BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Istilah
Nasionalisme yang telah diserap kedalam bahasa Indonesia memiliki dua
pengertian paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri dan
kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa secara petensial atau actual bersama-sama
dalam mencapai, mempertahankan dan mengabadikan identitas, integritas,
kemakmuran dan kekuatan bangsa itu.
Kapitalisme
adalah sistem sosial yang didasarkan pada pengakuan hak-hak individu. Dalam
ranah ekonomi, kapitalisme memisahkan intervensi Negara dengan perekonomian,
seperti halnya ada sekuler yang memisahkan agama dengan negaranya.
Nasionalisme
dan Kapitalisme sebenarnya bukanlah hal yang baru untuk untuk di perbincangkan,
tetapi melihat pengaruhnya yang masih begitu kuat terhadap kehidupan sosial
ekonomi masyarakat dunia. Oleh karena itu tiada salah bila kita sekali lagi mengenal
sedikit tentang Nasionalisme dan kapitalisme mengenai sejarah perkembangannya.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Sejarah dan Perkembangan Nasionalisme ?
2. Bagaimana
Sejarah dan Perkembangan Kapitalisme ?
3. Apa
Dampak Nasionalisme dan Kapitalisme ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
dan Perkembangan Nasionalisme
Ada banyak pengertian Nasionalisme
diantaranya: Nasionalisme ialah suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan
tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan.[1]
Pengertian lainnya Nasionalisme
adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas
bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam
mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin
mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal. Selain itu
nasionalisme ialah suatu kepercayaan, dianut oleh sejumlah besar manusia
perseorangan, sehingga mereka membentuk “kebangsaan”, nasionalisme adalah rasa
kebersamaan segolongan sebagai suatu Bangsa.[2]
Kata nasionalisme berasal dari
Eropa. Sebelum abad 17 belum ada atau terbentuk satu Negara nasional di Eropa.
Dahulu yang ada ialah kekuasaan kekaisaran-kekaisaran hampir diseluruh Eropa,
diantaranya kekuasaan kekaisaran Romawi Kuno atau kekaisaran Jerman dibawah
pimpinan Karolus Agung. Kekuasan-kekuasaan tersebut bekerjasama dengan gereja
Katolik, sehingga tidaklah heran jika masyarakat dengan mudah menerima dan
menaati penguasa yang mereka anggap sebagai titisan Tuhan di dunia. Seruan
nasionalisme pertama dilakukan oleh Nicollo Machiavelli di Italia. Ia merupakan
seorang Florin, akan tetapi ia tidak mau tahu tentang universalisme atau agama.
Dalam bukunya Il Principe ia melukiskan Negara keduniaan yang baru, bebas
daripada kekuasaan agama dan moral apapun juga. Kemudian Nasionalisme muncul
pada tahun 1779 di Eropa sehingga pada tahun 1830 nasionalisme menjadi sangat
dominan di Eropa.
Pada abad ke 17 perang besar terjadi
selama kurang lebih tiga puluh tahun antara suku bangsa di Eropa. Perang
tersebut ialah perang Perancis melawan Spanyol, Perancis melawan Belanda, Swiss
melawan jerman, dan Spanyol melawan Belanda dll. Kekuasaan kekaisaran Inggris
merupakan salah satu penyebab adanya perang tersebut, yaitu ketika raja Edward
I mengusir orang-orang Yahudi dari negerinya. Peristiwa tersebut memicu adanya
kekacauan yang dilakukan oleh tokoh Yahudi di Perancis, Belanda, Jerman, dan
Inggris[3].
Disini terlihat bahwa konspirasi Yahudi Internasional mulai meracuni dunia.
Kekacauan-kekacauan terjadi antara kerajaan dan pemerintahan serta rakyat Sedangkan
dalangnya bersembunyi. Perang ini berakhir dengan adanya perjanjian di barat
daya Jerman yang disebut perjanjian Westphalia yang mengatur tentang pembagian
teritori dan daerah-daerah kekuasaan Eropa yang umumnya masih dipertahankan.
Semangat nasionalisme yang
pertama muncul di Eropa adalah nasionalisme romantis (romantic nationalism)
yang kemudian dipercepat oleh munculnya revolusi Prancis dan penaklukan
daerah-daerah selama era Napoleon Bonaparte. Beberapa gerakan nasionalisme pada
waktu tersebut bersifat separatis, karena kesadaran nasionalisme mendorong gerakan untuk
melepaskan diri dari kekaisaran atau kerajaan tertentu. contohnya, setelah kejatuhan Napoleon Bo-naparte, Kongres Wina (1814–1815)
memutuskan bahwa Belgia yang sebelumnya dikuasai Prancis menjadi milik
Belanda, dan lima belas tahun kemudian menjadi negara nasional yang merdeka.
Atau, Revolusi Yunani tahun 1821–1829 di mana Yunani ingin melepaskan diri dari
belenggu kekuasaan Kekaisaran Ottoman dari Turki.
Sementara di belahan Eropa
lain, nasionalisme muncul sebagai kesadaran untuk menyatukan wilayah atau
daerah yang ter-pecah-belah. Misalnya, Italia di bawah pimpinan Giuseppe
Mazzini, Camillo Cavour, dan Giusepe Garibaldi, mempersatukan dan membentuk
Italia menjadi sebuah negara-kebangsaan tahun 1848. Di Jerman sendiri,
kelompok-kelompok negara kecil akhirnya membentuk sebuah negara kesatuan Jerman
dengan nama Prusia tahun 1871 di bawah Otto von Bismarck. Banyak negara kecil
di bawah kekuasaan kekaisaran Austria pun membentuk
negara bangsa sejak awal abad 19 sampai masa setelah Perang Dunia I. Sementara
itu, Revolusi 1917 di Rusia telah melahirkan negara-bangsa Rusia.
Semangat nasionalisme
menyebar ke seluruh dunia dan mendorong negara-negara Asia–Afrika memperjuangkan kemerdekaannya.
Keadaan ini
terjadi setelah Perang Dunia I dan selama
Perang Dunia II. Hanya dalam dua puluh lima tahun pasca Perang Dunia II, ada
sekitar 66 negara-bangsa yang lahir. Indonesia termasuk salah satu dari negara
bangsa yang baru lahir pasca Perang Dunia II ini.
Di abad ini, semangat
nasionalisme telah mendorong negara-negara di bawah bekas Yugoslavia dan bekas
Uni Soviet lahir sebagai negara-negara bangsa. Dapat dipastikan bahwa ke depan,
nasionalisme akan terus menjadi ideologi yang menginspirasi dan mendorong
gerakan pembentukan komunitas bersama berdasarkan karakteristik etnis, kultur,
atau pun politik.
B.
Bentuk-bentuk Nasionalisme
Nasionalisme terbagi kedalam
beberapa bentuk: pertama, nasionalisme kewarganegaraan (nasionalisme
sipil) ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik
dari penyertaan aktif rakyatnya. Teori ini dibangun oleh Jean Jacques Rousseau.
Bukunya yang terkenal ialah Du Contract Sociale. Kedua, nasionalisme
etnis, didirikan oleh Johann Gottfried von Herder, yang
memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk
"rakyat").
Ketiga, nasionalisme romantik, ke empat,
nasionalisme budaya, kelima, ialah nasionalisme kenegaraan ialah variasi
nasionalisme kewarganegaraan, selalu
digabungkan dengan nasionalisme etnis.
Perasaan
nasionalistik yang kuat
memberikan keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan
suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi.
Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung,
seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa
ialah Nazisme, serta
nasionalisme Turki kontemporer,
dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan
pemusat negeri Perancis, seperti juga
nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara
ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih
otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara
sistematis, bilamana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang
berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti
nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan
di antara pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol dan Perancis dengan
nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica.[4]
C. Sejarah
dan Perkembangan Kapitalisme
Kapitalisme merupakan istilah yang sering dipakai untuk menamakan
sistem ekonomi yang menguasai dunia Barat sekarang ini. Kapitalis sebagai
sistem, bermakna hubungan di antara para pemilik pribadi atas alat-alat
industri yang bersifat non pribadi (tanah, tambang, instalasi industri dan
sebagainya yang secara keseluruhan disebut modal atau kapital) dengan para
pekerja yang biar pun bebas namun tak punya modal, yang menjual jasa tenaga
kerjanya kepada para majikan. Di bawah kapitalisme, keputusan-keputusan yang
menyangkut produksi dibuat kaum bisnis swasta dan diarahkan demi keuntungan
pribadi. Para pekerja tidak memiliki alat produksi yang diperlukan untuk
bekerja sendiri, mereka dipaksa oleh keniscayaan ekonomis untuk menawarkan jasa
kepada para majikan yang menyangkut upah akan menentukan proporsi dimana
produski total masyarakat akan dibagi antara kelas pekerja dengan kelas
wiraswasta kapitalis.
Kapitalisme sudah muncul sejak abad ke 16. Ketika itu, Inggris
dengan industri Flanders dan Florence dengan industri wool dan sandangnya tidak
mampu mengatasi ketegangan yang timbul antara kapitalis kaya dan kelompok
pekerja miskin. Industri sandang Inggris beralih ke wilayah pedesaan dan
berkembang pesat disana pada abad ke-16, 17 dan 18. Industri wool di Inggris
menjadi pelopor sistem kapitalisme sebagai sistem sosial ekonomi yang sudah
mengakar sangat kuat.
Pada tahap awal perkembangan kapitalisme di wilayah Eropa Barat,
terdapat tiga hal yang tidak dapat dipisahkan darinya:
1.
Dukungan
agama bagi kerja keras dan sikap hemat
2.
Pengaruh
logam-logam mulia dari Dunia Baru terhadap pembagian relatife pendapatan atas
upah, laba, dan sewa.
3.
Peranan
Negara-negara dalam membantu dan secara langsung melakukan pembentukan modal.
Sesudah Perang Dunia pertama,
Inggris mengalami kegagalan dalam mempertahankan kedudukannya sebagai Negara
industri terkuat. Hal ini disebabkan dengan adanya Revolusi Amerika yang
menentang kolonialisme, Revolusi Rusia dengan sosialisnya berhasil membongkar
lembaga berupa kepemilikan pribadi atas sarana produksi yang luas, membongkar
struktur kelas, dan bentuk-bentuk pemerintahan tradisional dan agama yang
mapan.
Ketika Perang Dunia Kedua pecah,
masa depan kapitalisme sangat suram. Pada akhir perang, kecenderungan ini
diperkuat dengan adanya Partai Buruh Inggris yang menang mutlak dalam pemilu
dan mulai menasionalisasi industri-industri dasar, termasuk batubara,
transportasi, komunikasi, kepentingan umum, dan Bank of England. Pendapat
bahwa kapitalisme telah punah, adalah pendapat yang salah. Pada dasarnya,
perusahaan-perusahaan kapitalis telah
mampu bertahan di Inggris, Amerika Serikat, Jerman Barat, Jepang, dan
Negara-negara lain dengan vitalitas yang sangat kuat pasca perang.
D.
Dampak
Nasionalisme dan Kapitalisme
1. Dampak
Nasionalisme
Banyak
sekali terjadi, karena fanatisme yang berlebihan, hasilnya menjadi jauh dari
harapan. Ada beberapa orang yang menjadi budak dari nasionalismenya sendiri. Karena sifatnya yang emosional dan sakral,
nasionalisme (juga cinta, agama, dll) merupakan senjata yang ampuh buat
beberapa pihak untuk memenuhi kepentingan pribadi. Banyak orang yang tergiur
untuk memanfaatkan senjata bernama nasionalisme karena kekuatannya yang besar.
Buat orang-orang ini, nasionalisme hanyalah sekedar alat untuk mencapai tujuan.
Contohnya
bisa dilihat pada beberapa perang. Banyak perang yang sebenarnya adalah karena
alasan pribadi, namun si pencetus perang mengajak masyarakat terlibat dengan
alasan-alasan yang sangat nasionalis seperti demi kedaulatan negara, demi
martabat bangsa, dan lain-lain. Dengan alasan alasan seperti itu, pencetus
perang mempermainkan rasa nasionalis masyarakatnya. Kematian yang didapat dari
nasionalisme buta seperti ini mungkin bisa disebut sebagai kematian yang
konyol. Tidak bermanfaat untuk hal yang dibela, walau cintanya terhadap negara
sangat besar. Mungkin ini bisa juga dialamatkan untuk para teroris, hanya
bermanfaat untuk pemimpinnya, malah merugikan hal yang dibela (mencemarkan nama
baik islam).
Untuk
mencegah masalah-masalah seperti diatas, diperlukan keseimbangan antara
nasionalisme dan rasionalisme dalam mengambil keputusan, Sehingga nasionalisme
yang terbentuk bukanlah nasionalisme yang buta, tapi nasionalisme yang
beralasan dan penuh pertimbangan, atau nasionalisme yang rasional. Dengan
nasionalisme yang rasional, seseorang akan mengambil keputusan tidak hanya
berdasarkan perasaan, namun juga terencana.
Nasionalisme
bukan sekedar perasaan cinta pada tanah air, melainkan juga pandangan bahwa
tanah airnya lah yang paling utama, lebih berharga daripada yang lain. Ini
dapat menimbulkan dampak negatif :
·
Pengkotakan komunitas, menonjolkan perbedaan bangsa dari
pada persamaan aqidah. Misalnya saat bertemu 2 orang Muslim, yang satunya
Indonesia dan satunya Malaysia dalam (katakanlah) pertandingan sepak bola, maka
seringkali kita tidak menonjolkan kesamaan aqidahnya.
·
Arogansi, meremehkan bangsa lain saat kepentingan dua bangsa
bertabrakan. Padahal di saat yang sama kita sering membaca contoh para sahabat
yang berlainan kebangsaan saling mendahulukan yang lain (itsar, atau dalam
bahsa jamaah tabligh “ikromul muslimin”).
2. Dampak
Kapitalisme
Sesungguhnya, sistem kapitalisme
memang sengaja diterapkan oleh sebagian kelompok rahasia-kita menyebutnya para
konspirator- untuk menciptakan adanya hutang. Dengan hutang yang beruntut, maka
akan bertambah banyak. Hal ini menyababkan adanya sistem perbudakan. Kedua hal
ini kita istilahkan dengan Debt and Slavery.
Mathias
Brokers menyebutkan dalam bukunya, bahwa sistem keuangan kita erat dengan kata
kunci “rahasia bank”. Hal ini adalah sebuah konspirasi nyata yang menutupi,
memajukan dan yang dipertahankan sekuat tenaga sehingga justru memungkinkan
transaksi keuangan rahasia organisasi kriminal, uang hasil korupsi dan
terorisme secara besar-besaran. Pengawasan jaringan yang diklaim demi keamanan
dalam negeri dan global ini lewat “Skala Schilly” yaitu pengawasan tanpa batas
hingga ke posisi teratas.
Dia
menambahkan, bahwa Pencucian uang dan para
satria perampok sistem keuangan kita adalah contoh sebuah konspirasi telanjang
dan legal dan tak kurang kriminalnya.
Bahkan, hal ini sudah cukup untuk memulai Perang Dunia Ketiga. Dan juga untuk
operasi-operasi keuangan yang lebih luas. Sejak adanya Federal Reserve Bank,
atau yang sering disebut temple, tidak jelas setiap hari mencetak sekitar satu
miliar dolar dan mendevaluasi dolar dengan sebuah mata uang tak berharga.
Sehingga inflasi mengggulung Amerika Serikat karena muncul secara luar biasa
banyak. [5]
a) Dampak positif :
1)
Mendorong
aktivitas ekonomi secara signifikan.
2)
Persaingan
bebas akan mewujudkan produksi dan harga ke tingkat wajar dan rasional.
b) Dampak Negatif
1) Sistem buatan manusia
Sekelompok
kecil pribadi mendominasi pasar untuk mencapai kepentingan sendiri tanpa
menghargai kebutuhan masyarakat dan menghormati kepentingan umum.
2) Egoistik
Dalam sistem
kapitalisme individu dan sekelompok kecil pribadi mendominasi pasar untuk
mencapai kepentingan sendiri tanpa menghargai kebutuhan masyarakat dan
menghormati kepentingan umum.
3) Monopolostik
Dalam sistem
kapitalisme seorang kapitalis memonopoli komoditas dan menimbunnya. Apabila
barang tersebut habis di pasar ia mengeluarkannya untuk dijual dengan harga
mahal yg berlipat ganda mencekik konsumen dan orang-orang lemah.
4) Terlalu berpihak kepada hak milik pribadi
Kapitalisme
terlalu mengagungkan hak milik pribadi. Sedangkan komunisme malah menghilangkan
hak milik pribadi.
5) Persaingan
Sistem dasar kapitalisme
membuat kehidupan menjadi arena perlombaan harga. Semua orang berlomba mencari
kemenangan. Sehingga kehidupan dalam sistem kapitalisme berubah menjadi riba di
mana yg kuat menerkam yang lemah. Hal ini sering menimbulkan kebangkrutan
pabrik atau perusahaan tertentu.
6) Perampasan tenaga produktif
Kapitalisme
membuat para tenaga kerja sebagai barang komoditas yang harus tunduk kepada
hukum permintaan dan kebutuhan yg menjadikan dia sebagai barang yang dapat
ditawarkan tiap saat. Pekerja ini bisa jadi sewaktu-waktu diganti dengan orang
lain yang upahnya lebih rendah dan mampu bekerja lebih banyak dan pengabdiannya
lebih baik.
7) Pengangguran
Suatu fenomena
umum dalam masyarakat kapitalis ialah munculnya pengangguran yang mendorong
pemilik perusahaan utk menambah tenaga yang akan memberatkannya.
8) Kehidupan yang penuh gejolak
Ini adalah
akibat logis dari persaingan yang berlangsung antara dua kelas yang satu
mementingkan pengumpulan uang dengan segala cara. Sedangkan yang satu lagi
tidak diberi kesempatan mencari sendiri kebutuhan pokok hidupnya tanpa kenal
belas kasihan.
9) Penjajahan
Karena didorong
mencari bahan baku dan mencari pasar baru untuk memasarkan hasil produksinya
kapitalisme memasuki petualangan penjajahan terhadap semua bangsa. Pada mulanya
dalam bentuk penjajahan ekonomi pola pikir politik dan kebudayaan. Kemudian
memperbudak semua bangsa dan mengeksploitasi tenaga-tenaga produktif demi
kepentingan penjajahan.
10) Peperangan dan malapetaka
Ummat manusia
telah menyaksikan berbagai bentuk pembunuhan dan pembantaian luar biasa
biadabnya. Itu terjadi sebagai akibat logis dari sebuah penjajahan yang menimpa
ummat manusia di bumi yang melahirkan bencana paling keji dan kejam.
11) Didominasi hawa nafsu
Orang
kapitalisme berpegang kepada prinsip demokrasi politik dan pemerintahan. Pada
umumnya demokrasi yang mereka gembar-gemborkan dibarengi dengan hawa nafsu yang
mendominasi dan jauh dari kebenaran dan keadilan.
12) Riba
Sistem
kapitalisme tegak di atas landasan riba. Sedangkan riba merupakan akar penyakit
yang membuat seluruh dunia menderita.
13) Tidak bermoral
Kapitalisme
memandang manusia sebagai benda materi, karena itu manusia dijauhkan dari
kecenderungan ruhani dan akhlaknya. Bahkan dalam sistem kapitalisme antara
ekonomi dan moral dipisahkan jauh-jauh.
14) Kejam
Kapitalisme
sering memusnahkan begitu saja komoditas yang lebih dengan cara dibakar atau
dibuang ke laut karena khawatir harga akan jatuh disebabkan banyaknya
penawaran. Mereka berani melakukan itu padahal masih banyak bangsa-bangsa yg
menjerit kelaparan.
15) Boros
Orang-orang
kapitalisme memproduksi barang-barang mewah disertai iklan besar-besaran tanpa
peduli kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat. Sebab yang mereka cari keuntungan
belaka.
16) Tidak berperikemanusiaan maksudnya Orang Kapitalis sering mengusir begitu
saja seorang buruh karena alasan tenaganya kurang produktif. Tetapi kekejaman
ini mulai diperingan akhir-akhir ini dengan adanya perbaikan dalam tubuh
kapitalisme.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Nasionalisme merupakan rasa cinta terhadap tanah air dengan
tetap menghargai bangsa lain. Rasa Nasionalisme sangat penting untuk dimiliki setiap warga negara karena
merupakan satu hal yang dapat membentuk hubungan simbiosis antara negara dan
warga negara yang saling utuh-mengutuhkan dan kuat-menguatkan, ketika
nasionalisme tidak dimiliki oleh masyarakat dalam suatu negara, maka jelas akan
terlihat masyarakat tersebut bersifat apatis terhadap negaranya, jika
keadaannya sudah seperti itu akan dibawa kemana masa depan bangsa dan negara
yang telah memberikan dia hak dan kewajiban. Untuk itu perlu dilakukan berbagai
upaya agar nasionalisme tidak memudar di kalangan masyarakat.
Nasionalisme itu sendiri tidak selalu bersifat positif,
namun ada juga dampak negatif dari nasionalisme, tetapi hal tersebut tergantung
pada pribadi yang memiliki rasa nasionalisme, jika dia dapat mengendalikan
dirinya untuk tetap menempatkan nasionalisme pada tempatnya, dan tidak
menyalahgunakan nasionalisme.
Kapitalisme
adalah sistem sosial yang didasarkan pada pengakuan hak-hak individu.
Dalam ranah ekonomi, kapitalisme memisahkan intervensi Negara dengan
perekonomian, seperti halnya ada sekuler yang memisahkan agama dengan
negaranya. Dalam perekonomian kapitalisme menekankan peran kapital
(modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang
digunakan dalam produksi barang lainnya.
Dalam
perjalanannya, kapitalisme telah memberikan efek buruk bagi perekonomian
dan kesenjangan sosial yang semakin menganga, terjadinya jurang pemisah antara
si kaya dan si miskin. Itu semua merupakan dampak dari kejamnya
kapitalisme yang terjadi di di beberapa negara berkembang termasuk
di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Carr, William G. Yahudi menggegam
dunia
Kohn,Hans.Nasionalisme Arti dan
Sejarahnya, terj Sumantri Mertodipuro. Jakarta: Pustaka Sarjana.1961
Stoddard, L. Dunia Baru Islam.
Jakarta. 1966
Brockers, Mathias. Konspirasi 119.
Jakarta : PT. Ina Publikatama, 2006
http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme
(diakses pada tanggal 5 Mei pukul 11.05 WIB)
https://abees1010.wordpress.com/2013/04/17/dampak-positif-dan-negatif-sistem-ekonomi-kapitalisme/
(diakses pada tanggal 5 Mei 2015, pukul 10.00 WIB)
http://arfen-media.blogspot.com/2012/10/liberalisme-kapitalisme-dan-sosialisme.html
(diakses pada tanggal 5 Mei 2015, pukul 09.45 WIB)
[1] Hans Kohn,Nasionalisme
Arti dan Sejarahnya, terj Sumantri Mertodipuro (Jakarta:Pustaka
Sarjana,1961) hlm. 11.
[2] L.Stoddard, Dunia
Baru Islam,(Jakarta:1966) hlm. 137.
[3] William G.
Carr, Yahudi menggegam dunia, hlm 20
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme diakses pada tanggal 5
Mei pukul 11.05
[5] Mathias
Brockers. Konspirasi 119 (Jakarta : PT. Ina Publikatama, 2006) Hal:
146-154
[6]
https://abees1010.wordpress.com/2013/04/17/dampak-positif-dan-negatif-sistem-ekonomi-kapitalisme/
[7]
http://arfen-media.blogspot.com/2012/10/liberalisme-kapitalisme-dan-sosialisme.html
bagus tapi kesimpulannya lebih baik dikaitkan nasionalisme dengan kapitalis nyambungnya dimananya
BalasHapus