DAFTAR ISI
Daftar Isi.......................................................................................................................... 1
Bab I ............................................................................................................................... 2
Pendahuluan.................................................................................................................... 2
A. Latar
Belakang..................................................................................................... 2
B. Rumusan
Masalah................................................................................................ 2
Bab II .............................................................................................................................. 3
Pembahasan..................................................................................................................... 3
A. Latar
Belakang Lahirnya Organisasi Budi Utomo di Indonesia......................... 3
B. Tujuan
Berdirinya Organisasi Budi Utomo......................................................... 4
C. Perkembangan
Organisasi Budi Utomo............................................................... 5
D. Berakhirnya
Organisasi Budi Utomo................................................................... 7
BAB
III
Penutup............................................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 9
Daftar Pustaka................................................................................................................. 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kebangkitan
nasional adalah masa dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan
dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan republik
Indonesia. Bangkitnya nasionalisme di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
bangkitnya nasionalisme di Asia yang ditandai adanya kemenangan Jepang atas
Rusia pada tahun 1905.
Sebab-sebab
bangkitnya nasionalisme di Indonesia dan tumbuhnya pergerakan nasional
Indonesia itu, tidak hanya dipengaruhi adanya pengaruh dari luar Indonesia
saja. Namun reaksi pada masa sebelum tahun 1905 yang pernah dicetuskan dengan
adanya perlawanan senjata di berbagai daerah, seperti perlawanan Pattimura,
Diponegoro, Si Singamangaraja serta Hassanudin. Hal ini telah membuktikan nyata
adanya semangat nasionalisme telah lam bergejolak pada adda bangsa Indonesia
sebagai reaksi terhadap penderitaan lahir dan batin akibat kolonialisme.
Penderitaan
lahir batin yang tak tertahankan lagi ditambah pengaruh kejadian-kejadian
didalam maupun diluar tanah air yang merupakan dorongan yang mempercepat
lahirnya pergerakan nasional dan titik berangkat lahirnya Budi Utomo pada
tanggal 20 Mei 1908 sebagai organisasi pelajar guna memajukan
kepentingan-kepentingan priyayi rendah, dimana jangkauan geraknya terbatas pada
penduduk Pulau Jawa dan Madura.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana latar belakang lahirnya organisasi Budi Utomo di
Indonesia?
2. Apa saja tujuan berdirinya Budi Utomo di Indonesia?
4. Bagaimana perkembangan organisasi Budi Utomo di Indonesia?
5. Mengapa organisasi Budi Utomo
berakhir?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Lahirnya Organisasi Budi Utomo di Indonesia
Situasi
sosial ekonomi di Jawa pada abad XIX semakin buruk setelah berganti-ganti
dilaksanakan eksploitasi colonial tradisional, liberal, dan etis. Semakin
derasnya westernisasi yang dilakukan oleh pemerintahan colonial maka perubahan
sosial masyarakat tidak dapat dibendung lagi. Di satu pihak batig saldo yang diperoleh pemerintah
dialirkan ke Belanda dan pihak lain kemelaratan dan kesengsaraan makin melekat
di hati masyarakat Indonesia.
Sebagai
akibat politik etis yang didalamnya terkandung usaha memajukan pengajaran maka
pada decade pertama abad XX bagi anak-anak Indonesia masih mengalami hambatan
kekurangan dana belajar. Keadaan yang demikian ini menimbulkan keprihatinan dr.
Wahidin Sudirohusodo untuk dapat menghimpun dana itu maka pada tahun 1906-1907
melakukan propaganda berkeliling Jawa. Rupanya ide dari dr. Wahidin itu
diterima dan dikembangkan oleh Sutomo, seorang mahasiswa School
tot Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA) dan dari sinilah awal
perkembangannya menuju keharmonisan bagi tanah dan orang Jawa dan Madura.
Akhirnya, Sutomo dan rekan-rekannya mendirikan BU (Budi Utomo) di Jakarta pada
tanggal 20 mei 1908.[1]
Budi Utomo
merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh Dr.Sutomo dan para
mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yaitu Goenawan,
Dr.Cipto Mangoenkeosoemo dan Soeraji serta R.T Ario Tirtokusumo, yang didirikan
di Jakarta pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan
serta tidak bersifat politik.
Berdirinya
Budi Utomo tidak bisa lepas dari peran Dr. Wahidin Sudirohusodo. Walaupun bukan
pendiri Budi Utomo, namun beliaulah yang telah menginspirasi Dr.Sutomo dan
kawan-kawan untuk mendirikan organisasi pergerakan nasional ini. Dr.Wahidin
Sudirohusodo sendiri adalah seorang alumni STOVIA yang sering berkeliling di
kota-kota besar di Pulau Jawa untuk mengkampanyekan gagasannya mengenai bantuan
dana bagi pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu melanjutkan sekolah.
Gagasan ini akhirnya beliau kemukakan kepada pelajar-pelajar STOVIA di Jakarta,
dan ternyata mereka menyambut baik gagasan mengenai organisasi tersebut dan
dari sinilah awal perkembangan menuju keharmonisan bagi orang Jawa dan Madura.
B.
Tujuan
Berdirinya Organisasi Budi Utomo
Budi
utomo sebagai organisasi pelajar yang baru muncul ini, secara samar-samar
merumuskan tujuannya untuk kemajuan Hindia, dimana yang jangkauan gerak
semulanya hanya terbatas pada Pulau Jawa dan Madura yang kemudian diperluas untuk
penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan,
jenis kelamin dan agama. Namun dalam perkembangannya terdapat perdebatan
mengenai tujuan Budi Utomo, dimana Dr.Cipto Mangunkusumo yang bercorak politik
dan radikal, Dr.Radjiman Wedyodiningrat yang cenderung kurang memperhatikan
keduniawian serta Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) yang lebih banyak
memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial dari pada memperhatikan reaksi
dari penduduk pribumi.
Setelah
perdebatan yang panjang, maka diputuskan bahwa jangkauan gerak Budi Utomo hanya
terbatas pada penduduk Jawa dan Madura dan tidak akan melibatkan diri dalam
kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya pendidikan dan budaya.
Pengetahuan bahasa Belanda mendapat prioritas utama, karena tanpa bahasa itu
seseorang tidak dapat mengharapakan kedudukan yang layak dalam jenjang
kepegawaian kolonial. Dengan demikian Budi Utomo cenderung untuk memejukan
pendidikan bagi golongan priyayi dari pada bagi penduduk pribumi pada umumnya.
Slogan Budi Utomo berubah dari perjuangan untuk mempertahnkan penghidupan
menjadi kemajuan secara serasi. Hal ini menunjukkan pengaruh golongan tua yang
moderat dan golongan priyayi yang lebih mengutamakan jabatannya.[2]
Tujuan yang hendak dicapai dari
pendirian organisasi Budi Utomo tersebut antara lain:
1. Memajukan pengajaran.
2. Memajukan pertanian, peternakan dan
perdagangan.
3. Memajukan teknik dan industri.
4. Menghidupkan kembali kebudayaan.
Untuk
merealisasikannya diperlukan pengajaran bagi orang Jawa agar mendapat kemajuan
dan tidak dilupakan usaha membangkitkan kembali kultur Jawa. Jadi, antara
tradisi, kultur dan edukasi Barat dikombinasikan.[3]
C.
Perkembangan
Organisasi Budi Utomo
Pancaran
eksistensi Budi Utomo di Indonesia dibuktikan dengan diadakannya konggresnya yang
pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Dalam waktu singkat Budi
Utomo mengalami perubahan orientasi. Kalau semula orientasinya terbatas pada
kalangan priyayi maka menurut edaran yang dimuat dalam Bataviaasch Nieuwsblad tanggal 23 Juli 1908, Budi Utomo cabang
Jakarta menekankan cara baru bagaimana memperbaiki kehidupan rakyat.
Di
dalam konggres tersebut menghasilkan beberapa keputusan,sebagai berikut :
1. Tidak mengadakan kegiatan politik
2. Bidang utama adalah pendidikan dan
kebudayaan
3. Terbatas wilayah Jawa dan Madura
4. Mengangkat Raden Adipati Tirtokusumo
(Bupati Karanganyar) sebagai ketua Budi Utomo.
Semenjak
dipimpin oleh Raden Adipati Tirtokoesoemo, banyak anggota baru BU yang
bergabung dari kalangan bangsawan dan pejabat kolonial, sehingga banyak anggota
muda yang memilih untuk
menyingkir. Dibawah kepengurusan generasi tua, kegiatan Budi Utomo yang awalnya
terpusat di bidang pendidikan, sosial, dan budaya, akhirnya mulai bergeser di
bidang politik. Strategi perjuangan BU juga ikut berubah dari yang awalnya
sangat menonjolkan sifat protonasionalisme menjadi lebih kooperatif dengan
pemerintah kolonial belanda.
Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang paling
lamban bagi Budi Utomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah
bulanan Goeroe Desa dan beberapa petisi, yang di buatnya kepada pemerintah
berhubung dengan usaha meninggikan mutu sekolah menengah pertama. Tatkala
kepemimpinan pengurus pusat makin melemah, maka cabang-cabang BU melakukan
aktivitas sendiri yang tidak banyak hasilnya. Pemerintah yang mengawasi
perkembangan BU sejak berdirinya, dengan penuh perhatian dan harapan akhirnya
menarik kesimpulan bahwa pengaruh BU terhadap penduduk pribumi tidak begitu
besar.
Pada tahun 1912 terjadi pergantian pemimpin dari
Tirtokusumo ke tangan Pangeran Noto Dirodjo yang berusaha dengan sepenuh tenaga
mengejar ketinggalan. Dengan ketua yang baru itu,perkembangan Budi Utomo tidak
begitu pesat lagi. Hasil-hasil yang pertama di capainya yaitu perbaikan
pengajaran di daerah kesultanan dan kasunanan. Budi utomo mendirikan organisasi
darmoworo. Tetapi hasilnya tidak begitu pesat. Dalam masa kepemimpinannya
terdapat dua organisasi nasional lainnya yaitu syarekat Islam dan Indische
Partij. Kedua partai tersebut merupakan unsur-unsur yang tidak puas terhadap
Budi Utomo.
Kekuatan Budi Utomo kembali bangkit sejak mulai pecahnya
Perang Dunia I pada tahun 1914. Berdasarkan adanya kemungkinan intervemsi
kekuasaan asing maka Budi Utomo melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri
dan yang pertama mengajukam gagasan wajib militer pribumi. Diskusi yang terjadi
berturut-turut dalam pertemuan-pertemuan setempat justru menggeser perhatian
rakyat dari soal wajib militer kearah soal perwakilan rakyat, sehingga
dikirimlah ebuah misi kenegri Belanda oleh komite” Indie Weerbaar “ untuk
pertahanan India dalam tahun 1916-1917 yang merupakan pertanda masa yang amat
berhasil bagi Budi Utomo.
Dwidjosewoyo sebagai wakil Budi Utomo dalam misi tersebut
berhasil mengadakan pendekatan dengan pemimpin-pemimpin Belanda terkemuka
keterangan menteri urusan jajahan tentang pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat)
yang waktu itu dibicarakan didalam dewan perwakilan rakyat Belanda, dimana ia
menekankan badan itu akan dijadikan Dewan Perwakilan Rakyat yang nantinya akan
menggembirakan anggota misi Budi Utomo. Undang-undang wajib militer gagal
sebaliknya undang-undang pembentukan Volksraad disahkan pada bulan November
1914 .
Di dalam sidang Volksraad wakil-wakil Budi Utomo masih
tetap berhati-hati dalam melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan politik
pemerintah. Sebaliknua para anggota pribumi yang lebih radikal dan juga anggota
sosialis Belanda di dalam Volksraad melaukan kritik terhadap pemerintah dengan
memakai kesempatan adanya krisis bulan November 1918 di negeri Belanda mereka
menuntut perubahan bagi Volksraad dan kebijakan politik negeri Belanda umumnya
sampai akhirnya dibentuk sebuah komisi pada tahun 1919.
D.
Berakhirnya
Organisasi Budi Utomo
Runtuhnya organisasi budi Utumo yaitu pada tahun 1935,
hal ini di sebabkan karena adanya tekanan terhadap pergerakan nasional dari
pemerintah kolonial membuat Budi Utomo kehilangan wibawa, sehingga terjadi
perpisahan kelompok moderat dan radikal dalam pengaruh Budi Utomo makin
berkurang. Pada tahun 1935 organisasi ini bergabung dengan organisasi lain
menjadi Parindra [4].
Sejak saat itu Budi Utomo terus mundur dari arena politik dan kembali kekeadaan
sebelumnya. Dalam bukunya Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, menyebutkan
bahwa keruntuhan Budi Utomo disebabkan karena adanya propaganda kemerdekaan
Indonesia yang dilakukan Indische Partji berdasarkan ke Bangsaan sebagai indier
yang terdiri dari Bangsa Indinesia, Belanda Peranakan, dan Tionghoa[5].
Banyak orang yang memandang Budi Utomo lembek oleh karena menuju “kemajuan yang
selaras buat tanah air dan Bangsa” serta terlalu sempit keanggotaannya (hanya
untuk Bangsa Indonesia dari Jawa, Madura, Bali, dan Lombok yaitu daerah yang
berkebudayaan Jawa semata-mata) meninggalkan Budi Utomo.
Berdirinya
Muhamadyah merugikan Budi Utomo, karena Budi Utomo tidak mencampuri agama. Jadi
Budi Utomo kehilangan kedudukan monopolinya yang menyebabkan timbulnya
perkumpulan beraliran Indisch-Nasionalisme Radikal yang beraliran demokratis
dengan dasar agama dan yang beraliran keinginan mengadakan pengajaran modern
berdasarkan agama dan ke Bangsaan diluar politik. Beranjak dipemerintahan
kolonial menyebut Budi Utomo sebagai tanda keberhasilan politik Etis dimana
memang itu yang dikehendakinya: suatu organisasi pribumi progresif-moderta
serta dikendalikan oleh para pejabat. Pejabat-pejabat Belanda lainnya
mencurigai Budi Utomo atau menganggapnya sebagai gangguan potensial. Desember
1909 Budi Utomo dinyatakan sebagai organisasi sah. Adanya sambutan hangat dari
Batavia menyebabkan banyak orang Indonesia tidak puas dengan pemerintah yang
mencurigai itu.[6]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Budi Utomo
didirika pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Sutomo dan kawan-kawanya dari
pelajar-pelajar Stovia. Dimana anggota-anggota Budi Utomo adalah dari kalangan
budaya priyayi. Asas dan tujuan budi utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa
Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan
kemajuan mata pencaharian serta penghidupan bangsa disertai dengan jalan
memperdalam keseniaan dan kebudayaan. Selain itu tujuannya yang lain adalah
menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat dengan menitik beratkan pada
soal pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.
Berakhirnya
organisasi budi Utomo yaitu pada tahun 1935, hal ini di sebabkan karena adanya
tekanan terhadap pergerakan nasional dari pemerintah kolonial membuat Budi
Utomo kehilangan wibawa, sehingga terjadi perpisahan kelompok moderat dan
radikal dalam pengaruh Budi Utomo makin berkurang. berakhirnya Budi Utomo
disebabkan karena adanya propaganda kemerdekaan Indonesia yang dilakukan
Indische Partji berdasarkan kebangsaan sebagai indier terdiri dari bangsa
Indonesia, Belanda Peranakan, dan Tionghoa. Berdirinya Muhamadiyah merugikan
Budi Utomo, karena Budi Utomo tidak mencampuri agama. Jadi Budi Utomo
kehilangan kedudukan monopolinya yang menyebabkan timbulnya perkumpulan
beraliran Indisch-Nasionalisme Radikal yang beraliran demokratis dengan dasar
agama dan yang beraliran keinginan mengadakan pengajaran modern berdasarkan agama
dan kebangsaan diluar politik.
Daftar
Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Budi_Utomo
( Diakses pada tanggal 14 Desember 2014)
Poesponegoro, Marwati Djoened. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta : Balai Pustaka. 1984.
Suhartono. Sejarah
pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908 - 1945.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2001.
Priggodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat.1980
Ricklefs. Sejarah
Indonesia Modern. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2005.
[1] Suhartono. Sejarah
pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908 - 1945.
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2001).hlm 29
[2]
Marwati Djoened Poesponegoro.
Sejarah Nasional Indonesia V.
(Jakarta : Balai Pustaka.1984
) hlm. 178
[3]
Suhartono. Sejarah
pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908 - 1945.
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2001).hlm 30
[4]
Suhartono. Sejarah pergerakan
Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908 - 1945. (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. 2001).hlm 31
[6]Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. (Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press. 2005). Hlm 250-251
Tidak ada komentar:
Posting Komentar