Selasa, 15 Desember 2015

Sejarah berdirinya, tujuan. perkembangan dan berakhirnya organisasi Budi Utomo

DAFTAR ISI
Daftar Isi.......................................................................................................................... 1
Bab I ............................................................................................................................... 2
Pendahuluan.................................................................................................................... 2
A.    Latar Belakang..................................................................................................... 2
B.     Rumusan Masalah................................................................................................ 2
Bab II .............................................................................................................................. 3
Pembahasan..................................................................................................................... 3
A.    Latar Belakang Lahirnya Organisasi Budi Utomo di Indonesia......................... 3
B.     Tujuan Berdirinya Organisasi Budi Utomo......................................................... 4
C.     Perkembangan Organisasi Budi Utomo............................................................... 5
D.    Berakhirnya Organisasi Budi Utomo................................................................... 7

BAB III
Penutup............................................................................................................................
A.    Kesimpulan.......................................................................................................... 9   
Daftar Pustaka................................................................................................................. 10











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kebangkitan nasional adalah masa dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan republik Indonesia. Bangkitnya nasionalisme di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari bangkitnya nasionalisme di Asia yang ditandai adanya kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905.
Sebab-sebab bangkitnya nasionalisme di Indonesia dan tumbuhnya pergerakan nasional Indonesia itu, tidak hanya dipengaruhi adanya pengaruh dari luar Indonesia saja. Namun reaksi pada masa sebelum tahun 1905 yang pernah dicetuskan dengan adanya perlawanan senjata di berbagai daerah, seperti perlawanan Pattimura, Diponegoro, Si Singamangaraja serta Hassanudin. Hal ini telah membuktikan nyata adanya semangat nasionalisme telah lam bergejolak pada adda bangsa Indonesia sebagai reaksi terhadap penderitaan lahir dan batin akibat kolonialisme.
Penderitaan lahir batin yang tak tertahankan lagi ditambah pengaruh kejadian-kejadian didalam maupun diluar tanah air yang merupakan dorongan yang mempercepat lahirnya pergerakan nasional dan titik berangkat lahirnya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 sebagai organisasi pelajar guna memajukan kepentingan-kepentingan priyayi rendah, dimana jangkauan geraknya terbatas pada penduduk Pulau Jawa dan Madura.

B.     Rumusan Masalah
1.    Bagaimana latar belakang lahirnya organisasi Budi Utomo di Indonesia?
2.    Apa saja tujuan berdirinya Budi Utomo di Indonesia?
4.    Bagaimana perkembangan organisasi Budi Utomo di Indonesia?
5.  Mengapa organisasi Budi Utomo berakhir?








 BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Lahirnya Organisasi Budi Utomo di Indonesia
Situasi sosial ekonomi di Jawa pada abad XIX semakin buruk setelah berganti-ganti dilaksanakan eksploitasi colonial tradisional, liberal, dan etis. Semakin derasnya westernisasi yang dilakukan oleh pemerintahan colonial maka perubahan sosial masyarakat tidak dapat dibendung lagi. Di satu pihak batig saldo yang diperoleh pemerintah dialirkan ke Belanda dan pihak lain kemelaratan dan kesengsaraan makin melekat di hati masyarakat Indonesia.
Sebagai akibat politik etis yang didalamnya terkandung usaha memajukan pengajaran maka pada decade pertama abad XX bagi anak-anak Indonesia masih mengalami hambatan kekurangan dana belajar. Keadaan yang demikian ini menimbulkan keprihatinan dr. Wahidin Sudirohusodo untuk dapat menghimpun dana itu maka pada tahun 1906-1907 melakukan propaganda berkeliling Jawa. Rupanya ide dari dr. Wahidin itu diterima dan dikembangkan oleh Sutomo, seorang mahasiswa  School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA) dan dari sinilah awal perkembangannya menuju keharmonisan bagi tanah dan orang Jawa dan Madura. Akhirnya, Sutomo dan rekan-rekannya mendirikan BU (Budi Utomo) di Jakarta pada tanggal 20 mei 1908.[1]
Budi Utomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh Dr.Sutomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yaitu Goenawan, Dr.Cipto Mangoenkeosoemo dan Soeraji serta R.T Ario Tirtokusumo, yang didirikan di Jakarta pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan serta tidak bersifat politik. 
Berdirinya Budi Utomo tidak bisa lepas dari peran Dr. Wahidin Sudirohusodo. Walaupun bukan pendiri Budi Utomo, namun beliaulah yang telah menginspirasi Dr.Sutomo dan kawan-kawan untuk mendirikan organisasi pergerakan nasional ini. Dr.Wahidin Sudirohusodo sendiri adalah seorang alumni STOVIA yang sering berkeliling di kota-kota besar di Pulau Jawa untuk mengkampanyekan gagasannya mengenai bantuan dana bagi pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu melanjutkan sekolah. Gagasan ini akhirnya beliau kemukakan kepada pelajar-pelajar STOVIA di Jakarta, dan ternyata mereka menyambut baik gagasan mengenai organisasi tersebut dan dari sinilah awal perkembangan menuju keharmonisan bagi orang Jawa dan Madura.

B.     Tujuan Berdirinya Organisasi Budi Utomo
Budi utomo sebagai organisasi pelajar yang baru muncul ini, secara samar-samar merumuskan tujuannya untuk kemajuan Hindia, dimana yang jangkauan gerak semulanya hanya terbatas pada Pulau Jawa dan Madura yang kemudian diperluas untuk penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin dan agama. Namun dalam perkembangannya terdapat perdebatan mengenai tujuan Budi Utomo, dimana Dr.Cipto Mangunkusumo yang bercorak politik dan radikal, Dr.Radjiman Wedyodiningrat yang cenderung kurang memperhatikan keduniawian serta Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) yang lebih banyak memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial dari pada memperhatikan reaksi dari penduduk pribumi.
Setelah perdebatan yang panjang, maka diputuskan bahwa jangkauan gerak Budi Utomo hanya terbatas pada penduduk Jawa dan Madura dan tidak akan melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya pendidikan dan budaya. Pengetahuan bahasa Belanda mendapat prioritas utama, karena tanpa bahasa itu seseorang tidak dapat mengharapakan kedudukan yang layak dalam jenjang kepegawaian kolonial. Dengan demikian Budi Utomo cenderung untuk memejukan pendidikan bagi golongan priyayi dari pada bagi penduduk pribumi pada umumnya. Slogan Budi Utomo berubah dari perjuangan untuk mempertahnkan penghidupan menjadi kemajuan secara serasi. Hal ini menunjukkan pengaruh golongan tua yang moderat dan golongan priyayi yang lebih mengutamakan jabatannya.[2]
Tujuan yang hendak dicapai dari pendirian organisasi Budi Utomo tersebut antara lain:
1.      Memajukan pengajaran.
2.      Memajukan pertanian, peternakan dan perdagangan.
3.      Memajukan teknik dan industri.
4.      Menghidupkan kembali kebudayaan.
Untuk merealisasikannya diperlukan pengajaran bagi orang Jawa agar mendapat kemajuan dan tidak dilupakan usaha membangkitkan kembali kultur Jawa. Jadi, antara tradisi, kultur dan edukasi Barat dikombinasikan.[3]

C.    Perkembangan Organisasi Budi Utomo
Pancaran eksistensi Budi Utomo di Indonesia dibuktikan dengan diadakannya konggresnya yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Dalam waktu singkat Budi Utomo mengalami perubahan orientasi. Kalau semula orientasinya terbatas pada kalangan priyayi maka menurut edaran yang dimuat dalam Bataviaasch Nieuwsblad tanggal 23 Juli 1908, Budi Utomo cabang Jakarta menekankan cara baru bagaimana memperbaiki kehidupan rakyat.
Di dalam konggres tersebut menghasilkan beberapa keputusan,sebagai berikut :
1.      Tidak mengadakan kegiatan politik
2.      Bidang utama adalah pendidikan dan kebudayaan
3.      Terbatas wilayah Jawa dan Madura
4.      Mengangkat Raden Adipati Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) sebagai ketua Budi Utomo.
Semenjak dipimpin oleh Raden Adipati Tirtokoesoemo, banyak anggota baru BU yang bergabung dari kalangan bangsawan dan pejabat kolonial, sehingga banyak anggota muda yang memilih untuk menyingkir. Dibawah kepengurusan generasi tua, kegiatan Budi Utomo yang awalnya terpusat di bidang pendidikan, sosial, dan budaya, akhirnya mulai bergeser di bidang politik. Strategi perjuangan BU juga ikut berubah dari yang awalnya sangat menonjolkan sifat protonasionalisme menjadi lebih kooperatif dengan pemerintah kolonial belanda.
Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang paling lamban bagi Budi Utomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan Goeroe Desa dan beberapa petisi, yang di buatnya kepada pemerintah berhubung dengan usaha meninggikan mutu sekolah menengah pertama. Tatkala kepemimpinan pengurus pusat makin melemah, maka cabang-cabang BU melakukan aktivitas sendiri yang tidak banyak hasilnya. Pemerintah yang mengawasi perkembangan BU sejak berdirinya, dengan penuh perhatian dan harapan akhirnya menarik kesimpulan bahwa pengaruh BU terhadap penduduk pribumi tidak begitu besar.
Pada tahun 1912 terjadi pergantian pemimpin dari Tirtokusumo ke tangan Pangeran Noto Dirodjo yang berusaha dengan sepenuh tenaga mengejar ketinggalan. Dengan ketua yang baru itu,perkembangan Budi Utomo tidak begitu pesat lagi. Hasil-hasil yang pertama di capainya yaitu perbaikan pengajaran di daerah kesultanan dan kasunanan. Budi utomo mendirikan organisasi darmoworo. Tetapi hasilnya tidak begitu pesat. Dalam masa kepemimpinannya terdapat dua organisasi nasional lainnya yaitu syarekat Islam dan Indische Partij. Kedua partai tersebut merupakan unsur-unsur yang tidak puas terhadap Budi Utomo.
Kekuatan Budi Utomo kembali bangkit sejak mulai pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914. Berdasarkan adanya kemungkinan intervemsi kekuasaan asing maka Budi Utomo melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dan yang pertama mengajukam gagasan wajib militer pribumi. Diskusi yang terjadi berturut-turut dalam pertemuan-pertemuan setempat justru menggeser perhatian rakyat dari soal wajib militer kearah soal perwakilan rakyat, sehingga dikirimlah ebuah misi kenegri Belanda oleh komite” Indie Weerbaar “ untuk pertahanan India dalam tahun 1916-1917 yang merupakan pertanda masa yang amat berhasil bagi Budi Utomo.
Dwidjosewoyo sebagai wakil Budi Utomo dalam misi tersebut berhasil mengadakan pendekatan dengan pemimpin-pemimpin Belanda terkemuka keterangan menteri urusan jajahan tentang pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) yang waktu itu dibicarakan didalam dewan perwakilan rakyat Belanda, dimana ia menekankan badan itu akan dijadikan Dewan Perwakilan Rakyat yang nantinya akan menggembirakan anggota misi Budi Utomo. Undang-undang wajib militer gagal sebaliknya undang-undang pembentukan Volksraad disahkan pada bulan November 1914 .
Di dalam sidang Volksraad wakil-wakil Budi Utomo masih tetap berhati-hati dalam melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan politik pemerintah. Sebaliknua para anggota pribumi yang lebih radikal dan juga anggota sosialis Belanda di dalam Volksraad melaukan kritik terhadap pemerintah dengan memakai kesempatan adanya krisis bulan November 1918 di negeri Belanda mereka menuntut perubahan bagi Volksraad dan kebijakan politik negeri Belanda umumnya sampai akhirnya dibentuk sebuah komisi pada tahun 1919.

D.    Berakhirnya Organisasi Budi Utomo
Runtuhnya organisasi budi Utumo yaitu pada tahun 1935, hal ini di sebabkan karena adanya tekanan terhadap pergerakan nasional dari pemerintah kolonial membuat Budi Utomo kehilangan wibawa, sehingga terjadi perpisahan kelompok moderat dan radikal dalam pengaruh Budi Utomo makin berkurang. Pada tahun 1935 organisasi ini bergabung dengan organisasi lain menjadi Parindra [4]. Sejak saat itu Budi Utomo terus mundur dari arena politik dan kembali kekeadaan sebelumnya. Dalam bukunya Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, menyebutkan bahwa keruntuhan Budi Utomo disebabkan karena adanya propaganda kemerdekaan Indonesia yang dilakukan Indische Partji berdasarkan ke Bangsaan sebagai indier yang terdiri dari Bangsa Indinesia, Belanda Peranakan, dan Tionghoa[5]. Banyak orang yang memandang Budi Utomo lembek oleh karena menuju “kemajuan yang selaras buat tanah air dan Bangsa” serta terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk Bangsa Indonesia dari Jawa, Madura, Bali, dan Lombok yaitu daerah yang berkebudayaan Jawa semata-mata) meninggalkan Budi Utomo.
Berdirinya Muhamadyah merugikan Budi Utomo, karena Budi Utomo tidak mencampuri agama. Jadi Budi Utomo kehilangan kedudukan monopolinya yang menyebabkan timbulnya perkumpulan beraliran Indisch-Nasionalisme Radikal yang beraliran demokratis dengan dasar agama dan yang beraliran keinginan mengadakan pengajaran modern berdasarkan agama dan ke Bangsaan diluar politik. Beranjak dipemerintahan kolonial menyebut Budi Utomo sebagai tanda keberhasilan politik Etis dimana memang itu yang dikehendakinya: suatu organisasi pribumi progresif-moderta serta dikendalikan oleh para pejabat. Pejabat-pejabat Belanda lainnya mencurigai Budi Utomo atau menganggapnya sebagai gangguan potensial. Desember 1909 Budi Utomo dinyatakan sebagai organisasi sah. Adanya sambutan hangat dari Batavia menyebabkan banyak orang Indonesia tidak puas dengan pemerintah yang mencurigai itu.[6]




































BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Budi Utomo didirika pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Sutomo dan kawan-kawanya dari pelajar-pelajar Stovia. Dimana anggota-anggota Budi Utomo adalah dari kalangan budaya priyayi. Asas dan tujuan budi utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata pencaharian serta penghidupan bangsa disertai dengan jalan memperdalam keseniaan dan kebudayaan. Selain itu tujuannya yang lain adalah menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat dengan menitik beratkan pada soal pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.
Berakhirnya organisasi budi Utomo yaitu pada tahun 1935, hal ini di sebabkan karena adanya tekanan terhadap pergerakan nasional dari pemerintah kolonial membuat Budi Utomo kehilangan wibawa, sehingga terjadi perpisahan kelompok moderat dan radikal dalam pengaruh Budi Utomo makin berkurang. berakhirnya Budi Utomo disebabkan karena adanya propaganda kemerdekaan Indonesia yang dilakukan Indische Partji berdasarkan kebangsaan sebagai indier terdiri dari bangsa Indonesia, Belanda Peranakan, dan Tionghoa. Berdirinya Muhamadiyah merugikan Budi Utomo, karena Budi Utomo tidak mencampuri agama. Jadi Budi Utomo kehilangan kedudukan monopolinya yang menyebabkan timbulnya perkumpulan beraliran Indisch-Nasionalisme Radikal yang beraliran demokratis dengan dasar agama dan yang beraliran keinginan mengadakan pengajaran modern berdasarkan agama dan kebangsaan diluar politik.













Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Budi_Utomo ( Diakses pada tanggal 14 Desember 2014)
Poesponegoro, Marwati Djoened. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta : Balai Pustaka. 1984.
Suhartono. Sejarah pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908 - 1945. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2001.
Priggodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat.1980
Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2005.



[1] Suhartono. Sejarah pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908 - 1945. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2001).hlm 29

[2] Marwati Djoened Poesponegoro. Sejarah Nasional Indonesia V. (Jakarta : Balai Pustaka.1984 ) hlm. 178

[3] Suhartono. Sejarah pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908 - 1945. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2001).hlm 30
[4] Suhartono. Sejarah pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908 - 1945. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2001).hlm  31
[5] Priggodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. (Jakarta : Dian Rakyat.1980)hlm 2-3
[6]Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2005). Hlm 250-251

Tidak ada komentar:

Posting Komentar