusuf ibn Abdullah. Benih-benih peradaban Islam dapat ditumbuhkembangkan dengan
baik. Tidak hanya dalam segi fisik pertumbuhannya, namun juga segi pemikiran.
Hal itu terbukti dengan munculnya intelektual-intelektual muslim dari negeri
kecil tersebut.
Pada
masa selanjutnya, Muslim di Sisilia bertempur dengan Bizantium. Setelah itu,
kekuasaan Islam meredup seiring dengan perebutan kekuasaan di dalam tubuh umat
Islam itu sendiri. Pada tahun 1061 M, Sisilia lepas dari kekuasaan Islam. Di
bawah kekuasaannya dan penerusnya, Dinasti Kalbiyah adalah benih-benih
kebudayaan Arab mendapatkan kesempatan untuk berkembang di kepulauan
multi-bahasa ini. Pada masa kekuasaan Abu al-Futuh yusuf bin Adullah (989-998
M), keturunan al-Hasan, Muslim Sisilia mencapai puncak kejayaan. Para amir
Kalbiyah hidup dalam istana-istana mewah dan membangun kastil-kastil yang
indah. Seorang ahli geografi dan pengembara dari Timur ibn Hawqal (943-977 M).
Dalam
catatan perjalanannya, ia mengatakan bahwa di kota Palermo terdapat sekitar 300
masjid yang megah. Di masjid-masjid jami ia menghitung ada sekitar 60 baris
jamaah, yang masing-masing baris diisi sekitar 200 orang, sehingga jumlahnya
mencapai 7000 jamaah. Ia juga menghitung ada sekitar 300 guru sekolah umum,
yang dihormati oleh penduduk dan dianggap sebagai anggota masyarakat yang
paling saleh, paling mulia dan paling istimewa, dan hal itu dengan
“mengesampingkan fakta bahwa guru-guru sekolah sering memiliki laku mental yang
buruk dan otak yang kosong”.6[3]
B.
Perkembangan
Islam di Sisilia
1.
Masa
Dinasti Aghlabiyah
Para Gubernur mempunyai kekuasaan penuh dalam hal
perang atau damai , pembagian harta rampasan, mencetak uang, menentukan pajak,
mengangkat kadi, badan kota praja, pengaturan tentang tanah. Penduduk Sisilia saat itu berbagai
ras dan agama antara lain Islam, Kristen, Yahudi, Bangsa Sisilia, Yunani,
Lombard, Arab, Barbar, Persia, Negro. Bangsa Arab menjadi penguasa, mayoritas
penduduk muslim adalah keturunan bangsa Barbar, Sisilia dan Arab.7 Ziyadatullah
bin Ibrahim berhasil menaklukkan kepulauan Sisilia pada abad ke-9.
Pada 827 M terjadi pemberontakan orang-orang Sisilia
terhadap Gubernur Byzantium. Karena merasa tidak berdaya menghadapi kekuatan
militer Kekaisaran Romawi Timur, para pemberontak pimpinan Euphemius itu
memohon bantuan militer kepada
Ziyadatullah I. Ziyadat Allah I (817-838 M), Khalifah Aghlabiyah ketiga,
langsung mengirim tujuh puluh armada di bawah pimpinan Qadhi-Wazir yaitu Asad
bin al-Furath. Tahun 831 M mereka berhasil menguasai kota Palermo. Pada masa
kekuasaan khalifah Aghlabiyah, Ibrahim
II (874-902 M) benteng Siracuse yang cukup kuat menyerah pada 878 M dan benteng
itu dihancurkan. Sebelum kematiannya pada 902 M, Ibrahim II membawa pasukannya
untuk melakukan perang suci menuju pinggiran Italia, Calarbia. pada 902 M
menghancurkan Taormina.
Ketika sisilia dikuasai dinasti aghlabiyah populasi
penduduk Sicilia mulai bertambah seiring datangnya imigran muslim dari Afrika,
Asia, Spanyol dan Barbar. Di setiap kota di Sicila dilengkapi dengan sebuah
dewan kota. Pada zaman ini mulai diperkenalkan reformasi agraria. Hal itu
dilakukan agar tanah tak cuma dikuasai orang-orang kaya saja. Irigiasi juga
mulai diperkenalkan, sehingga sektor pertanian berkembang pesat. Pada abad
ke-10 M, Sisilia menjadi Provinsi di Italia yang paling padat dengan jumlah
penduduk mencapai 300 ribu jiwa.8[4]
Pada tahun 909 M ,Kekuasaan Dinasti Aghlabi di
Sicilia berakhir ketika Ubaidillah al –Mahdi pendiri dinasti Fatimiah di Afrika
Utara berhasil mengalahkan mereka. Gubernur terakhir dari dinasti aghlabiyah di
Sisilia ialah Ahmad bin Husen yang akhirnya digulingkan oleh Ali bin Ahmad bin
Abi al-Fawaris salah satu seorang gubernur dinasti Fatimiyah pada tahun 909 M.
2. Masa Dinasti
Fatimiyah
Tahun 909 M Dinasti Aghlabiyah ditaklukkan oleh
Dinasti Fatimiyah, kemudian Sisilia menjadi bagian dari wilayah dinasti itu. Pada
tahun 909 M Ali bin Ahmad bin Abi al-Fawaris salah satu gubernur daulah
Fathimiyah yang berpusat di Mesir sebagai wali di Sicilia, yang
kemudian pada tahun 910 digantikan oleh Hasan bin Ahmad, seorang panglima yang
terpercaya dan terkenal.9[5] Pada masa pemerintahan
Hasan dapat menaklukkan daerah sebelah
utara Sisilia, Tormina kemudian merubah nama kota itu menjadi Mu`izziyah
sebagai penghormatan terhadap khalifah Fathimiyah Mui’z. Pada masa pemerintahan
Hasan juga, kekuasaan fatimiyah mulai mapan dan ajaran Syiah mulai disebarkan
ditengah –tengah kaum muslim, namun ternyata orang-orang Arab yang anti Syi’ah
di Palermo dan orang-orang Barbar di Girgenti bersatu untuk
membangun pemerintahan Sunni.10
Tahun 909 M , empat tahun kemudian umat Islam
Sisilia di bawah pimpinan Ahmad bin Qurhub (912-916 M) menyatakan kemerdekaan
mereka. Para Gubernur Fatimiyah diusir
dari Palermo. Pada tahun 917 M amir Ahmad, yang diabaikan oleh pasukan
Berbernya, dieksekusi atas perintah al-Mahdi, kemudian Sisilia dikembalikan ke
penguasa Fatimiyah. Dalam masa transisi dari Aghlabiyah ke Fatimiyah di Sisilia
terjadi pergolakan namun, pergolakan di sini bukan karena masalah politik
tetapi masalah yang sifatnya agamis yaitu pertentangan antara Syiah dan Suni.
Gubernur dinasti Fatimiyah yang terkuat adalah Hasan
bin Ali al-Kalby keturunan arab suku kalb yang kemudian mendirikan dinasti
Kalbiyah di Sisilia, Dia diangkat pada tahun 948 M oleh khalifah ketiga
Fatimiyah, al-Manshur
3.
Masa
Dinasti Kalbiyah
Dinasti kalbiyah merupakan salah satu dinasti yang
menguasai Sisilia. Hasan (pengganti gubernur Ali bin Ahmad bin Abi al-Fawaris) dapat
menaklukkan daerah Kristen di sebelah utara Sisilia, Tormina kemudian merubah
nama kota itu menjadi Mu`izziyah sebagai penghormatan terhadap khalifah
Fathimiyah Muiz.11 Sejak tahun 948 M, Khalifah Fatimiyah, Ismail
Al-Mansur mengangkat Hassan Al-Kalbi sebagai emir [6]Sicilia.
Secara defakto, Emirat Sicilia terlepas dari pemerintahan Fatimiyah di Mesir.
Lalu digantikan Amir yang baru bernama Abu Al-Qasim (964 M - 982 M). pada masa
kedua Amir itu berkuasa, Muslim Sicilia bertempur dengan Bizantium. Pada masa
kekuasaan Abu al-Futuh Yusuf ibn Abdullah (989-998 M) muslim Sisilia mencapai
puncak kejayaan. Setelah itu, kekuasaan Islam meredup seiring perebutan
kekuasaan di tubuh umat Islam. Mulai pada tahun 1060 M, Sicilia sedikit demi
sedikit terlepas dari tangan umat Islam.
C.
Kemunduran
Islam di Sisilia
Kekuasaan Islam di Sisilia nampak
lemah, mundur dan berakhir dengan kejatuhannya. Mundurnya kekuasaan tersebut
antara lain disebabkan karena situasi politik umat Islam yang mudah dipengaruhi
sehingga terjadi perpecahan internal, terjadi persaingan dan pertentangan
antara dinasti-dinasti, tenggelamnya sebagian penguasa Islam dalam kehidupan
mewah sehingga lupa pada tugas utamanya untuk mengurus negara, terjadinya
hubungan khusus antara penguasa Islam tertentu dengan penguasa Kristen untuk
menjatuhkan saingannya sesama muslim, dan kembali menguatnya kerajaan-kerajaan
Kristen Eropa yang didukung oleh seruan semangat perang salib.
Kehancuran Islam
di Sisilia bermula atas pergantian kekuasaan dari dinasti Aghlabiyah ke dinasti
Fatimiyah, kemudian pada tahun 972 M pusat pemerintahan dinasti Fatimiyah
pindah ke daerah Mesir, sehingga menyebabkan melemahnya kontrol terhadap
pemerintahan. Dengan jatuhannya Dinasti Kalbiyah menyebabkan timbulnya perang
saudara antara muslim Sisilia dengan muslim Afrika. Satu hal yang sangat
berpengaruh terhadap kemunduran dan bahkan mengantarkan kekuasaan Islam di
Sisilia mengalami kehancuran adalah upaya penguasa Kristen Romawi untuk
mengembalikan Sisilia kepangkuannya.
Usaha itu
semakin mendapat peluang dengan munculnya penguasa-penguasa daerah lokal yang
bersekongkol dengan Romawi, seperti Ibn al-Sammah, untuk memenuhi ambisinya ia
meminta bantuan kepada orang-orang Normandia. Begitu pula dengan Ibn Hamud yang
menyatakan kesetiaannya kepada Roger (penguasa Normandia saat itu), maka satu
demi satu daerah kakuasaan Islam jatuh ketangan penguasa Kristen yaitu
Normandia dan Roger I. Penaklukan ini dimulai dengan serangan atas kota Messina
pada 1060 M oleh pangeran Roger, anak Tancred de Hauteville, dipungkas dengan
penaklukan kota Palermo tahun 1071 M dan Siracuse tahun 1085, dan berakhir pada
1091 M. Pada 1090 Malta diambil alih oleh Roger.
D.
Hasil
Kebudayaan Islam di Sisilia
1.
Dinasti Bani Aghlabiyah
Masa
dinasti Bani Aghlabiyah ini kurang berkembang karena sering terjadi penyerangan
dan lebih berfokus untuk melakukan berbagai penaklukan.
2. Dinasti Fathimiyah
Masa
dinasti Fatimiyah juga kurang berkembang karena sering terjadi pemberontakkan
dan baru merintis kesejahteraan secara fisik
3. Dinasti Kalbiyah
Masa
dinasti Kalbiyah ini, Islam mulai berkembang dan berkuasa selama 80 tahun.
Kemajuannya
yaitu :
o
Di bidang Fisik, Kota Palermo dihiasi dengan 150 tempat
pemotongan hewan, 300 masjid, 7000 jamaah shalat jumat dan 300 sekolah guru .
o
Di bidang Pertanian sudah menggunakan sistem pengairan ,
bibit unggul didatangkan dari negara timur, dan sistem penanaman bibit meniru
bangsa Arab.
o
Di bidang Perindustrian sudah mampu mengembangkan industri
tambang emas, belerang, sulfur, tawas, industri perikanan, penenunan kain
sutra.
o
Di bidang Perdagangan sudah maju dan saat itu masih dikuasai
orang Arab dan pelabuhan Messina menjadi kota perdagangan. Dan sudah mengadakan
kharaj dan jizyah.
o
Di bidang ilmu, perkembangan ilmu agama islam lebih menonjol
dibanding dengan yang lain.
-
Ilmu Fiqih sudah membicarakan hukum positif
-
Para ahli hukum menyesuaikan penafsiran al-Qur`an sesuai
dengan perkembangan zaman
-
Umat Islam tidak menjalankan hukum Romawi, Yunani dan
Kristen
-
Al-Qur`an dan Hadits dijadikan sumber pokok hukum islam,
dengan demikian ilmu bantupun berkembang seperti tafsir, ulumul hadits, bahasa
arab, dan lain lain.
-
Di bidang Ilmu Kalam yang terkenal adalah Abdul Haq bin
Muhammad dan bin Zafar.
-
Di bidang Sastra ada Ali Hamzah al-Basri.
-
Di bidang Sejarah ada Abu Zaid al-Gumari dan bin Qotta
-
Di bidang Fisika muncul Abu Said Ibrahim dan Abu Bakar
Siqli.
-
Di bidang kedokteran yang terkenal adalah Abul Abbas Ahmad
bin Abdul Salam
o
Di bidang Sosial dan Ekonomi mereka berhasil membangun
irigasi dengan sistem Hydraulic yang didatangkan dari Persia dan sistem Siphon
dari Roma.
o
Dengan irigasi yang baik maka perkebunan dan pertanian
semakin maju. Sehingga tanaman kapas, rami di Giattini , berbagai macam jeruk
di ekspor
E.
Pengaruhnya
atas Eropa
Roger
I menyerap semangat infanterinya dari umat Islam, melindungi para cendekiawan
Arab, menghimpun para filsof, astrolog, dan dokter-dokter dari timur, serta
menjalankan toleransi beragama bagi orang-orang non-Kristen. Roger
mempertahankan sistem administrasi terdahulu, bahkan tetap memperkerjakan para
pejabat tinggi Muslim. Istananya di Palermo lebih bernuansa Ketimuran. Roger II
(1130-1154 M) berpakaian layaknya seorang Muslim, dan para pengkritiknya
menyebutnya “Raja Setengah-matang”. Bahkan di bawah kekuasaan cucunya, William
II (1166-1189 M) Ibn Jubyr melihat beberapa wanita Kristen di kota Palermo yang
mengenakan pakaian Muslim. Kapel yang dibangun Roger II di ibukota negara
memiliki atap yang ditutupi lukisan-lukisan bergaya Kufi. Ornamen utama istan Roger II dibuat
oleh al-Idrisi, geografer dan kartografer paling terkenal pada Abad
Pertengahan. al-Idrisi juga membuat sebuah miniatur angkasa untuk raja
Normannya itu serta sebuah peta dunia berbentuk cakram, keduanya terbuat dari
perak.
Cucu
Roger II yaitu Frederick II (1215-1250 M), yang berkuasa atas Sisilia dan
Jerman. Selain memegang jabatan sebagai kaisar kerajaan suci Romawi setelah
1220, ia juga menjadi raja Yerusalem berkat perkawinannya dengan putri pewaris
kerajaan itu, Isabelle dari Brienne, pada 1225. Dengan demikian, kaisar
Frederick menjadi penguasa sipil tertinggi di dunia Kristen. Tiga tahun setelah
pernikahannya ia memimpin satu pasukan dalam Perang Salib yang kemudian
memberinya gagasan-gagasan Islam. Frederick membawa ahli-ahli elang dari
Suriah, dan menyaksikan mereka melatih burung. Mereka berusaha untuk meyakinkan
dengan cara menutup mata elang dan mengujinya apakah elang-elang itu bisa
menemukan makanan dengan penciumannya atau tidak. Ia juga mempunyai Theodore
(Thadhuri), seorang penerjemah dan astrolog, beragama Kristen Yokobus dari
Antioka. Ia menerjemahkan sebuah karya berbahasa Arab tentang elang.
Theodore
juga menerjemahkan sebuah karya tentang ilmu kesehatan untuk kaisar dari buku Sirr al-Asrar yang semi Aristotelian.
Sebagai astrolog istana, Theodore didahului oleh Michel Scot, yang sejak 1220 sampai
1236 telah menghadirkan gambaran tentang muslim Spanyol terpelajar di Sisilia
dan Italia. Michael Scot membuat untuk kaisarnya sebuah ringkasan karya-karaya
Aristoteles tentang biologi dan zoologi dalam bahasa Latin yang diterjemahkan
dari bahasa Arab, khususnya buku yang berjudul De animalibus, disertai komentar Ibn Sina. Penelitian, eksperimen
dan riset yang agak modern ini, yang menjadi penanda awal Renaisans di Italia.
Puisi, sastra, dan musik Italia mulai mekar di bawah pengaruh Provencal dan Arab.
Pada Abad ke-14 dan abad-abad berikutnya, kajian bahasa Arab dipelajari di
universitas-universitas Eropa, termasuk di Oxford dan Paris, dengan dorongan
dan tujuan yang sepenuhnya untuk menyiapkan misionaris-misionaris Kristen untuk
dikirim ke wilayah-wilayah muslim.
Kebudayaan
dan pengetahuan dari Timur masuk ke Eropa melalui berbagai saluran seperti
kesenian, ilmu pengetahuan dan sastra. Misalnya rancangan Campali yang bercorak renaisans, bisa dikatakan dipengaruhi oleh
corak arsitektur menara bundar yang tersebar di Afrika Utara, khususnya Mesir.
Lama setelah Sisilia dan bagian selatan semenanjung telah kembali pada
kekuasaan Kristen, para pengrajin dan seniman muslim terus berkembang dan
berproduksi, sebagaimana terbukti dari mosaik-mosaik dan tulisan yang menghiasi
kapel-kapel Palatine. Rumah-rumah kerajinan yang dibangun oleh para penguasa
muslim di lingkungan istana mereka di Palermo, memasok kebutuhan jubah-jubah
kebesaran yang dikenakan oleh para bangsawan dan raja-raja Eropa. Jubah-jubah
itu dihiasai tulisan-tulisan dan corak kaligrafi Arab. Sejumlah pengrajin dari Timur
mengajarkan produksi tekstil kepada penduduk pribumi di beberapa kota Italia.
Kebutuhan orang-orang Eropa terhadap produk tekstil dari Timur itu sangat besar
sehingga ada suatu masa ketika orang-orang Eropa merasa belum sempurna
berpakaian jika tidak memiliki paling tidak satu setel pakaian semacam itu.
Selama
abad ke-15, ketika orang-orang kaya di Venesias sedang gencar-gencarnya
mengadopsi dan menyearkan gaya serta corak Islam dalam kesenian, seni
penjilidan buku di Italia mulai menunjukkan gaya ketimuran. Pada saat yang sama
metode-metode baru pembuatan dan dekorasi sampul kulit buku juga dipelajari
dari para pengrajin Timur di berbagai kota Italia. Venesia menjadi pusat industri
lain, melapisi kuningan dengan emas, perak atau tembaga merah.12[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Islam
masuk di Sisilia pada masa pemerintahan Aghlabiyah belum mengalami kemajuan
ataupun perkembangan yang berpengaruh akan tetapi masa pemerintahan Aghlabiyah
ini banyak melakukan penaklukan penaklukan, kemudian pemerintahan selanjutnya
di pegang oleh dinasti Fatimiyah, di pemerintahan dinasti ini islam baru mau
dimulai perkembangan di bidang fisik. Selanjutnya pemerintahan di pegang oleh
dinasti Kalbiyah, pada dinasti inilah kemajuan dan perkembangan islam mulai
menonjol baik salam bidang fisik, militer, pertanian, pengetahuan dan
lain-lain.
Kemunduran
dan kehancuran Sisilia disebabkan adanya ketidakpuasan orang-orang Sisilia
terhadap gubernur yang dikirim oleh penguasa Fatimiyah ke Sisilia sebagai
reaksi ketidak puasan ini, mengakibatkan umat Islam di Sisilia tidak solid dan
loyal terhadap pemerintah. Hingga akhirnya Islam di Sisilia di kalahkan oleh
Kristen dan itu menjadi akhir kerajaan Islam yang ada di Sisilia
DAFTAR PUSTAKA
Hitti, Philiph K., 2006, History of the Arabs, Jakarta : PT Serambi Ilmu Pustaka
Al-Usairy,Ahmas.,
Sejarah Islam Sejak Nabi Adam Hingga Abad
XX, (Jakarta: AKBAR MEDIA, 2013), hlm. 243
http://siratullah186.wordpress.com/2009/12/30/peradaban-islam-di-sicilia/
http://siti-nurjanah.weebly.com/islam-di-spanyol.html
http://dar.mizan.com/detail/271-Tapak-Islam-di-Kota-Mafia#.U1-VpIF_tr0
http://cacingpadangpasir.blogspot.com/2013/06/sisilia-sebelum-sesudah-islam.html
http://salamsejahteracintadamai.blogspot.com/2011/03/islam-di-sicilia-asal-usul-kemajuan.html
1Ahmad
Al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Nabi Adam
Hingga Abad XX, (Jakarta: AKBAR MEDIA, 2013), hlm. 243
2http://dar.mizan.com/detail/271-Tapak-Islam-di-Kota-Mafia#.U1-VpIF_tr0
3philip K. Hitti, History Of The Arab, (New York: Palgrave Macmillan, 2002), hlm. 770
5Ibid.hlm. 772
8http://salamsejahteracintadamai.blogspot.com/2011/03/islam-di-sicilia-asal-usul-kemajuan.html
10
http://siti-nurjanah.weebly.com/islam-di-spanyol.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar