Selasa, 15 Desember 2015

Dinasti-dinasti Islam di Afrika Utara, seperti dinasti Aghlabiyah, dinasti Fatimiyah dan dinasti Kalbiyah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penaklukan umat Islam atas kepulauan pulau Sisilia merupakan buih terakhir dari gelombang serbuan dibawa bangsa Arab ke Afrika Utara dan Spanyol. Kepulauan Sisilia mempunyai tanah yang cukup subur, dengan kesuburan wilayahnya itulah Sisilia banyak memperoleh kemakmuran. Di samping faktor kesuburan wilayahnya, yang mendukung kemakmuran pulau tersebut, karena letaknya yang strategis, terletak di jalur perdagangan, berlabuhnya berbagai kapal dari setiap negara sehingga perdagangan di sana mengalami perkembangan sangat pesat dan pulau itu sangat cocok untuk dijadikan markas pangkalan militer terutama bagi pasukan Muslimin, sebagai batu loncatan untuk pergerakan menguasai Eropa khususnya Italia.
Banyaknya berbagi bangsa yang mendiami pulau tersebut menjadikan pulau Sisilia kaya akan budaya. Sebagai titik temu dua wilayah yang berbeda, Sisilia secara khusus beradaptasi untuk betindak sebagai perantara dalam proses peralihan khazanah pengetahuan kuno dan pengetahuan Abad Pertengahan. Dari beberapa faktor yang telah disebutkan di atas menimbulkan berbagai dorongan bagi raja-raja dan berbagai negara untuk menguasai pulau tersebut. Salah satu diantaranya ialah dari dinasti-dinasti Islam di Afrika Utara, seperti dinasti Aghlabiyah, dinasti Fatimiyah dan dinasti Kalbiyah yang kemudian pulau itu dapat dikuasai kembali oleh orang-orang Kristen.

B.     Rumusan Masalah
1.      Masuknya Islam di Sisilia
2.      Perkembangan Islam di Sisilia
3.      Kemunduran Islam di Sisilia
4.      Hasil-hasil Kebudayaan Islam
5.      Pengaruhnya atas Eropa




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Masuknya Islam di Sisilia
Masuknya Islam di Sisilia dapat dibagi beberapa periode yang dilakukan oleh dinasti- dinasti Islam di Afrika Utara yang silih berganti menguasai pulau Sisilia.
1.      Dinasti Aghlabiyah (800-909 M) 
Dinasti Aghlabiyah adalah salah satu Dinasti Islam di Afrika Utara yang berkuasa selama kurang lebih l00 tahun (800-909 M). Dinasti Aghlabiyah dari Kairawan menyerang wilayah Sisilia pada abad ke-9 M. Ziyadatullah bin Ibrahim berhasil menaklukkan kepulauan Sisilia.[1] Berkembangnya Dinasti Aghlabiyah, pada tahun pertama abad ke-9 M, telah mengubah situasi politik di wilayah itu. Penaklukan Sisilia sebenarnya dilatar belakangi oleh adanya konflik penguasa Romawi. Pada 827 M terjadi pemberontakan orang-orang Sisilia terhadap Gubernur Byzantium. Karena merasa tidak berdaya menghadapi kekuatan militer Kekaisaran Romawi Timur, para pemberontak pimpinan Euphemius itu memohon bantuan militer kepada  Ziyadatullah I2 serta menawarkan kekuasaan atas Sisilia, kemudian itu diterima oleh Ziyadat Allah.
Ziyadat Allah I (817-838 M), Khalifah Aghlabiyah ketiga, langsung mengirim tujuh puluh armada membawa sekitar 10.000 tentara dan 700 ekor kuda di bawah pimpinan Qadhi-Wazir yaitu Asad bin al-Furath. Pasukan Afrika berlabuh di Masara kemudian bergerak ke Siracuse.3 Suatu wabah yang menyebar di perkemahan orang Arab membunuh Asad dan banyak prajuritnya. Pasukan itu kemudian mendapat suntikan kekuatan baru dari Spanyol, sehingga pada tahun 831 M mereka berhasil menguasai kota Palermo. Pada 878 M, benteng Siracuse yang cukup kuat menyerah setelah sembilan bulan pengepungan. Benteng itu di hancurkan pada masa kekuasaan khalifah  Aghlabiyah, Ibrahim II (874-902 M). Saat rezimnya berada di ambang kehancuran, Ibrahim datang sendiri ke Sisilia. Di sini ia memangkas  distrik-distrik di sekitar Gunung Etna, dan pada 902 M menghancurkan Taormina. Ibrahim meninggal dan dikuburkan di Sisilia. Sebelum kematiannya pada 902 M, Ibrahim II membawa pasukannya untuk melakukan perang suci menuju pinggiran Italia, Calarbia. Tak lama setelah Palermo jatuh, jendral-jendral Aghlabiyah ikut campur dan memperuncing konflik diantara para Lombardo di Italia Selatan.
Tahun 837 M Naples meminta bantuan penguasa Arab, teriakan perang umat Islam bergema dan memenuhi daratan Vesurius. Sekitar empat tahun kemudian, Bari, yang terletak di wilayah Adriatik ditaklukan. Tahun 846 M, bahkan Romawi merasa terancam oleh pasukan Arab yang berlabuh di Ostia. Karena tidak mampu merobohkan benteng pertahanan Kota Keabadian, mereka merusak Katedral St. Paulus di luar gerbang kota. Tiga tahun kemudian, pasukan Muslimin yang lain mencapai  Ostia tetapi dipukul mundur oleh angkatan laut Italia. Tetapi cengkeraman umat Islam atas Sisilia masih begitu kuat sehingga Paus Yohanes VIII (872-882 M) dengan hati-hati mempertimbangkan untuk membayar pajak  selama dua tahun. Pada 869 M mereka menaklukan Maeta. Ekspansi pasukan Arab mencapai anti klimaks pada abad ke-9. Tahun 871 M direbutnya kembali kota Bari oleh pasukan Kristen.4[2]

2.      Dinasti Fatimiyah (909-1171 M)
Pada awalnya para amir di Sisilia kekuasaannya dikendalikan oleh Dinasti Aghlabiyah di Kairawan. Tahun 909 M Dinasti Aghlabiyah ditaklukkan oleh Dinasti Fatimiyah, kemudian Sisilia menjadi bagian dari wilayah dinasti itu yang didirikan oleh Ubaidillah al-Mahdi. Empat tahun kemudian, umat Islam Sisilia di bawah pimpinan  Ahmad bin Qurhub (912-916 M) menyatakan kemerdekaan mereka dan menyebut khalifah Abbasyiah al-Muqtadir sebagai musuh Dinasti Fatimiyah, dalam khutbah-khutbah Jumat. Pada 917 M amir Ahmad, yang diabaikan oleh pasukan Berbernya, dieksekusi atas perintah al-Mahdi, kemudian Sisilia dikembalikan ke penguasa Fatimiyah.5



3.      Dinasti Kalbiyah
Pada tahun 948 M khalifah ketiga Fatimiyah, al-Manshur menunjuk al-Hasan bin Ali bin abi al-Husain al-Kalbi (w. 965 M) sebagai Gubernur Sisilia, yang meletakkan dasar untuk pembangunan negara yang lebih mandiri dan lebih kokoh. Dinasti Kalbiyah ini merupakan utusan dari dinasti Fathimiyah yang ada di Mesir, dan tetap loyal kepada dinasti Fathimiyah. Sejak tahun 948 M, khalifah Ismail al-Mansur mengangkat Hasan al-Kalbi menjadi amir di Sisilia. Secara de Fakto, emirat Sisilia terlepas dari pemerintahan Fathimiyah di Mesir. Lalu digantikan Amir baru yang bernama Abu al-Qasim (964-983 M).
Dinasti ini mencapai puncak kejayaannya pada masa keturunan al-Hasan yaitu Abu al-Futuh Yusuf ibn Abdullah. Benih-benih peradaban Islam dapat ditumbuhkembangkan dengan baik. Tidak hanya dalam segi fisik pertumbuhannya, namun juga segi pemikiran. Hal itu terbukti dengan munculnya intelektual-intelektual muslim dari negeri kecil tersebut.
Pada masa selanjutnya, Muslim di Sisilia bertempur dengan Bizantium. Setelah itu, kekuasaan Islam meredup seiring dengan perebutan kekuasaan di dalam tubuh umat Islam itu sendiri. Pada tahun 1061 M, Sisilia lepas dari kekuasaan Islam. Di bawah kekuasaannya dan penerusnya, Dinasti Kalbiyah adalah benih-benih kebudayaan Arab mendapatkan kesempatan untuk berkembang di kepulauan multi-bahasa ini. Pada masa kekuasaan Abu al-Futuh yusuf bin Adullah (989-998 M), keturunan al-Hasan, Muslim Sisilia mencapai puncak kejayaan. Para amir Kalbiyah hidup dalam istana-istana mewah dan membangun kastil-kastil yang indah. Seorang ahli geografi dan pengembara dari Timur ibn Hawqal (943-977 M).
Dalam catatan perjalanannya, ia mengatakan bahwa di kota Palermo terdapat sekitar 300 masjid yang megah. Di masjid-masjid jami ia menghitung ada sekitar 60 baris jamaah, yang masing-masing baris diisi sekitar 200 orang, sehingga jumlahnya mencapai 7000 jamaah. Ia juga menghitung ada sekitar 300 guru sekolah umum, yang dihormati oleh penduduk dan dianggap sebagai anggota masyarakat yang paling saleh, paling mulia dan paling istimewa, dan hal itu dengan “mengesampingkan fakta bahwa guru-guru sekolah sering memiliki laku mental yang buruk dan otak yang kosong”.6[3]
B.     Perkembangan Islam di Sisilia
1.      Masa Dinasti Aghlabiyah
Para Gubernur mempunyai kekuasaan penuh dalam hal perang atau damai , pembagian harta rampasan, mencetak uang, menentukan pajak, mengangkat kadi, badan kota praja, pengaturan tentang tanah. Penduduk Sisilia saat itu berbagai ras dan agama antara lain Islam, Kristen, Yahudi, Bangsa Sisilia, Yunani, Lombard, Arab, Barbar, Persia, Negro. Bangsa Arab menjadi penguasa, mayoritas penduduk muslim adalah keturunan bangsa Barbar, Sisilia dan Arab.7 Ziyadatullah bin Ibrahim berhasil menaklukkan kepulauan Sisilia pada abad ke-9.
Pada 827 M terjadi pemberontakan orang-orang Sisilia terhadap Gubernur Byzantium. Karena merasa tidak berdaya menghadapi kekuatan militer Kekaisaran Romawi Timur, para pemberontak pimpinan Euphemius itu memohon bantuan militer kepada  Ziyadatullah I. Ziyadat Allah I (817-838 M), Khalifah Aghlabiyah ketiga, langsung mengirim tujuh puluh armada di bawah pimpinan Qadhi-Wazir yaitu Asad bin al-Furath. Tahun 831 M mereka berhasil menguasai kota Palermo. Pada masa kekuasaan khalifah  Aghlabiyah, Ibrahim II (874-902 M) benteng Siracuse yang cukup kuat menyerah pada 878 M dan benteng itu dihancurkan. Sebelum kematiannya pada 902 M, Ibrahim II membawa pasukannya untuk melakukan perang suci menuju pinggiran Italia, Calarbia. pada 902 M menghancurkan Taormina.
Ketika sisilia dikuasai dinasti aghlabiyah populasi penduduk Sicilia mulai bertambah seiring datangnya imigran muslim dari Afrika, Asia, Spanyol dan Barbar. Di setiap kota di Sicila dilengkapi dengan sebuah dewan kota. Pada zaman ini mulai diperkenalkan reformasi agraria. Hal itu dilakukan agar tanah tak cuma dikuasai orang-orang kaya saja. Irigiasi juga mulai diperkenalkan, sehingga sektor pertanian berkembang pesat. Pada abad ke-10 M, Sisilia menjadi Provinsi di Italia yang paling padat dengan jumlah penduduk mencapai 300 ribu jiwa.8[4]
Pada tahun 909 M ,Kekuasaan Dinasti Aghlabi di Sicilia berakhir ketika Ubaidillah al –Mahdi pendiri dinasti Fatimiah di Afrika Utara berhasil mengalahkan mereka. Gubernur terakhir dari dinasti aghlabiyah di Sisilia ialah Ahmad bin Husen yang akhirnya digulingkan oleh Ali bin Ahmad bin Abi al-Fawaris salah satu seorang gubernur dinasti Fatimiyah pada tahun 909 M.
2.      Masa Dinasti Fatimiyah
Tahun 909 M Dinasti Aghlabiyah ditaklukkan oleh Dinasti Fatimiyah, kemudian Sisilia menjadi bagian dari wilayah dinasti itu. Pada tahun 909 M Ali bin Ahmad bin Abi al-Fawaris salah satu gubernur daulah Fathimiyah yang berpusat di Mesir sebagai wali di Sicilia, yang kemudian pada tahun 910 digantikan oleh Hasan bin Ahmad, seorang panglima yang terpercaya dan terkenal.9[5] Pada masa pemerintahan Hasan dapat menaklukkan daerah  sebelah utara Sisilia, Tormina kemudian merubah nama kota itu menjadi Mu`izziyah sebagai penghormatan terhadap khalifah Fathimiyah Mui’z. Pada masa pemerintahan Hasan juga, kekuasaan fatimiyah mulai mapan dan ajaran Syiah mulai disebarkan ditengah –tengah kaum muslim, namun ternyata orang-orang Arab yang anti Syi’ah di Palermo dan orang-orang Barbar di Girgenti bersatu untuk membangun pemerintahan Sunni.10
Tahun 909 M , empat tahun kemudian umat Islam Sisilia di bawah pimpinan Ahmad bin Qurhub (912-916 M) menyatakan kemerdekaan mereka. Para  Gubernur Fatimiyah diusir dari Palermo. Pada tahun 917 M amir Ahmad, yang diabaikan oleh pasukan Berbernya, dieksekusi atas perintah al-Mahdi, kemudian Sisilia dikembalikan ke penguasa Fatimiyah. Dalam masa transisi dari Aghlabiyah ke Fatimiyah di Sisilia terjadi pergolakan namun, pergolakan di sini bukan karena masalah politik tetapi masalah yang sifatnya agamis yaitu pertentangan antara Syiah dan Suni.
Gubernur dinasti Fatimiyah yang terkuat adalah Hasan bin Ali al-Kalby keturunan arab suku kalb yang kemudian mendirikan dinasti Kalbiyah di Sisilia, Dia diangkat pada tahun 948 M oleh khalifah ketiga Fatimiyah, al-Manshur
3.      Masa Dinasti Kalbiyah
Dinasti kalbiyah merupakan salah satu dinasti yang menguasai Sisilia. Hasan (pengganti gubernur  Ali bin Ahmad bin Abi al-Fawaris) dapat menaklukkan daerah Kristen di sebelah utara Sisilia, Tormina kemudian merubah nama kota itu menjadi Mu`izziyah sebagai penghormatan terhadap khalifah Fathimiyah Muiz.11 Sejak tahun 948 M, Khalifah Fatimiyah, Ismail Al-Mansur mengangkat Hassan Al-Kalbi sebagai emir [6]Sicilia. Secara defakto, Emirat Sicilia terlepas dari pemerintahan Fatimiyah di Mesir. Lalu digantikan Amir yang baru bernama Abu Al-Qasim (964 M - 982 M). pada masa kedua Amir itu berkuasa, Muslim Sicilia bertempur dengan Bizantium. Pada masa kekuasaan Abu al-Futuh Yusuf ibn Abdullah (989-998 M) muslim Sisilia mencapai puncak kejayaan. Setelah itu, kekuasaan Islam meredup seiring perebutan kekuasaan di tubuh umat Islam. Mulai pada tahun 1060 M, Sicilia sedikit demi sedikit terlepas dari tangan umat Islam.

C.    Kemunduran Islam di Sisilia
Kekuasaan Islam di Sisilia nampak lemah, mundur dan berakhir dengan kejatuhannya. Mundurnya kekuasaan tersebut antara lain disebabkan karena situasi politik umat Islam yang mudah dipengaruhi sehingga terjadi perpecahan internal, terjadi persaingan dan pertentangan antara dinasti-dinasti, tenggelamnya sebagian penguasa Islam dalam kehidupan mewah sehingga lupa pada tugas utamanya untuk mengurus negara, terjadinya hubungan khusus antara penguasa Islam tertentu dengan penguasa Kristen untuk menjatuhkan saingannya sesama muslim, dan kembali menguatnya kerajaan-kerajaan Kristen Eropa yang didukung oleh seruan semangat perang salib.
Kehancuran Islam di Sisilia bermula atas pergantian kekuasaan dari dinasti Aghlabiyah ke dinasti Fatimiyah, kemudian pada tahun 972 M pusat pemerintahan dinasti Fatimiyah pindah ke daerah Mesir, sehingga menyebabkan melemahnya kontrol terhadap pemerintahan. Dengan jatuhannya Dinasti Kalbiyah menyebabkan timbulnya perang saudara antara muslim Sisilia dengan muslim Afrika. Satu hal yang sangat berpengaruh terhadap kemunduran dan bahkan mengantarkan kekuasaan Islam di Sisilia mengalami kehancuran adalah upaya penguasa Kristen Romawi untuk mengembalikan Sisilia kepangkuannya.
Usaha itu semakin mendapat peluang dengan munculnya penguasa-penguasa daerah lokal yang bersekongkol dengan Romawi, seperti Ibn al-Sammah, untuk memenuhi ambisinya ia meminta bantuan kepada orang-orang Normandia. Begitu pula dengan Ibn Hamud yang menyatakan kesetiaannya kepada Roger (penguasa Normandia saat itu), maka satu demi satu daerah kakuasaan Islam jatuh ketangan penguasa Kristen yaitu Normandia dan Roger I. Penaklukan ini dimulai dengan serangan atas kota Messina pada 1060 M oleh pangeran Roger, anak Tancred de Hauteville, dipungkas dengan penaklukan kota Palermo tahun 1071 M dan Siracuse tahun 1085, dan berakhir pada 1091 M. Pada 1090 Malta diambil alih oleh Roger.

D.    Hasil Kebudayaan Islam di Sisilia
1.      Dinasti Bani Aghlabiyah
Masa dinasti Bani Aghlabiyah ini kurang berkembang karena sering terjadi penyerangan dan lebih berfokus untuk melakukan berbagai penaklukan.
2.  Dinasti Fathimiyah
Masa dinasti Fatimiyah juga kurang berkembang karena sering terjadi pemberontakkan dan baru merintis kesejahteraan secara fisik
 3.  Dinasti Kalbiyah
Masa dinasti Kalbiyah ini, Islam mulai berkembang dan berkuasa selama 80 tahun.
Kemajuannya yaitu :
o  Di bidang Fisik, Kota Palermo dihiasi dengan 150 tempat pemotongan hewan, 300 masjid, 7000 jamaah shalat jumat dan 300 sekolah guru .
o  Di bidang Pertanian sudah menggunakan sistem pengairan , bibit unggul didatangkan dari negara timur, dan sistem penanaman bibit meniru bangsa Arab.
o  Di bidang Perindustrian sudah mampu mengembangkan industri tambang emas, belerang, sulfur, tawas, industri perikanan, penenunan kain sutra.
o  Di bidang Perdagangan sudah maju dan saat itu masih dikuasai orang Arab dan pelabuhan Messina menjadi kota perdagangan. Dan sudah mengadakan kharaj dan jizyah.
o  Di bidang ilmu, perkembangan ilmu agama islam lebih menonjol dibanding dengan yang lain.
-          Ilmu Fiqih sudah membicarakan hukum positif
-          Para ahli hukum menyesuaikan penafsiran al-Qur`an sesuai dengan perkembangan zaman
-          Umat Islam tidak menjalankan hukum Romawi, Yunani dan Kristen
-          Al-Qur`an dan Hadits dijadikan sumber pokok hukum islam, dengan demikian ilmu bantupun berkembang seperti tafsir, ulumul hadits, bahasa arab, dan lain lain.
-          Di bidang Ilmu Kalam yang terkenal adalah Abdul Haq bin Muhammad dan bin Zafar.
-          Di bidang Sastra ada Ali Hamzah al-Basri.
-          Di bidang Sejarah ada Abu Zaid al-Gumari dan bin Qotta
-          Di bidang Fisika muncul Abu Said Ibrahim dan Abu Bakar Siqli.
-          Di bidang kedokteran yang terkenal adalah Abul Abbas Ahmad bin Abdul Salam
o   Di bidang Sosial dan Ekonomi mereka berhasil membangun irigasi dengan sistem Hydraulic yang didatangkan dari Persia dan sistem Siphon dari Roma.
o   Dengan irigasi yang baik maka perkebunan dan pertanian semakin maju. Sehingga tanaman kapas, rami di Giattini , berbagai macam jeruk di ekspor

E.     Pengaruhnya atas Eropa
Roger I menyerap semangat infanterinya dari umat Islam, melindungi para cendekiawan Arab, menghimpun para filsof, astrolog, dan dokter-dokter dari timur, serta menjalankan toleransi beragama bagi orang-orang non-Kristen. Roger mempertahankan sistem administrasi terdahulu, bahkan tetap memperkerjakan para pejabat tinggi Muslim. Istananya di Palermo lebih bernuansa Ketimuran. Roger II (1130-1154 M) berpakaian layaknya seorang Muslim, dan para pengkritiknya menyebutnya “Raja Setengah-matang”. Bahkan di bawah kekuasaan cucunya, William II (1166-1189 M) Ibn Jubyr melihat beberapa wanita Kristen di kota Palermo yang mengenakan pakaian Muslim. Kapel yang dibangun Roger II di ibukota negara memiliki atap yang ditutupi lukisan-lukisan bergaya  Kufi. Ornamen utama istan Roger II dibuat oleh al-Idrisi, geografer dan kartografer paling terkenal pada Abad Pertengahan. al-Idrisi juga membuat sebuah miniatur angkasa untuk raja Normannya itu serta sebuah peta dunia berbentuk cakram, keduanya terbuat dari perak.
Cucu Roger II yaitu Frederick II (1215-1250 M), yang berkuasa atas Sisilia dan Jerman. Selain memegang jabatan sebagai kaisar kerajaan suci Romawi setelah 1220, ia juga menjadi raja Yerusalem berkat perkawinannya dengan putri pewaris kerajaan itu, Isabelle dari Brienne, pada 1225. Dengan demikian, kaisar Frederick menjadi penguasa sipil tertinggi di dunia Kristen. Tiga tahun setelah pernikahannya ia memimpin satu pasukan dalam Perang Salib yang kemudian memberinya gagasan-gagasan Islam. Frederick membawa ahli-ahli elang dari Suriah, dan menyaksikan mereka melatih burung. Mereka berusaha untuk meyakinkan dengan cara menutup mata elang dan mengujinya apakah elang-elang itu bisa menemukan makanan dengan penciumannya atau tidak. Ia juga mempunyai Theodore (Thadhuri), seorang penerjemah dan astrolog, beragama Kristen Yokobus dari Antioka. Ia menerjemahkan sebuah karya berbahasa Arab tentang elang.
Theodore juga menerjemahkan sebuah karya tentang ilmu kesehatan untuk kaisar dari buku Sirr al-Asrar yang semi Aristotelian. Sebagai astrolog istana, Theodore didahului oleh Michel Scot, yang sejak 1220 sampai 1236 telah menghadirkan gambaran tentang muslim Spanyol terpelajar di Sisilia dan Italia. Michael Scot membuat untuk kaisarnya sebuah ringkasan karya-karaya Aristoteles tentang biologi dan zoologi dalam bahasa Latin yang diterjemahkan dari bahasa Arab, khususnya buku yang berjudul De animalibus, disertai komentar Ibn Sina. Penelitian, eksperimen dan riset yang agak modern ini, yang menjadi penanda awal Renaisans di Italia. Puisi, sastra, dan musik Italia mulai mekar di bawah pengaruh Provencal dan Arab. Pada Abad ke-14 dan abad-abad berikutnya, kajian bahasa Arab dipelajari di universitas-universitas Eropa, termasuk di Oxford dan Paris, dengan dorongan dan tujuan yang sepenuhnya untuk menyiapkan misionaris-misionaris Kristen untuk dikirim ke wilayah-wilayah muslim.
Kebudayaan dan pengetahuan dari Timur masuk ke Eropa melalui berbagai saluran seperti kesenian, ilmu pengetahuan dan sastra. Misalnya rancangan Campali yang bercorak renaisans, bisa dikatakan dipengaruhi oleh corak arsitektur menara bundar yang tersebar di Afrika Utara, khususnya Mesir. Lama setelah Sisilia dan bagian selatan semenanjung telah kembali pada kekuasaan Kristen, para pengrajin dan seniman muslim terus berkembang dan berproduksi, sebagaimana terbukti dari mosaik-mosaik dan tulisan yang menghiasi kapel-kapel Palatine. Rumah-rumah kerajinan yang dibangun oleh para penguasa muslim di lingkungan istana mereka di Palermo, memasok kebutuhan jubah-jubah kebesaran yang dikenakan oleh para bangsawan dan raja-raja Eropa. Jubah-jubah itu dihiasai tulisan-tulisan dan corak kaligrafi  Arab. Sejumlah pengrajin dari Timur mengajarkan produksi tekstil kepada penduduk pribumi di beberapa kota Italia. Kebutuhan orang-orang Eropa terhadap produk tekstil dari Timur itu sangat besar sehingga ada suatu masa ketika orang-orang Eropa merasa belum sempurna berpakaian jika tidak memiliki paling tidak satu setel pakaian semacam itu.
Selama abad ke-15, ketika orang-orang kaya di Venesias sedang gencar-gencarnya mengadopsi dan menyearkan gaya serta corak Islam dalam kesenian, seni penjilidan buku di Italia mulai menunjukkan gaya ketimuran. Pada saat yang sama metode-metode baru pembuatan dan dekorasi sampul kulit buku juga dipelajari dari para pengrajin Timur di berbagai kota Italia. Venesia menjadi pusat industri lain, melapisi kuningan dengan emas, perak atau tembaga merah.12[7]


















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Islam masuk di Sisilia pada masa pemerintahan Aghlabiyah belum mengalami kemajuan ataupun perkembangan yang berpengaruh akan tetapi masa pemerintahan Aghlabiyah ini banyak melakukan penaklukan penaklukan, kemudian pemerintahan selanjutnya di pegang oleh dinasti Fatimiyah, di pemerintahan dinasti ini islam baru mau dimulai perkembangan di bidang fisik. Selanjutnya pemerintahan di pegang oleh dinasti Kalbiyah, pada dinasti inilah kemajuan dan perkembangan islam mulai menonjol baik salam bidang fisik, militer, pertanian, pengetahuan dan lain-lain.
Kemunduran  dan kehancuran Sisilia disebabkan adanya ketidakpuasan orang-orang Sisilia terhadap gubernur yang dikirim oleh penguasa Fatimiyah ke Sisilia sebagai reaksi ketidak puasan ini, mengakibatkan umat Islam di Sisilia tidak solid dan loyal terhadap pemerintah. Hingga akhirnya Islam di Sisilia di kalahkan oleh Kristen dan itu menjadi akhir kerajaan Islam yang ada di Sisilia


DAFTAR PUSTAKA

Hitti, Philiph K., 2006, History of the Arabs, Jakarta :  PT Serambi Ilmu Pustaka
Al-Usairy,Ahmas., Sejarah Islam Sejak Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: AKBAR MEDIA, 2013), hlm. 243
http://siratullah186.wordpress.com/2009/12/30/peradaban-islam-di-sicilia/
http://siti-nurjanah.weebly.com/islam-di-spanyol.html
http://dar.mizan.com/detail/271-Tapak-Islam-di-Kota-Mafia#.U1-VpIF_tr0
http://cacingpadangpasir.blogspot.com/2013/06/sisilia-sebelum-sesudah-islam.html
http://salamsejahteracintadamai.blogspot.com/2011/03/islam-di-sicilia-asal-usul-kemajuan.html









1Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: AKBAR MEDIA, 2013), hlm. 243
2http://dar.mizan.com/detail/271-Tapak-Islam-di-Kota-Mafia#.U1-VpIF_tr0
3philip K. Hitti, History Of The Arab, (New York: Palgrave Macmillan, 2002), hlm. 770

4 philip K. Hitti, History Of The Arab, (New York: Palgrave Macmillan, 2002), hlm. 771
5Ibid.hlm. 772

6philip K. Hitti, History Of The Arab, (New York: Palgrave Macmillan, 2002), hlm. 773
7http://cacingpadangpasir.blogspot.com/2013/06/sisilia-sebelum-sesudah-islam.html
8http://salamsejahteracintadamai.blogspot.com/2011/03/islam-di-sicilia-asal-usul-kemajuan.html

9http://siratullah186.wordpress.com/2009/12/30/peradaban-islam-di-sicilia/
10 http://siti-nurjanah.weebly.com/islam-di-spanyol.html
11 http://siti-nurjanah.weebly.com/islam-di-spanyol.html
12 Philip K. Hitti, History Of The Arab, (New York: Palgrave Macmillan, 2002), hlm. 773-783.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar